31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Uwe Delius, Utusan Pembawa Kado

MARKETING SERIES (85)

Setelah selesai menjelaskan Marketing 3.0 di forum main dealer Mercedes-Benz di Mandarin Hotel Jakarta pada 25 Oktober 2012, saya mendapat pertanyaan kejutan. Saya diminta menjelaskan tentang From Service to Care: The Luxury Market. Uwe Delius dari Daimler, manager customer satisfaction management yang berkantor di Stuttgart, mencegat saya. “I have two questions for you and the first one is are you a Mystic Man?”

Wah, saya terus terang sangat kaget atas pertanyaan itu. Mungkin dia menganggap saya orang tanpa cela terkait paparan Marketing with Human Spirit. Padahal, saya hanya menjelaskan bahwa pada era internet seperti sekarang ini, marketer jangan bohong dan harus transparan. Sebab, gampang ketahuan dan bakal gampang tersebar ke mana pun. Karena itu, terhadap pertanyaan tersebut, saya pun menjawab, “I am a good actor. I am just acting to pretend as a good guy. Actually I am a bad guy!”

“No, no, no, you are joking. I am very serious because I am fifty four!”

Pada sesi ceramah, saya memang mengatakan bahwa pada 18 November mendatang saya bakal berusia 65 tahun. Uwe lantas menjelaskan bahwa ada orang Jerman bekas pialang saham kaya yang melepaskan segala kekayaannya dan menjadi pendeta Buddha.

Saya memang pernah membaca bukunya yang terjual sampai 15 juta kopi. The Monk who sold his Ferrari! Itu cerita sungguhan di mana dia jadi tidak bahagia walaupun duitnya banyak, tapi jadi sangat bahagia ketika sudah nggak punya apa-apa.
“Wow, I don’t want to be him! I cannot become a Monk. I still love business,” sanggah saya.

Uwe tertawa keras. “I don’t want you to be him. But I want you to inspire the world like him,” jawabnya.
Sebelumnya, saya pikir dia lagi bercanda atau hanya memuji di bibir. Seperti basa-basi yang dilakukan banyak orang. “Hermawan, believe me… You can inspire the business world with your human spirit concept,” Uwe melanjutkan.

Saya mulai berpikir apa kira-kira pertanyaan keduanya setelah dia berusaha meyakinkan saya bahwa saya adalah mystic man.
“My second question is do you want to open a branch in Europe? My wife is a free person and I know she will be happy to work with you!”
Uwe lantas berkali-kali meyakinkan saya bahwa dia serius mau buka cabang MarkPlus Inc di Jerman. Dia bahkan menawari saya untuk membantu mengatur forum seminar besar-besaran di sana untuk bicara Marketing 3.0.

Apalagi setelah dia tau bahwa buku-buku saya terbitan John Wiley sudah diterbitkan dalam 23 bahasa, termasuk bahasa Jerman yang ada sambutan Presiden SBY juga. Setelah beberapa menit, saya memegang tangannya dan mengatakan bahwa saya setuju dengan idenya.
“You are given to me by God. You are a present….”

Wah, wah, wah… kami langsung bertukar kartu nama.

Saya anggap, inilah kado ultah ke-65 saya dari Tuhan lewat Uwe Delius. Sebagai manusia yang terus bertambah umurnya, tentu kita harus competing with time. Sebab, kita semua tidak tahu diberi tambahan hidup berapa hari, berapa bulan, berapa tahun lagi.

Ada dorongan yang kian kuat untuk menginspirasi lebih banyak orang di mana pun dengan konsep Marketing 3.0. Supaya semakin banyak bisnis dan pemasaran yang dijalankan dengan human spirit. Bukan dengan menghalalkan semua cara. Bukan dengan cara menghipnotis orang supaya beli produk kita. Bukan pula dengan memberikan diskon sebesar-besarnya. (*)

MARKETING SERIES (85)

Setelah selesai menjelaskan Marketing 3.0 di forum main dealer Mercedes-Benz di Mandarin Hotel Jakarta pada 25 Oktober 2012, saya mendapat pertanyaan kejutan. Saya diminta menjelaskan tentang From Service to Care: The Luxury Market. Uwe Delius dari Daimler, manager customer satisfaction management yang berkantor di Stuttgart, mencegat saya. “I have two questions for you and the first one is are you a Mystic Man?”

Wah, saya terus terang sangat kaget atas pertanyaan itu. Mungkin dia menganggap saya orang tanpa cela terkait paparan Marketing with Human Spirit. Padahal, saya hanya menjelaskan bahwa pada era internet seperti sekarang ini, marketer jangan bohong dan harus transparan. Sebab, gampang ketahuan dan bakal gampang tersebar ke mana pun. Karena itu, terhadap pertanyaan tersebut, saya pun menjawab, “I am a good actor. I am just acting to pretend as a good guy. Actually I am a bad guy!”

“No, no, no, you are joking. I am very serious because I am fifty four!”

Pada sesi ceramah, saya memang mengatakan bahwa pada 18 November mendatang saya bakal berusia 65 tahun. Uwe lantas menjelaskan bahwa ada orang Jerman bekas pialang saham kaya yang melepaskan segala kekayaannya dan menjadi pendeta Buddha.

Saya memang pernah membaca bukunya yang terjual sampai 15 juta kopi. The Monk who sold his Ferrari! Itu cerita sungguhan di mana dia jadi tidak bahagia walaupun duitnya banyak, tapi jadi sangat bahagia ketika sudah nggak punya apa-apa.
“Wow, I don’t want to be him! I cannot become a Monk. I still love business,” sanggah saya.

Uwe tertawa keras. “I don’t want you to be him. But I want you to inspire the world like him,” jawabnya.
Sebelumnya, saya pikir dia lagi bercanda atau hanya memuji di bibir. Seperti basa-basi yang dilakukan banyak orang. “Hermawan, believe me… You can inspire the business world with your human spirit concept,” Uwe melanjutkan.

Saya mulai berpikir apa kira-kira pertanyaan keduanya setelah dia berusaha meyakinkan saya bahwa saya adalah mystic man.
“My second question is do you want to open a branch in Europe? My wife is a free person and I know she will be happy to work with you!”
Uwe lantas berkali-kali meyakinkan saya bahwa dia serius mau buka cabang MarkPlus Inc di Jerman. Dia bahkan menawari saya untuk membantu mengatur forum seminar besar-besaran di sana untuk bicara Marketing 3.0.

Apalagi setelah dia tau bahwa buku-buku saya terbitan John Wiley sudah diterbitkan dalam 23 bahasa, termasuk bahasa Jerman yang ada sambutan Presiden SBY juga. Setelah beberapa menit, saya memegang tangannya dan mengatakan bahwa saya setuju dengan idenya.
“You are given to me by God. You are a present….”

Wah, wah, wah… kami langsung bertukar kartu nama.

Saya anggap, inilah kado ultah ke-65 saya dari Tuhan lewat Uwe Delius. Sebagai manusia yang terus bertambah umurnya, tentu kita harus competing with time. Sebab, kita semua tidak tahu diberi tambahan hidup berapa hari, berapa bulan, berapa tahun lagi.

Ada dorongan yang kian kuat untuk menginspirasi lebih banyak orang di mana pun dengan konsep Marketing 3.0. Supaya semakin banyak bisnis dan pemasaran yang dijalankan dengan human spirit. Bukan dengan menghalalkan semua cara. Bukan dengan cara menghipnotis orang supaya beli produk kita. Bukan pula dengan memberikan diskon sebesar-besarnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/