Oleh: Eka Azwin Lubis
Sejak diumumkan perombakan susunan Menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, praktis dunia perpolitikan Indonesia disibukkan dengan berbagai prediksi siapa yang akan keluar, masuk, atau sekedar tukar posisi didalam susunan Kabinet yang baru.
Dan pada saat tiba tanggal 18 Oktober 2011 dimana hari tersebut merupakan waktu yang dipilih Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono untuk mengumumkan hasil resshufle didalam kabinet yang mereka pimpin untuk waktu kurang lebih tiga tahun kedepan semua orang menunggu hasil resshufle tersebut.
Dari sekian banyak jumlah menteri dan wakil menteri tersebut, muncul satu nama baru yang cukup menarik karena prestasi kerja beliau sewaktu menjadi Direktur Utama (Dirut) PLN untuk masa bakti mulai 23 Desember 2009 sampai tanggal dilantiknya beliau sebagai Menteri Negara Badan Usaha Miliki Negara (Menneg BUMN) yang baru menggantikan Mustafa Abubakar.
Mustafa Abubakar sendiri menuai banyak kritik ketika tahun lalu mengeluarkan kebijakan yang tak mulus dalam penjualan saham Krakatau Steel, salah satu BUMN milik Indonesia seperti yang dikatakan oleh seorang penulis The Straits Times, Bruce Gale.
Beliau adalah Dahlan Iskan. Pria kelahiran Magetan 60 tahun yang lalu ini merupakan sosok pemimpin yang sederhana, nyentrik, ramah, dan ulet dalam mengemban amanah. Terbukti seperti yang diceritakan dalam buku “ Dua Tangis dan Ribuan Tawa “ saat Dahlan Iskan menjadi Dirut PLN, walau hanya 2 tahun 9 bulan 25 hari, beliau mampu melakukan reformasi besar-besaran dengan Program sehari sejuta sambungan PLN.
Dan hasil dari perubahan yang beliau terapkan ini adalah krisis listrik yang telah terjadi puluhan tahun di Indonesia bisa diatasi oleh Dahlan Iskan (tentu bukan sendirian). Karyawan PLN yang sebelumnya minder kini lebih percaya diri lagi. Selain itu beliau juga dikenal sebagai Pemimpin Harian Jawa Pos sejak tahun 1982 dan mampu mendongkrak Income Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar dalam waktu 5 tahun.
Sejak diangkat dan dilantik Presiden SBY sebagai Menneg BUMN yang baru, praktis kehidupan seorang Dahlan Iskan seketika juga berubah, dimana jika selama ini beliau hanya membawahi satu BUMN yaitu PLN, kini beliau telah menjadi Leader bagi semua BUMN yang ada di Indonesia.
Namun, Ada yang aneh alias luar biasa pada Dahlan Iskan ketika SBY menunjuknya menjadi menteri BUMN. Dahlan Iskan yang berada di bandara untuk bersiap-siap ke luar negeri, menerima telephone dari Presiden SBY yang melarangnya pergi, karena beliau ditunjuk menjadi Menneg BUMN yang baru.
Beliau menangis membayangkan bagaimana teman-temannya di PLN lagi semangat-semangatnya mengurusi dan memperbaiki listrik dan akan segera beliau tinggalkan. Ini merupakan tangisan kedua Dahlan Iskan, setelah tangisan pertama ketika rapat dengar pendapat dengan DPR dimana Dahlan Iskan memutuskan berani menabrak aturan asal tidak korupsi demi menerangi listrik daerah pedalaman di Sumatera.
Kejadian mengesankan tidak hanya sampai disitu. Pada hari pelantikan sebagai menteri yang baru, saat semua orang mengenakan sepatu resmi, Dahlan Iskan justru memakai sepatu kets atau olahraga. Hanya warnanya saja yang hitam untuk menunjukan keseragaman dengan yang lain. Saat ditanya soal penampilannya itu, Dahlan menjawab santai. “Sudah kebiasaan sangat lama,”
Seperti yang diberitakan oleh Maja News, Dahlan mengaku tak pernah mendapatkan teguran dari Presiden SBY atas kebiasaannya tersebut. Bahkan, beliau mengaku tak perlu izin presiden untuk urusan sepatu ini. Hal yang sangat jarang terjadi kini justru dilakukan oleh orang yang bukan dari latar belakang miskin. Karena kekayaan Dahlan Iskan mencapai Rp48 Milyar. Jauh melampaui Presiden SBY yang hanya memiliki kekayaan Rp7,6 Milyar saat melaporkan kekayaannya kepada negara.
Kekayaan Dahlan Iskan itu bukanlah hasil dari korupsi. Sebab sebelum menjadi Menteri, selain bekerja sebagai Dirut PLN beliau juga merupakan Pemimpin Grup Jawa Pos. Dahlan Iskan juga merupakan Presiden Direktur dari dua perusahaan pembangkit listrik swasta yakni PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Dan pada tahun 2002 beliau mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru. Sehingga wajar jika beliau memiliki jumlah kekayaan yang luar biasa dan hal inilah yang melandasi kinerjanya dalam menerapkan pelayanan ditubuh PLN yang jujur dan ikhlas tanpa korupsi, seperti yang diungkapkan oleh Eddy D. Erningpraja, Direktur SDM dan Umum PLN.
Menteri Naik Kereta Api dan Ojek
Kesederhanaan tampaknya tak bisa luput dari diri seorang Dahlan Iskan. Bahkan satu kali Dahlan pernah bercerita tentang kehidupan masa kecilnya yang bertemankan kain sarung. Suatu kali beliau pernah diundang Presiden SBY untuk menghadiri rapat kerja pemerintah di Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat tanggal 23 Desember 2011.
Karena takut kena macet dan terlambat beliau pergi menggunakan kereta api AC (commuter line) tanpa ditemani oleh ajudan atau pengawal layaknya seorang Menteri. Tidak sampai disitu, saat beliau tiba dan turun distasiun Bogor, beliau langsung mencari ojek untuk menuju Istana Bogor tempat rapat digelar.
Dan Sebelum pukul 09.00 beliau sudah tiba di Istana Bogor dan tidak terlambat menghadiri rapat yang dipimpin Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono pada pukul 09.00.
Kejadian tersebut bukanlah hal yang aneh bagi Dahlan Iskan, sebab beliau memang senantiasa naik Kereta Api dalam beberapa kali kesempatan. Dan sewaktu beliau berada didalam Kerata kelas Ekonomi yang tarifnya hanya Rp 6000, beliau tidak pernah sungkan untuk bercengkrama dengan penumpang lainnya.
Jauh sebelum menjadi Menteri, Dahlan juga memiliki kebiasaan berangkat ke kantor berjalan kaki saat menjadi Dirut PLN. Hal ini mengingatkan kita pada sosok Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran yang tidak mau menggunakan fasilitas negara berupa mobil dinas dan lebih memilih mobil pribadi miliknya jenis Peugeot 504 buatan tahun 1977 sebagai kendaraan yang menghatarkannya dalam menjalankan tugas kenegaraan dan tanpa didampingi supir karena beliau lebih suka mengemudi sendiri.
Dahlan Iskan sudah menyusun program kerjanya sebagai Menneg BUMN seperti mengurangi campur tangan pemerintah di BUMN untuk memberi kebebasan dan otoritas kepada para direktur utamanya melakukan aksi-aksi korporasi. Selain itu beliau juga telah memiliki Program restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan jumlah) sejumlah badan usaha.
Dahlan juga menyatakan akan memangkas agenda rapat yang dinilainya tidak terlalu penting. Terlalu banyak rapat itu harus dikurangi 50 persen. Undangan ke BUMN juga harus dikurangi 50 persen, kata beliau. “Lebih banyak kerja dari pada bikin rapat,” seperti yang ditulis viva team.
Kalau semua pejabat di Indonesia memiliki jiwa dan sifat seperti Dahlan Iskan yang santun dan bersahaja, bukan hal yang mustahil kalau Indonesia akan lebih terpandang karena kesederhanaan pemimpin dan rakyatnya dalam menjalankan hidup. Karena Indonesia merupakan negara yang masih kuat dengan budaya paternalistiknya, sehingga ketika pemimpinnya memberikan contoh otomatis anak buah mengikutinya.(*)
Penulis Kabid PTKP HMI FIS dan Staf Pusham Unimed