30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Beda Google dan Facebook

Anda tentu tahu bagaimana Google berjualan e-advertorial. Kalau Anda ketik suatu kata untuk mencari informasi tertentu, beberapa info yang muncul dengan arsiran itulah e-advertorial-nya.

Itu adalah cara otentik Google mendiferensiasi dirinya dalam menjual iklan ketimbang Facebook, misalnya. Kalau Facebook sering dimarahi orang karena menjual data pribadi kepada pemasang iklan, Google tidak melakukan itu.

Dengan mengandalkan search-engine yang canggih, Google bisa membuat orang mencari sendiri informasi di sekitar key-words yang diketiknya. Dan, advertorial itu memang menjadi salah satu info yang relevan dengan apa yang dicari orang tersebut.

Sedangkan di Facebook, orang merasa menjadi sasaran tembak dari berbagai advertiser . Karena itulah, syarat codification untuk sebuah diferensiasi yang otentik terpenuhi. Lantas, syarat co-creation sebagai pengganti product juga terpenuhi. Sebab, peletakan advertorial itu sesuai dengan key-word yang dipilih bergantung kepada customer sendiri.

Begitu juga halnya dengan price. Dalam hal ini, the currency is the key-word. Harganya dilelang, atau lewat auction. Kalau kebetulan banyak yang mau pakai key-word itu dan berani bayar mahal, harga pun naik. Jadi, harga ditentukan sendiri oleh customer.

Bagaimana channel activation sebagai pengganti channel tradisional? Ya, Anda bisa masuk saja ke web mereka untuk pasang advertorial dan di situlah terjadi conversation yang bukan promotion.

Fungsi selling-nya? Mereka lakukan secara e-commerce, m-commerce, dan p-commerce. Orang bisa memasang e-advertorial itu dari mana saja, baik lewat web maupun gadget.

Tugas Google hanya memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Tidak hanya melakukan transactional, relationship, dan partnership selling, tapi juga melakukan p-commercialisation. Atau, personal commercialisation sebagai ganti dari personal-selling yang biasanya masuk di kategori promotion. Jadi, commercialisation itu sebenarnya adalah cara monetization dari suatu media sosial.

Dengan kata lain, bagaimana cara dapat duitnya kalau sebuah media sosial sukses karena banyak yang mau menjadi anggota, namun belum ada duitnya. Kalau investor sebagai the third customer, setelah internal dan external customer, tidak percaya akan adanya moneytization itu, harga saham akan jatuh.
Apalagi kalau seperti Facebook, yang harga perdananya dipasang tinggi ketika go public kali pertama. Nah, di dunia off-line, commercialisation itu adalah semacam moneytization of a true friendship. Sebuah persahabatan sejati yang juga ada nilai komersialnya.

Ada tiga hal yang sangat membedakan selling dalam komersialisasi. Pertama, customer bukan target yang harus dituju supaya sales target tercapai. Customer adalah teman sejati yang harus merasakan nilai tambah ketika berteman dengan kita.

Kedua, transaksi penjualan yang terjadi bukan sekadar pembuka hubungan dan kemitraan. Bahkan, merupakan suatu permulaan dari suatu akses baru.
Ketiga, customer tidak hanya merasa adanya win-win situation, tapi juga akan bisa mengembangkan commercial value-nya sendiri. Kalau sudah begitu, customer tak akan lari seperti kalau sedang didekati seorang salesperson. Tapi, malah mencari di mana ada kesempatan untuk mengenali, mencoba, dan berhubungan dengan e-commerce, m-commerce, maupun p-commerce.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Anda tentu tahu bagaimana Google berjualan e-advertorial. Kalau Anda ketik suatu kata untuk mencari informasi tertentu, beberapa info yang muncul dengan arsiran itulah e-advertorial-nya.

Itu adalah cara otentik Google mendiferensiasi dirinya dalam menjual iklan ketimbang Facebook, misalnya. Kalau Facebook sering dimarahi orang karena menjual data pribadi kepada pemasang iklan, Google tidak melakukan itu.

Dengan mengandalkan search-engine yang canggih, Google bisa membuat orang mencari sendiri informasi di sekitar key-words yang diketiknya. Dan, advertorial itu memang menjadi salah satu info yang relevan dengan apa yang dicari orang tersebut.

Sedangkan di Facebook, orang merasa menjadi sasaran tembak dari berbagai advertiser . Karena itulah, syarat codification untuk sebuah diferensiasi yang otentik terpenuhi. Lantas, syarat co-creation sebagai pengganti product juga terpenuhi. Sebab, peletakan advertorial itu sesuai dengan key-word yang dipilih bergantung kepada customer sendiri.

Begitu juga halnya dengan price. Dalam hal ini, the currency is the key-word. Harganya dilelang, atau lewat auction. Kalau kebetulan banyak yang mau pakai key-word itu dan berani bayar mahal, harga pun naik. Jadi, harga ditentukan sendiri oleh customer.

Bagaimana channel activation sebagai pengganti channel tradisional? Ya, Anda bisa masuk saja ke web mereka untuk pasang advertorial dan di situlah terjadi conversation yang bukan promotion.

Fungsi selling-nya? Mereka lakukan secara e-commerce, m-commerce, dan p-commerce. Orang bisa memasang e-advertorial itu dari mana saja, baik lewat web maupun gadget.

Tugas Google hanya memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Tidak hanya melakukan transactional, relationship, dan partnership selling, tapi juga melakukan p-commercialisation. Atau, personal commercialisation sebagai ganti dari personal-selling yang biasanya masuk di kategori promotion. Jadi, commercialisation itu sebenarnya adalah cara monetization dari suatu media sosial.

Dengan kata lain, bagaimana cara dapat duitnya kalau sebuah media sosial sukses karena banyak yang mau menjadi anggota, namun belum ada duitnya. Kalau investor sebagai the third customer, setelah internal dan external customer, tidak percaya akan adanya moneytization itu, harga saham akan jatuh.
Apalagi kalau seperti Facebook, yang harga perdananya dipasang tinggi ketika go public kali pertama. Nah, di dunia off-line, commercialisation itu adalah semacam moneytization of a true friendship. Sebuah persahabatan sejati yang juga ada nilai komersialnya.

Ada tiga hal yang sangat membedakan selling dalam komersialisasi. Pertama, customer bukan target yang harus dituju supaya sales target tercapai. Customer adalah teman sejati yang harus merasakan nilai tambah ketika berteman dengan kita.

Kedua, transaksi penjualan yang terjadi bukan sekadar pembuka hubungan dan kemitraan. Bahkan, merupakan suatu permulaan dari suatu akses baru.
Ketiga, customer tidak hanya merasa adanya win-win situation, tapi juga akan bisa mengembangkan commercial value-nya sendiri. Kalau sudah begitu, customer tak akan lari seperti kalau sedang didekati seorang salesperson. Tapi, malah mencari di mana ada kesempatan untuk mengenali, mencoba, dan berhubungan dengan e-commerce, m-commerce, maupun p-commerce.
Bagaimana pendapat Anda? (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/