SUMUTPOS.CO- Nama Gabriel Batistuta begitu membahana di sepak bola era 90 hingga pertengahan tahun 2000. Striker haus gol dengan tendangan kaki kerasnya ini begitu menakutkan di kotak penalti lawan. Siapa sangka Batigol, julukan akrabnya yang kini sudah gantung sepatu sempat ingin mengamputasi kakinya.
“Saya meninggalkan sepakbola karena saya sudah kesulitan untuk berjalan. Saya terpaksa mandi di atas tempat tidur, walaupun kamar mandi hanya berjarak tiga meter. Saat itu sudah pukul empat pagi, dan saya tahu bahwa jika saya berdiri, rasa sakit pada engkel akan membunuh saya,” kenang pria 45 tahun ini seperti dilansir TyC Sports.
Karena sudah tak tahan, Batigol sempat meminta dokter spesialisnya untuk menyiapkan pembedahan agar kakinya diamputasi. “Saya pergi menemui Dokter Avanzi (spesialis di bidang trauma ortopedik) dan memintanya untuk mengamputasi kaki saya. Ia menganggap saya gila, tapi saya sudah benar-benar tak tahan lagi. Rasa sakit yang muncul tak bisa digambarkan dengan kata-kata.”
Pada akhirnya, tiga tahun lalu Dokter Avanzi merekomendasikan Batistuta untuk menjalani operasi pemasangan dua skrup pada engkelnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk meringankan beban berat badan yang ditanggung oleh kakinya, sehingga rasa sakitnya berkurang.
Operasi tersebut pada akhirnya berhasil membantu Batistuta, dan hingga kini ia tetap mampu berjalan dengan dua kaki.”Saya memilih kaki kanan untuk dioperasi, karena dokter tak bisa melakukannya di kedua kaki. Saya tak peduli lagi, masalah saya adalah karena saya tak punya lagi cartilage atau tendon di sana. 86 kilogram berat badan saya ditanggung oleh tulang saja. Sejak skrup dipasang, saat ini kondisi saya sudah jauh lebih baik dari tiga tahun lalu,” pungkasnya. (bbs/don)
SUMUTPOS.CO- Nama Gabriel Batistuta begitu membahana di sepak bola era 90 hingga pertengahan tahun 2000. Striker haus gol dengan tendangan kaki kerasnya ini begitu menakutkan di kotak penalti lawan. Siapa sangka Batigol, julukan akrabnya yang kini sudah gantung sepatu sempat ingin mengamputasi kakinya.
“Saya meninggalkan sepakbola karena saya sudah kesulitan untuk berjalan. Saya terpaksa mandi di atas tempat tidur, walaupun kamar mandi hanya berjarak tiga meter. Saat itu sudah pukul empat pagi, dan saya tahu bahwa jika saya berdiri, rasa sakit pada engkel akan membunuh saya,” kenang pria 45 tahun ini seperti dilansir TyC Sports.
Karena sudah tak tahan, Batigol sempat meminta dokter spesialisnya untuk menyiapkan pembedahan agar kakinya diamputasi. “Saya pergi menemui Dokter Avanzi (spesialis di bidang trauma ortopedik) dan memintanya untuk mengamputasi kaki saya. Ia menganggap saya gila, tapi saya sudah benar-benar tak tahan lagi. Rasa sakit yang muncul tak bisa digambarkan dengan kata-kata.”
Pada akhirnya, tiga tahun lalu Dokter Avanzi merekomendasikan Batistuta untuk menjalani operasi pemasangan dua skrup pada engkelnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk meringankan beban berat badan yang ditanggung oleh kakinya, sehingga rasa sakitnya berkurang.
Operasi tersebut pada akhirnya berhasil membantu Batistuta, dan hingga kini ia tetap mampu berjalan dengan dua kaki.”Saya memilih kaki kanan untuk dioperasi, karena dokter tak bisa melakukannya di kedua kaki. Saya tak peduli lagi, masalah saya adalah karena saya tak punya lagi cartilage atau tendon di sana. 86 kilogram berat badan saya ditanggung oleh tulang saja. Sejak skrup dipasang, saat ini kondisi saya sudah jauh lebih baik dari tiga tahun lalu,” pungkasnya. (bbs/don)