26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Transformasi Perguruan Tinggi

Oleh: Prof Dr Syamsul Nizar MA

Pada abad ke-21 ini lembaga perguruan tinggi (PT) menghadapi berbagai perubahan yang tak pernah dihadapinya sebelumnya. Perubahan yang sangat cepat meliputi aspek ekonomi, politik dan budaya yang menglobal.
Karena itu, perguruan tinggi memerlukan upaya mengkritisi program lembaganya, proses penyesuaian apakah masih mungkin dilaksanakan, atau pengorganisasian dan restrukturisasi diperlukan. Suatu yang sangat penting  ialah adanya efektivitas jangka panjang perguruan tinggi melalui perhatian terhadap rancangan proses perencanaan lembaga, manajemen dan pengelolaannya.

Perencanaan strategik PT bersifat pekerjaan manajemen untuk jangka panjang dengan merencanakan perubahan konstruktif lembaganya. Perguruan tinggi telah secara signifikan berubah selama ini dan berkelanjutan dari hari ke hari. Kekuatan perubahan kontemporer yang terjadi atas universitas, diturunkan dari perubahan sosial, pengaruh ekonomi, dan teknologi yang mungkin kapasiatasnya sangat adaptif terhadap paradigma akademik terbaru.

Justru saat ini PT masih menghadapi berbagai catatan krisis dalam pendidikan tinggi, sehingga diperlukan rekonstruksi paradigma PT dari masalah yang sangat fundamental, bahkan melakukan reinventing sebuah PT.
Transformasi sebuah PT dalam merespon perubahan, dilakukan melalui: (1) misi PT, (2) restrukturisasi keuangan, (3) organisasi dan pengelolaan, (4) karakteristik umum PT, (5) transformasi intelektual, (6) hubungan dengan pihak luar,  dan (7) perubahan cultural intelectual oriented.

Kini semakin jelas bahwa institusi PT harus mengusahakan fleksibitas yang luas dan kemampuan untuk mengubah pelayanan terhadap perubahan masyarakat. PT adalah sebuah sistem, yang di dalamnya terdiri dari beberapa sub sistem. Sub sistem manajemen merupakan hal yang fundamental di dalam mendayagunakan sumber daya perguruan tinggi guna mencapai tujuan.  Sistem sosial, terdiri dari sub sistem politik, sub sistem ekonomi, sub sistem budaya, sub sistem agama, sub sistem pendidikan dan sub sistem domestik (keluarga). Bahkan tubuh manusia juga merupakan sistem, di mana unsur syaraf otak menentukan berfungsinya panca indra lain, seperti fungsi mata berhubungan dengan fungsi telinga, lidah berhubungan fungsinya dengan otak, tangan, kaki, jantung, usus, kulit, paru-paru dan unsur-unsur tubuh lainnya saling mendukung kesempurnaan seluruh anatomi tubuh manusia sehingga memiliki keseimbangan hidup.
Menurut Onushkin, secara umum sistem manajemen perguruan tinggi memiliki sifat tradisional, belum menggunakan teknik modern dan metode perencanaan dalam manajemen. Hanya ada sebagian yang sudah mulai bahwa perencanaan modern dan manajemen dapat dan digunakan sebagai instrumen bagi pemecahan masalah yang sukar sebagaimana mereka hadapi.

Itu artinya, perencanaan strategi bagi perguruan tinggi merupakan keharusan manajerial terutama dalam mengantisipasi perubahan secara proaktif agar program akademik, penelitian, dan pengembangan masyarakat mampu menjadikan perguruan tinggi tetap eksis dan berkembang di masyarakat sebagai pilar pengembangan kebudayaan nasional.

Perencanaan strategik bagi perguruan tinggi semakin diperlukan mengingat tuntutan pelanggan perguruan tinggi semakin besar yang berasal dari munculnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keragaman lapangan kerja. Karena itu, dimensi kualitas, akuntabilitas, otonomi, akreditasi dan evaluasi menjadi paradigma baru perguruan tinggi di abad  ini. Lebih jauh dikemukakan  Peterson, dkk bahwa perguruan tinggi perlu dikelola dengan perencanaan strategis yang bersifat kontekstual.

Pimpinan perguruan tinggi tidak hanya bersikap adaptif, akan tetapi mau merespon perubahan secara proaktif. Di sini keberadaan perencanaan (planning) adalah suatu usaha untuk menangani persoalan-persoalan yang dihadapi antara lembaga dan lingkungan. Fokusnya adalah pada  memahami sifat dasar dari sistem pendidikan tinggi dalam perspektif perencanaan starategik yang digunakan dalam mengantisipasi perubahan eksternal untuk dapat mengembangkan institusi perguruan tinggi sesuai dengan dinamika sosial, ekonomi, politik, dan nilai-nilai budaya.

Penyataan visi, misi, rencana dan aksi dalam menata perguruan tinggi menjadi pedoman menetukan arah masa depan PT yang unggul. Visi yang dirumuskan perlu jelas dan konkret, bukan sebatas mimpi abstrak yang acapkali sebagai hiasan bibir saja.

Visi harus disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki dan standar yang terukur dan berlaku secara nasional. Perencanaan strategik pada PT terbukti telah banyak membawa keberhasilan, khususnya bagi perguruan tinggi yang besar, tersebar dan kompleksitas dari universitas riset.

Bagaimanapun kata “strategik” menggambarkan penting kedudukan unsur fakultas dan kekuatan mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dengan perencanaan dan rasionalitas tinggi. Kebanyakan PT masih mengandalkan sikap reaktif atau bahkan penolakan terhadap perubahan, tekanan eksternal dan peluang daripada menggunakan kekuatan, tindakan aktif untuk menentukan dan mengejar sasaran lembaga.

Persoalan yang dihadapi bukan menanyakan apa masalah, tetapi harus sampai bagaimana mengatasinya. Intinya bahwa PT harus bersikap proaktif mengantisipasi persoalan dinamika eksternal saat ini. Disadari bahwa tuntutan perubahan lingkungan akan perlunya pendekatan yang lebih strategik kepada evolusi lembaga. Adalah hal yang kritis bagi pendidikan tinggi memberikan perhatian yang utama untuk merancang proses perencanaan lembaga, manajemen dan pemerintahan.

Sungguh kemampuan universitas  beradaptasi secara sukses  untuk mengetahui perubahan yang terjadi  dalam masyarakat bergantung kepada usaha yang sungguh-sungguh atas pemanfaatan kemampuan kolektif dalam membangun dan melakukan strategik yang sesuai.

Adapun kuncinya adalah pengakuan bahwa dalam perubahan lingkungan yang cepat adalah penting untuk mengembangkan proses perencanaan yang tidak hanya mampu mengadaptasi kondisi perubahan, tetapi beberapa tingkat mampu  memodifikasi perubahan di mana PT akan dapat mengembangkan dirinya beberapa dekade ke depan.

Pengelola PT harus mengusahakan secara progresif, fleksibel, dan membuat adaptasi proses perencanaan, sehingga mampu merespon terhadap dinamika perubahan lingkungan, menuju suatu kepastian  masa depan.
Keberadaan perguruan tinggi merupakan salah satu pilar utama pengembangan sumber daya manusia (SDM). Apalagi dalam era otonomi daerah ini, tuntutan akan  SDM berkualitas semakin besar. Karena SDM berkualitas ialah yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi tinggi dan berakhlak mulia perlu dibina dan dikembangkan melalui keragaman program pendidikan tinggi.
Untuk itu, pimpinan PT pada perguruan tinggi semakin dituntut meningkatkan peranannya  merespon secara aktif perubahan lingkungan eksternal  yang terus berubah secara signifikan bagi menentukan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat kontemporer.

Diperlukan kepemimpinan yang baik untuk perubahan pendidikan tinggi jika ingin melayani perubahan  dunia yang cepat. Harus disadari bahwa perguruan tinggi sebagai institusi sosial yang cukup layak dalam hal kapasitas untuk merancang dan mengarahkan perubahan dan mampu beradaptasi dalam melayani masyarakat secara luas, bukan sebatas masyarakat “local”. Wa Allhua’lam bi al-Shawwab.***

(Penulis: Guru Besar di UIN Suska Pekanbaru)

Oleh: Prof Dr Syamsul Nizar MA

Pada abad ke-21 ini lembaga perguruan tinggi (PT) menghadapi berbagai perubahan yang tak pernah dihadapinya sebelumnya. Perubahan yang sangat cepat meliputi aspek ekonomi, politik dan budaya yang menglobal.
Karena itu, perguruan tinggi memerlukan upaya mengkritisi program lembaganya, proses penyesuaian apakah masih mungkin dilaksanakan, atau pengorganisasian dan restrukturisasi diperlukan. Suatu yang sangat penting  ialah adanya efektivitas jangka panjang perguruan tinggi melalui perhatian terhadap rancangan proses perencanaan lembaga, manajemen dan pengelolaannya.

Perencanaan strategik PT bersifat pekerjaan manajemen untuk jangka panjang dengan merencanakan perubahan konstruktif lembaganya. Perguruan tinggi telah secara signifikan berubah selama ini dan berkelanjutan dari hari ke hari. Kekuatan perubahan kontemporer yang terjadi atas universitas, diturunkan dari perubahan sosial, pengaruh ekonomi, dan teknologi yang mungkin kapasiatasnya sangat adaptif terhadap paradigma akademik terbaru.

Justru saat ini PT masih menghadapi berbagai catatan krisis dalam pendidikan tinggi, sehingga diperlukan rekonstruksi paradigma PT dari masalah yang sangat fundamental, bahkan melakukan reinventing sebuah PT.
Transformasi sebuah PT dalam merespon perubahan, dilakukan melalui: (1) misi PT, (2) restrukturisasi keuangan, (3) organisasi dan pengelolaan, (4) karakteristik umum PT, (5) transformasi intelektual, (6) hubungan dengan pihak luar,  dan (7) perubahan cultural intelectual oriented.

Kini semakin jelas bahwa institusi PT harus mengusahakan fleksibitas yang luas dan kemampuan untuk mengubah pelayanan terhadap perubahan masyarakat. PT adalah sebuah sistem, yang di dalamnya terdiri dari beberapa sub sistem. Sub sistem manajemen merupakan hal yang fundamental di dalam mendayagunakan sumber daya perguruan tinggi guna mencapai tujuan.  Sistem sosial, terdiri dari sub sistem politik, sub sistem ekonomi, sub sistem budaya, sub sistem agama, sub sistem pendidikan dan sub sistem domestik (keluarga). Bahkan tubuh manusia juga merupakan sistem, di mana unsur syaraf otak menentukan berfungsinya panca indra lain, seperti fungsi mata berhubungan dengan fungsi telinga, lidah berhubungan fungsinya dengan otak, tangan, kaki, jantung, usus, kulit, paru-paru dan unsur-unsur tubuh lainnya saling mendukung kesempurnaan seluruh anatomi tubuh manusia sehingga memiliki keseimbangan hidup.
Menurut Onushkin, secara umum sistem manajemen perguruan tinggi memiliki sifat tradisional, belum menggunakan teknik modern dan metode perencanaan dalam manajemen. Hanya ada sebagian yang sudah mulai bahwa perencanaan modern dan manajemen dapat dan digunakan sebagai instrumen bagi pemecahan masalah yang sukar sebagaimana mereka hadapi.

Itu artinya, perencanaan strategi bagi perguruan tinggi merupakan keharusan manajerial terutama dalam mengantisipasi perubahan secara proaktif agar program akademik, penelitian, dan pengembangan masyarakat mampu menjadikan perguruan tinggi tetap eksis dan berkembang di masyarakat sebagai pilar pengembangan kebudayaan nasional.

Perencanaan strategik bagi perguruan tinggi semakin diperlukan mengingat tuntutan pelanggan perguruan tinggi semakin besar yang berasal dari munculnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keragaman lapangan kerja. Karena itu, dimensi kualitas, akuntabilitas, otonomi, akreditasi dan evaluasi menjadi paradigma baru perguruan tinggi di abad  ini. Lebih jauh dikemukakan  Peterson, dkk bahwa perguruan tinggi perlu dikelola dengan perencanaan strategis yang bersifat kontekstual.

Pimpinan perguruan tinggi tidak hanya bersikap adaptif, akan tetapi mau merespon perubahan secara proaktif. Di sini keberadaan perencanaan (planning) adalah suatu usaha untuk menangani persoalan-persoalan yang dihadapi antara lembaga dan lingkungan. Fokusnya adalah pada  memahami sifat dasar dari sistem pendidikan tinggi dalam perspektif perencanaan starategik yang digunakan dalam mengantisipasi perubahan eksternal untuk dapat mengembangkan institusi perguruan tinggi sesuai dengan dinamika sosial, ekonomi, politik, dan nilai-nilai budaya.

Penyataan visi, misi, rencana dan aksi dalam menata perguruan tinggi menjadi pedoman menetukan arah masa depan PT yang unggul. Visi yang dirumuskan perlu jelas dan konkret, bukan sebatas mimpi abstrak yang acapkali sebagai hiasan bibir saja.

Visi harus disesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki dan standar yang terukur dan berlaku secara nasional. Perencanaan strategik pada PT terbukti telah banyak membawa keberhasilan, khususnya bagi perguruan tinggi yang besar, tersebar dan kompleksitas dari universitas riset.

Bagaimanapun kata “strategik” menggambarkan penting kedudukan unsur fakultas dan kekuatan mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dengan perencanaan dan rasionalitas tinggi. Kebanyakan PT masih mengandalkan sikap reaktif atau bahkan penolakan terhadap perubahan, tekanan eksternal dan peluang daripada menggunakan kekuatan, tindakan aktif untuk menentukan dan mengejar sasaran lembaga.

Persoalan yang dihadapi bukan menanyakan apa masalah, tetapi harus sampai bagaimana mengatasinya. Intinya bahwa PT harus bersikap proaktif mengantisipasi persoalan dinamika eksternal saat ini. Disadari bahwa tuntutan perubahan lingkungan akan perlunya pendekatan yang lebih strategik kepada evolusi lembaga. Adalah hal yang kritis bagi pendidikan tinggi memberikan perhatian yang utama untuk merancang proses perencanaan lembaga, manajemen dan pemerintahan.

Sungguh kemampuan universitas  beradaptasi secara sukses  untuk mengetahui perubahan yang terjadi  dalam masyarakat bergantung kepada usaha yang sungguh-sungguh atas pemanfaatan kemampuan kolektif dalam membangun dan melakukan strategik yang sesuai.

Adapun kuncinya adalah pengakuan bahwa dalam perubahan lingkungan yang cepat adalah penting untuk mengembangkan proses perencanaan yang tidak hanya mampu mengadaptasi kondisi perubahan, tetapi beberapa tingkat mampu  memodifikasi perubahan di mana PT akan dapat mengembangkan dirinya beberapa dekade ke depan.

Pengelola PT harus mengusahakan secara progresif, fleksibel, dan membuat adaptasi proses perencanaan, sehingga mampu merespon terhadap dinamika perubahan lingkungan, menuju suatu kepastian  masa depan.
Keberadaan perguruan tinggi merupakan salah satu pilar utama pengembangan sumber daya manusia (SDM). Apalagi dalam era otonomi daerah ini, tuntutan akan  SDM berkualitas semakin besar. Karena SDM berkualitas ialah yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi tinggi dan berakhlak mulia perlu dibina dan dikembangkan melalui keragaman program pendidikan tinggi.
Untuk itu, pimpinan PT pada perguruan tinggi semakin dituntut meningkatkan peranannya  merespon secara aktif perubahan lingkungan eksternal  yang terus berubah secara signifikan bagi menentukan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat kontemporer.

Diperlukan kepemimpinan yang baik untuk perubahan pendidikan tinggi jika ingin melayani perubahan  dunia yang cepat. Harus disadari bahwa perguruan tinggi sebagai institusi sosial yang cukup layak dalam hal kapasitas untuk merancang dan mengarahkan perubahan dan mampu beradaptasi dalam melayani masyarakat secara luas, bukan sebatas masyarakat “local”. Wa Allhua’lam bi al-Shawwab.***

(Penulis: Guru Besar di UIN Suska Pekanbaru)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/