Oleh: Ummu Dzakiy
Menteri kesehatan yang baru dilantik, Nafsiah Mboi, sudah membuat gebrakan. Ia tak sungkan-sungkan mengatakan salah satu programnya adalah kondomisasi bagi para remaja.
Kalangan ulama di beberapa daerah mengecam kebijakan tersebut, karena dianggap menyebarkan seks bebas.
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPR-RI menyesalkan statement Menteri Kesehatan yang ingin menggalakkan kampanye kondom untuk kelompok seks berisiko.
Menurutnya, hal itu justru menunjukkan bahwa pemerintah melegalkan seks bebas. Ustadz Iyus Khaerunnas (Ketua FUI Bogor) mengatakan bahwa program ini sungguh menyesatkan, karena secara langsung melegalisasi perzinahan.
Dengan kata lain, “Silahkan berzina asalkan memakai kondom, ini bahaya jika menjadi program untuk para remaja kita yang mayoritas muslim ini,” ujar Ustadz Iyus.
Sikap berbeda ditunjukkan oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nova Riyanti Yusuf (Noriyu). Ia menyatakan bahwa kampanye penggunaan alat kontrasepsi kondom merupakan hal yang biasa.
Hal itu memiliki tujuan yang baik. Kampanye kondom menjadi sensasional karena masyarakat kita masih punya standar ganda soal kondom.
Sosok Nafsiah Mboi
Andi Nafsiah Mboi Walinono menjadi Menkes menggantikan Endang Sri Rahayu Sedyaningsih yang meninggal dunia. Ia dilantik Presiden SBY pada Rabu (13/6) di Istana Negara untuk periode 2012-2014.
Dia dokter spesialis anak jebolan sejumlah perguruan tinggi di Amerika dan Eropa. Lahir di Sengkang, Sulsel, 14 Juli 1940. Ia adalah istri dari mantan Gubernur NTT Brigjen Purn Ben Mboi.
Menkes yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komite Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional ini melakukan gebrakan dengan mengusulkan agar remaja dipermudah aksesnya untuk mendapat kondom.
Dia berharap bisa meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan reproduksi untuk remaja.
Dalam Undang-undang, yang belum menikah tidak boleh diberi kontrasepsi. Namun Menkes menganalisis data dan itu ternyata berbahaya jika tidak melihat kenyataan.
Sebanyak 2,3 juta remaja melakukan aborsi setiap tahunnya menurut data dari BKKBN. Dia melihat, angka sebanyak itu menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Dia menegaskan, Undang-undang Perlindungan Anak menyatakan bahwa setiap anak yang dikandung sampai dilahirkan harus diberikan haknya sesuai UU.
Maka, mempermudah akses remaja untuk mendapatkan kondom diharapkan dapat menekan angka aborsi dan kehamilan yang tak diinginkan.
Nafsiah Mboi membantah akan melakukan kampanye dan pembagian kondom terhadap peserta didik di lingkungan sekolah. Para siswa hanya akan diberikan pengarahan mengenai risiko seks bebas melalui pendidikan moral serta keagamaan.
Sasaran penggunaan kondom ditujukan kepada kelompok usia 15-24 tahun. Dia melihat, di tempat pelacuran sekarang ini 34 persen pelacurnya berusia 15-24 tahun.
Kondom tersebut hanya dibagi-bagikan di tempat-tempat tertentu yang dirasa memiliki risiko seks tinggi, misalnya pelacuran dan panti pijat. Untuk menghindari penularan HIV/AIDS dan kehamilan.
Fakta Kondom
Pada kondom terdapat pori-pori dengan diameter 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang; dalam keadaan meregang lebar pori-pori tersebut mencapai 10 kali. Virus HIV sendiri berdiameter 1/250 mikron.
Banyak yang beranggapan bahwa virus HIV dapat dengan leluasa menembus pori-pori kondom. Namun hasil evaluasi Cohrane Review yang dilaporkan pada 25 Mei 2001 menyimpulkan, penggunaan kondom secara konsisten mempunyai kemampuan untuk mencegah transmisi HIV dengan efektivitas 80 persen.
Evaluasi dilakukan terhadap 4.709 publikasi ilmiah mengenai efektivitas kondom. Logikanya, virus HIV akan bisa pindah kalau cairan pembawanya pindah.
Selama kondom bisa menahan cairan sperma maka virus HIV pun akan tertahan. Kondom yang dipasarkan di Indonesia adalah yang terbuat dari getah lateks yang tidak mempunyai pori-pori. Kondom yang berpori-pori adalah kondom yang terbuat dari usus binatang dan tidak dijual di Indonesia.
Menurut laporan Consumer Reports di Amerika Serikat tahun 1989, pada kondom lateks yang diregangkan, ketika dilihat dengan mikroskop perbesaran 30 ribu kali, tidak ditemukan adanya pori-pori.
Jadi memang sangat masuk akal jika pemakaian kondom secara benar dapat menurunkan angka kehamilan yg tidak dikehendaki dan terbukti menurunkan angka kejadian penularan penyakit menular seksual (PMS) termasuk menurunkan angka kejadian HIV/AIDS.
Bukan Solusi
Namun kondomisasi menjadi masalah jika sasarannya adalah remaja yang mayoritas belum menikah. Kondomisasi tidak menyelesaikan akar masalah penularan HIV/AIDS yakni seks bebas. Kampanye kondom hanya akan melegalkan seks bebas.
Terlebih jika kondom dikampanyekan dan dibagi-bagikan di tempat pelacuran dan panti pijat. Kondomisasi adalah solusi pragmatis yang menyesatkan.
Karena hanya akan memberikan kemudahan akses pada remaja untuk mendapatkan kondom sama saja dengan melegalkan seks bebas.
Solusi untuk seks aman yakni berhubungan seks dengan pasangan sah alias pernikahan antarlawan jenis.
Jalan yang benar dan tepat serta jitu sekaligus berkah mencegah AIDS dan kehamilan di luar nikah dengan menghentikan total zina, pelacuran dan seks bebas, sodomi, homoseks, lesbian dan segala bentuk penyimpangan seks. Tidak akan ada lagi kehamilan yang tak diinginkan, penyebaran penyakit menular seksual (termasuk HIV/AIDS).
Dalam Alquran surat Al Isro ayat 32 Allah berfirman “Janganlah kalian mendekati Zina.”
Jangankan zina, mendekatinya pun kita dilarang. (*)
Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia