29 C
Medan
Monday, December 29, 2025
Home Blog Page 13957

Peduli Pendidikan dan Kebersihan

Bank Sumut dan IMI Sumut Bakti Sosial

Pendidikan salah satu kunci untuk keluar dari kemiskinan. Dengan memiliki pendidikan yang layak, akan lahir generasi yang dapat membantu sesama. Sehingga ke depan seluruh masyarakat memiliki taraf hidup yang layak.

Demikian disampaikan Direktur Utama (Dirut) Bank Sumut H Gus Irawan Pasaribu di hadapan peserta “Bank Sumut Peduli Pendidikan” yang dilaksanakan oleh Bank Sumut bersama Pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia Sumatera Utara (Pengprov IMI Sumut) dan Lembaga Swadaya Masyarakat Mata Rakyat (LSM Marak) di halaman Yayasan Pendidikan Muhammadiyah Medan Belawan, Sabtu (4/2).

Hadir pada kegiatan itu Ketua Pengprov IMI Sumut H Musa Rajeck Shah didampingi jajaran pengurus, Wakil Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Belawan H Saiful Famar, Camat Medan Belawan Andi Syukur Harahap, Letda Sukandar DM dari Den Teram Belawan, Kapt. Inf. Mustakim dari Dan Ramil Belawan, Ipda S Siregar dari Polres Belawan, Lettu Nano Harsono dari Dan Pomal, Ketua Yayasan Hang Tuah Mayor Adi, tokoh organisasi kemasyarakatan H Junaidi Pangaribuan, dan tokoh masyarakat H Ustad Teguh Ahmad Bakri.

“Kiranya kegiatan ini menginspirasi anggota masyarakat lain yang berkesempatan untuk berpartisipasi dalam pengembangan daerah di Kecamatan Medan Belawan ini melalui pendidikan. Dengan demikian, generasi muda saat ini tampil lebih baik dari generasi sebelumnya dalam mengembangkan potensi lokal. Ke depan, mereka yang saat ini mendapat bantuan dapat memberi bantuan bagi masyarakat membutuhkan lainnya,” ucap Gus Irawan.
Sehubungan dengan itu tambah Gus Irawan, Bank Sumut menyiapkan program ‘Pemberdayaan Kaum Perempuan’ yang diispirasi dari kehidupan kaum nelayan. Dengan program tersebut para istri nelayan dapat ambil bagian dalam memenuhi kebutuhan hidup. Tidak bergantung kepada rezeki yang dibawa suami setelah sekian lama melaut.

Program ‘Pemberdayaan Kaum Perempuan’ sendiri merupakan pemberian kredit modal usaha yang dilaksanakan secara bertahap dari Rp1 juta di tahap I hingga Rp5 juta di tahap V. Program ini pun dapat ditingkatkan hingga mencapai Rp50 juta bagi kelompok yang beranggotakan 20-30 kelompok usaha. Di Sumut, program ini sudah mengasuh 65 ribu anggota dari 2600 kelompok usaha.

“Syaratnya hanya ibu-ibu punya usaha, apa pun itu. Pinjaman tahap I sampai V akan kita berikan tanpa agunan dan tidak perlu datang ke Bank Sumut karena petugas kita yang akan mendatangi ibu-ibu. Cukup punya tanda pengenal sebagai persyaratan perbankan,” pungkas Gus.
Selain menyerahkan bantuan pendidikan berupa perlengkapan belajar bagi siswa, juga dua unit Mandi Cuci Kakus (MCK) untuk Kelurahan Sicanang, dan pembagian sembilan bahan pokok (Sembako) bagi masyarakat sekitar yang merupakan bantuan dari tokoh masyarakat H Anif dan Pengprov IMI Sumut pimpinan H Musa Rajeck Shah atau yang akrab disapa Ijeck.

Camat Medan Belawan Andi Syukur Harahap memberi apresiasi besar atas bantuan yang diberikan dalam meningkatkan potensi di enam kelurahan yang memiliki luas daerah sekitar 2000 hektar dengan 12 ribu masyarakat. “Terlebih di Kelurahan Sicanang yang kita ingin rubah tidak lagi berkonotasi negatif seperti selama ini,” tutur Andi. (jul)

Masuk Laboratorium SMANSA Sunggal Bayar Rp8 Ribu

082166447xxx

Gedung laboratorium SMANSA Sunggal beralih fungsi menjadi gedung bioskop. Pasalnya, setiap siswa yang hendak masuk ke gedung laboratorium diharuskan bayar Rp8 ribu.

Kita Konfirmasi ke Sekolah Terkait

Untuk jelasnya, laporan ini akan saya konfirmasi terlebih dahulu dengan sekolah terkait. Perlu diketahui bila dana Bantuan Operasi Sekolah (BOS) yang ada masih belum mencukupi seluruh pendanaan operasional sekolah. Maka dibentuklah Komite Sekolah untuk mencari dana tambahan. Selama kebijakan itu merupakan keputusan Komite Sekolah, itu adalah resmi. Terima kasih.

Drs Umar Sitorus
Kabid Humas Dinas Infokom Deli Serdang

Perketat Pengawasan Penyaluran Dana BOS

Selama ini dunia pendidikan di Sumatera Utara cukup memprihatinkan bahkan carut marut. Proses belajar mengajar terkesan dikesampingkan dan pejabat sekolah lebih mengurusi proyek dari pada mengurus kebutuhan peserta didiknya. Untuk itu perlu dilakukan perubahan manajemen, khusunya peningkatan SDM para guru dan kepala sekolah (kasek). Perketat pengawasan penyaluran dana BOS dan menindak tegas oknum yang melakukan pungli. Evaluasi jabatan kasek yang terbukti melakukan pungli, copot dan laporkan ke aparat hukum sebagai efek jera.

Nur Hasanah
Anggota Komisi E DPRD Sumut

Siswi SMK Dibawa Kabur ke Malaysia

LABUHAN DELI – Siti Marsela Ningsih alias Sela (15), sudah sebulan tak pulang ke rumahnya di Jalan Veteran Raya, Gang Kabah, Kecamatan Labuhan Deli. Siswi kelas 1 SMK Yaspi Medan Labuhan ini diduga dibawa kabur pria beristri yang tak lain adalah pacarnya.

Kabar hilangnya, Sela kini telah dilaporkan pihak keluarga ke Mapolres Pelabuhan Belawan. Yatiem (46), ibu kandung Sela kepada Sumut Pos mengatakan, putrinya mulai pergi meninggalkan rumah sejak 4 Januari 2012 lalu. Sebelum pergi, Sela sempat pamitan dengan Yatiem.

“Waktu itu dia permisi mau pergi ke rumah kawannya, dan aku juga kasih dia duit buat jajan Rp7 ribu,” kata Yatiem, Selasa (7/2) siang.

Awalnya, Yatiem tak menyangka kalau putri ke empatnya itu bakal tak pulang lagi ke rumah. Kecurigaan, Yatiem muncul setelah menjelang tengah malam, Sela tak juga pulang. “Kami sudah berusaha mencari ke rumah keluarga dan rumah temannya, tapi dia tetap tak ditemukan,” ucapnya.

Pihak keluarga menduga kalau, Sela pergi bersama pacarnya yang sudah beristri, berinisial, BH (33) warga Titi Dua Pulau Sicanang, Belawan. Dugaan itu didasari adanya layanan pesan singkat (SMS) di handpone Sela. “Di HP itu ada SMS, kalimatnya ‘jangan kau ganggu lagi suamiku, Sela. Dari situlah keluarga lalu menghubungi nomor tersebut, dan diketahui itu adalah nomor HP istri BH,” ujar, Yatiem.

Dari pengakuan, Dini istri, BH keluarga memperoleh petunjuk kalau, Sela telah dibawa kabur ke Malaysia. “Menurut istrinya, BH sudah lama tak pulang. Keluarganya juga bilang begitu, dan katanya saat ini dia sudah berada di Malaysia,” ungkapnya sedih.

Yatiem kian yakin tentang keberadaa putrinya di Malaysia itu setelah beberapa waktu lalu, Sela menghubunginya. “Saya memang ada ditelepon sama Sela, waktu itu dia bilang kondisinya baik-baik saja dan sedang berada di Malaysia. Cuma yang aku heran nada suaranya seperti tertekan,” aku Yatiem.(mag-17)

Judi Dadu di Desa Tangkahan Ujung

087867857xxx

Yth Bapak Kapolsek Percut Sei Tuan tolong digrebek judi dadu di Warung Tuak Kuyu di Desa Tangkahan Ujung. Judi dimulai pukul 23.00 WIB sampai pagi.

Cek ke Lapangan

Terima kasih atas laporannya dan segera kami teruskan ke Polsek Namo Rambe agar dikirim petugas untuk mencek langsung ke lapangan. Bila benar seperti yang dilaporkan SMS ini, akan ditindak tegas.

Kompol Mohch Yoris MY Marzuki
Kasat Reskrim Polresta Medan

Tagam Sinaga: Terima Kasih Pak Kapoldasu

Hari Ini Sertijab Kapolresta Medan

HARI ini Rabu (8/2), jabatan Kapolresta Medan diserahterimakan dari Kombes Pol Tagam Sinaga kepada Kombes Pol Monang Situmorang yang berlangsung di Aula Kamtibmas Poldasu. Seperti apa sepak terjang Tagam Sinaga sebelum dan sesudah menjabat Kapolresta Medan?
“Pertama kali saya ditugaskan di Nias, Sumatera Utara saat itu masih berpangkat letnan dua (Letda),” kata Kombes Pol Tagam Sinaga kepada wartawan di Halaman Mapolresta Medan Jalan Hm Said Medan, Selasa (7/2).

Tugas yang diemban Tagam tak tanggung-tanggung. Ia menjabat sebagai anggota serse di Nias.

Delapan bulan bertugas, Tagam kemudian dipromosikan untuk sekolah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang.
Selesai sekolah, Tagam kembali bertugasdi  Polda Sumut sebagai guru di SPN Sampali selam dua tahun. Kemudian Tagam pindah ke bagian Pusat Komando dan Pengendalian (Puskodal) Poldasu dan pindah lagi menjadi Waka Polsek Belawan,
Setelah itu, Tagam pindah tugas ke Tapanuli Selatan sebagai Kasat Samapta selama 2,8 bulan. “Inilah jabatan yang paling lama saya emban,” akunya.
Dari Tapsel, Tagam kemudian bertugas menjadi Kapolsek Sunggal. Berbagai prestasi yang diukirnya selama menjabat Kapolsek Sungga, Tagam kemudian ditarik tugas menjadi Kanit Jahtanras Polda Metro. Pengungkapan kasus Kapak Merah yang telah membuat warga Jakarta resah berhasil dibabat habis.
“Sejak itu lah, saya berhasil mengungkap kasus pembunuhan Hakim Agung Kartasasmita, bom Atrium Senin, bom BEJ, karena saya berada dalam tim itu,” katanya.

Kemudian Tagam menjabat Kepala Bagian Operasional Polresta Jakarta Pusat dan melakukan pengamanan Pemilu pertama secara demokratis 2004 yang langsung dipilih oleh masyarakat.

“Ini tugas yang paling berat,, tugas nasional karena Pemilu pertama dengan banyaknya partai,” katanya.

Setelah itu melanjutkan Sekolah Pimpinan (Sespim), Tagam kembali ke Poldasu dan menjabat Kasat Tipikor Polda Sumut selama sembilan bulan. Salah satu prestasi yang tak dilupakan selama menjabat Kasat Tipikor, Tagam menahan salah satu bupati di Sumut dan Direktur Utama salah satu PTPN Sumut. Ia kemudian pindah lagi menjadi Kapolres Labuhan Batu dan mengungkap perampokan toke sawit dengan menembak mati empat pelaku perampokan berikut mengamankan tiga senjata apinya. Atas keberaniannya itu Tagam kemudian ditunjuk mengungkap kasus perampokan di Tapanuli Selatan PT Mujur First Plantation dengan kerugian Rp1,3 m. Tagam berhasil menangkap lima tersangka dan satu ditembak mati Padahal beliau bertugas di Polres Labuhan Batu ketika Kapoldasu dijabat Irjen Nurudin Usman.

Kemudian, Tagam pindah tugas lagi menjadi Waka Polwil Purwakarta. Kemudian Tagam pindah lagi di Bareskrim di bagian tim penanganan kasus Gayus dan menjadi Katim II untuk penanganan judi seluruh Jakarta dan Jawa.

Setelah itu, Tagam menangkap tahanan Poltabes Medan yang lari dari tahanan yakni Julianto di Jawa Barat yang membunuh lima polisi.
Dari Bareskrim, Tagam kemudian dipercaya menjabat Kapolresta Medan. Kombes Tagam Sinaga merupakan putra daerah yang pertama menjadi Kapolresta Medan.

“Perasaan saya waktu itu senang sekali karena menjadi Kapolresta Medan merupakan mimpi saya dan akan kita jaga kepercayaan itu dengan bekerja keras jangan sampai memalukan masyarakat Medan maupun pimpinan Polri,” katanya.

Selama menjabat Kapolresta Medan berhasil ungkap kasus sopir yang membawa kabur uang majikannya yakni pihak Konjen Malaysia mencapai Rp300 juta. Mengungkap kasus perampokan Bank CIMB, 1 bulan 2 minggu. Kasus penembakan Awi-Dora, pembunuhan karyawan BRI Syahriah dan tewasnya warga AS karena ditikam perampok. Selain itu banyak pembangunan yang dilakukannya untuk polisi di Medan ini. Seperti  police in village, pengadaan ruangan biologis, ruang transparansi penyidikan Polresta Medan, memberikan bantuan 10 unit sepeda motor trail ke Sat Sabhara Polresta Medan. Pembangunan kantor reserse dan setiap ruang juru periksa diberi sket untuk transfaransi, membuat pusat informasi penangan perkara, media online Polresta Medan dan lainnnya. ”Semua ini berkat dukungan dan bimbingan Bapak Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, terimakasih Pak Kapoldasu, terimakasih masyarakat,” tuturnya. (azw)

Tak Ada Lagi Cap Go Meh

Bencana 1979 Terulang, 86 Rumah Terbakar

MEDAN-Kemarin, Senin (6/1), diperingati warga etnis Tionghoa sebagai perayaan Cap Go Meh. Momen yang melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa pe rayaan Imlek bagi komunitas Tionghoa yang tinggal di luar China itu digelar meriah di berbagai daerah di Indonesia. Di Medan, tepatnya di Medan Area, 200 KK malah kehilangan tempat tinggal.

Begitulah, beberapa jam lagi perayaan Cap Go Meh, terjadi kebakaran di Jalan AR Hakim Gang Bakung Lingkungan XII kelurahan Tegal Sari I Kecamatan Medan Area. Kawasan penduduk yang didominasi warga keturunan Tionghoa ini memang memiliki jalan yang sempit. Hingga, kobaran api yang secara tiba-tiba muncul sejak pukul 10.30 WIB, sulit dihadang petugas kebakaran Medan. Padahal, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota Medan sampai menurunkan 15 armada. Tak pelak, 86 rumah ludes terbakar.

“Aku tidak tahu dari mana api, tiba-tiba sudah besar saja api ini dan rumah aku juga terbakar,” ungkap seorang korban, Aciu (60).
Aciu menjelaskan, sebelum kebakaran sempat terjadi pemadaman listrik di kawasan tersebut. Tak lama kemudian, lampu memang hidup seperti sediakala. Tapi, tak berapa lama setelah lampu nyala, muncul api entah dari mana.

Lanjut kakek ini, kebakaran saat Cap Go Meh sudah terjadi dua kali. “Sebelumnya sudah terjadi seperti pada 1979, satu hari sebelum Cap Go Meh.”sebutnya.

Dari pantaun Sumut Pos di lokasi kebakaran, warga yang menjadi korban sudah mempersiapkan perlengkapan perayaan Cap Go Meh. Kini perlengkapan Cap Go Meh ikut terbakar dalam kegagasan si jago merah. “Sudah terbakar, Bang, tidak ada lagi perayaan Cap Go Meh. Perlengkapannya pun ikut terbakar sudah.”ungkap warga lainnya, Herna Cici (36).

Kini, Herna Cici hanya berpikir untuk tinggal di mana, rumahnya ludes dihajar si jago merah. “Cemana aku mau bangun rumah lagi, semua sudah ludes terbakar hingga barang-barang aku,” ujarnya sembari berlalu.

Setelah api dipadamkan, warga yang menjadi korban kebakaran kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka mencoba mengais barang yang masih bisa dimanfaatkan. Sementara, Pemerintahan Kota (Pemko) Medan membuka dapur umum dan posko bantuan untuk warga. Untuk penginapan sementara bagi korban, Pemko Medan sudah meminta kepada pihak manajemen Plaza Yuki di Jalan AR Hakim yang tidak jauh dari lokasi kebakaran untuk meminjamkan tempat. Permintaan itu pun diaminkan oleh pihak Plaza Yuki, lantai II  pun disiapkan manajemen untuk korban kebakaran. “Ya, pihak Plaza Yuki setuju,” ungkap Batara Harahap, Lurah Tegal Sari I Medan Area.

Dari pantauan Sumut Pos, bantuan dari dermawan silih berganti berdatangan. Terlihat juga sejumlah elit penjabat Pemko Medan seperti Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Sekretaris Daerah Pemko Medan Syaiful Bahri, serta sejumlah anggota DPRD Kota Medan dan anggota DPRD Sumut.
Sebelumnya, sekitar pukul 10.30 WIB setelah si jago merah menyala garang, terlihat kepanikan warga dalam menyelamatkan diri dan mengevakuasi barang-barang berharga miliknya.

Api yang berkobar dengan cepat tak mampu dipadamklan warga yang hanya mengandalkan alat seadanya. Beruntung tak lama kemudian, pihakpemadam kebakaran turun. Lima belas armada langsung terjun ke lokasi. Sayang, situasi jalan yang sempit membuat pemadaman sedikit lambat. Petugas malah terlihat mondar-mandir mencari air. Api baru berhasil dijinakkan sekitar 90 menit kemudian, tepatnya pukul 12.00 WIB.

“Belum tahu, ini baru usai dilakukan pemadaman. Kita masih menyelidiki asal api,” ujar Kapolsek Medan Area Kompol Aries Setyo Ningsih.
Saat disinggung atas kerugian meterial yang dialami warga, Aries belum bisa menghintung hal itu.”Belum tahu kita berjumlah kerugaian material yang dialami warga,” ungkap Aries.

Sementara Camat Medan Area Khoiruddin Rangkuti mengatakan selain pembangunan dapur umum, pendataan korban juga mereka lakukan. “Ya, kita sedang melakukan pendataan warga yang mejadi korban dalam perisitiwa ini,” sebutnya. (gus)

Tes Narkoba Pilot Pakai Rambut

JAKARTA-Kementerian Perhubungan (Kemenhub) langsung bereaksi melihat ba nyak pilot yang tertangkap menggunakan narkoba jenis sabu-sabu. Dalam waktu dekat Kemenhub akan melakukan tes narkoba secara acak kepada pilot sebelum terbang. Bahkan disiapkan uji narkoba baru melalui rambut.
“Kita sedang siapkan metode baru, kalau selama ini memakai urine untuk ngetes narkoba, nantinya kita akan pakai rambut. BNN sudah memiliki teknologinya. Kami dan BNN dalam waktu dekat berencana menggunakan itu,” ujar Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bhakti S Gumay di kantornya, Senin (6/2).

Menurut dia, tes narkoba melalui urine sudah usang dan dianggap kurang maksimal. Pasalnya metode seperti itu hanya bisa untuk mengecek pemakaian narkoba sebelum 12 jam sejak pemakaian. Apalagi, metode seperti itu rawan dimanipulasi oleh pelaku. “Kalau pakai rambut bisa ketahuan sampai tiga bulan kebelakang apakah dia pernah pakai atau tidak,” ungkapnya.

Dengan sistem seperti itu diperkirakan manipulasi lebih bisa diminimalisir.Harapannya, BNN dan Kemenhub akan memiliki gambaran siapa saja pilot yang pernah menggunakan narkoba. Oleh karena itu pihaknya berharap tes narkoba bagi para pilot melalui rambut itu bisa dilakukan secara berkala. “Nanti rencananya kita akan tes rambut mereka setiap tiga bulan sekali,” tuturnya.

Di kesempatan itu, pihaknya meminta agar masyarakat tidak terlalu khawatir dengan temuan beberapa pilot yang tertangkap menggunakan narkoba. Sebab hal itu dinilai hanya ulah beberapa oknum pilot saja. Masih banyak pilot yang berperilaku baik. “Kita sudah siapkan aturan pengawasannya. Itu mengadopsi peraturan internasional yaitu CASR (Civil Aviation Safety Regulation) No.120,” sebutnya.

Aturan CASR 120 itu merupakan aturan yang dibuat secara internasional sebagai standar pengawas penggunaan obat terlarang dan alkohol (drugs and alcohol control programs) dalam penerbangan. Selama ini program pengawas seperti itu merupakan inisiatif masing-masing operator penerbangan, di samping pemerintah juga melakukan tes narkoba setiap enam bulan sekali. “Kita target aturan itu terbit dua bulan kedepan,” katanya.
Herry menambahkan program tersebut nantinya akan dibuat dalam bentuk Peraturan Menteri Perhubungan. Sayangnya Herry enggan menceritakan lebih lanjuut menganai bagaimana mekanisme pengawasan narkoba di dunia penerbangan itu. “Kita berharap kedepan kasus seperti di Lion Air tidak terjadi lagi. Bukan hanya ingin mengurangi, tetapi harus bisa dihilangkan,” tegasnya.
Rute Aek Godang-Polonia tak Terganggu Pilot Nyabu

Sementara itu, Air membuka rute Bandara Aek Godang-Polonia melalui anak perusahaannya, Wings Air, tidak terganggu oleh kasus pilot Lion Air yang kedapatan mengonsumsi sabu-sabu.

Anggota Komisi V DPR asal Sumut, Ali Wongso Sinaga, menyatakan, dengan adanya kasus tertangkapnya pilot nyabu itu, justru ke depan Lion Air akan lebih keras mendisiplinkan para pilotnya. “Wajar jika masyarakat khawatir karena ada kasus itu. Tapi kita percaya tak semua pilot menggunakan narkoba. Rencana rute Aek Godang-Medan harus tetap jalan,” kata Ali Wongso Sinaga kepada koran ini di Jakarta, kemarin.

Seperti diberitakan, beberapa waktu lalu rencana pembukaan rute tersebut dibeber Direktur Keuangan Wings Air, Edward Sirait, bersama Bupati Tapsel Syahrul Pasaribu yang mewakili juga Bupati Madina Hidayat Batubara, Bupati Padang Lawas Utara Bachrum Harahap, Walikota Padangsidimpuan Zulkarnain Nasution, dan Bupati Padang Lawas, Basyrah Lubis.

Wings Air akan menggunakan pesawat ATR 72-600, dengan penerbangan dua kali sehari, untuk rute terbaru itu. Untuk tahap awal, nantinya akan digunakan sistem blok seat, di mana lima pemkab/pemko yang ada di kawasan Tabagsel, menawarkan masing-masing akan mengganti biaya tiket dua seat jika pesawat Wings Air dengan kapasitas 72 penumpang itu tidak full seat. Saat itu dikatakan, penerbangan perdana Februari 2012.
Kemarin, dimintai konfirmasi perkembangan rencana itu, Edward Sirait mengatakan, pihaknya masih menunggu pesawat yang didatangkan dari Perancis. Rencana awal, pesawat tiba Januari, namun hingga pekan pertama Februari, pesawat belum juga tiba.

“Kita masih menunggu pesawat datang. Ini perlu kita siapkan secara matang,” cetusnya. Dia juga meminta pemda-pemda di wilayah Tapanuli bagian selatan, untuk serius menyosialisasikan rencana pembukaan rute ini.

Menurut Edward, sosialisasi dan promosi sangat menentukan seberapa kuat pasar rute baru ini bisa terbentuk. “Kalau pasar tak berkembang, repot. Jangan hanya seminggu dua minggu hingga sebulan jalan, lantas tutup karena pasar tak berkembang,” ujar Edward.

Lion Air, kata Edward, tidak mau kegagalan membuka rute ke Silangit terulang lagi. “Silangit kita tutup karena penumpang tak berkembang,” katanya.  Terkait dengan masalah pilot, Edward dalam berbagai kesempatan menegaskan, pihaknya akan memperketat sistem pendisiplinan pilot.
Sudaryatmo, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), juga sependapat, rencana rute Aek Godang-Polonia jalan terus. Yang terpenting, lanjutnya, begitu pemerintah memberikan izin, maka pemerintah juga memberikan jaminan bahwa pilot-pilotnya waras.

“Yang penting, pemerintah dan pihak maskapai memberikan jaminan bahwa pilot-pilotnya semua waras, tidak ada yang menggunakan narkoba,” ujar Sudaryanto. Untuk saat ini, lanjutnya, Kementerian Perhubungan harus melakukan audit terhadap Lion Air, bagaimana selama ini menjalankan manajemen personalianya, terutama kepada para pilotnya. “Apa yang sudah dilakukan untuk pendisiplinan pilotnya? Ini yang harus diaudit,” tegasnya.
Di level regulasi, komisi V DPR juga harus mempertanyakan ke Kemenhub. Regulasi harus mengatur secara detil, siapa yang mesti melakukan tes terhadap pilot dan laboratorium mana yang diajak kerjasama.

Sedang Ali Wongso Sinaga mengatakan, sistem yang ditetapkan selama ini terbukti mengandung kelemahan. Dijelaskan, mekanisme tes rutin enam bulanan dengan sistem random terhadap pilot, terbukti tidak efektif. Dengan sistem random, dari 6.000-an jumlah pilot, jika diambil sampel 10 persen saja, berarti hanya 600-an pilot yang secara rutin enam bulan sekali dites darah dan urinenya. “Lah, yang 5.400 pilot bagaimana?” cetus politisi Partai Golkar dari dapil Sumut itu.

Karenanya, Ali menyarankan perlu dibuat mekanisme yang lebih ketat. Seluruh maskapai disarankan menjalin kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN). “Kalau BNN dan polisi sudah punya data-data pilot yang terindikasi menggunakan narkoba,langsung ditindak saja,” ujarnya.
Sementara, untuk langkah pencegahan kecelakaan pesawat karena pilotnyanyabu, perlu alat yang bisa mendeteksi secara cepat dan akurat terhadap pilot sebelum menerbangkan pesawat.

“Konon ada alatnya itu. Cukup rambutnya digunting sedikit, dimasukkan ke alat itu, bisa ketahuan apakah pilot menggunakan narkoba atau tidak dalam enam bulan terakhir,” kata Ali. (wir/jpnn/sam)

Komisi D Minta BPK Segera Audit Dishub

Dugaan Korupsi Dishub Medan Rp24 M

MEDAN-Dugaan korupsi retribusi parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Medan 2010-2011 sebesar Rp24 miliar yang tengah ditangani Kejatisu menggelitik  DPRD Me dan. Melalui Komisi D, Senin (6/2), DPRD Medan memanggil Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Medan Syarif Armansyah Lubis alias Bob. Namun Bob hanya mengutus Kepala Bidang Perparkiran Dishub Medan, Pahmi Harahap. Bob sendiri tidak datang tanpa alasan yang jelas.

Dalam rapat tersebut, indikasi dugaan penggelapan retribusi parkir pun semakin jelas. Pejabat Dishub Medan tersebut tak bisa menunjukkan data konkret berapa besaran retribusi parkir yang dipungut setiap harinya. Dokumen lain yang diminta Komisi D, juga tak bisa ditunjukkan. Komisi D pun kemudian meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Sumut untuk segera melakukan audit dana retribusi parkir.

Rapat kemarin berlangsung panas. Karena jawaban Pahmi sama sekali tak memuaskan anggota Komisi D. Bahkan rekomendasi rapat dengar pendapat (RDP) soal retribusi parkir pada akhir tahun lalu, sampai kemarin tidak pernah ditindaklanjuti. Tak cuma itu, petugas parkir di lapangan juga banyak yang tidak terdaftar. Ini dibuktikan dari tidak bisanya Dishub Medan menunjukkan surat perintah tugas (SPT) petugas parkir. Padahal, surat tersebut sudah diminta Komisi D sejak tahun lalu.

“Bagaimana mungkin sampai sekarang tidak bisa ditunjukkan data parker. Padahal sejak tahun lalu kami sudah memintanya. Jelas ada sesuatu di sini,” kata anggota Komisi D, Godfried Lubis dalam rapat tersebut.

Godfried semakin naik darah saat Pahmi Harahap tak bisa menjelaskan berapa pendapatan parkir  Dishub Medan setiap hari, bulan, bahkan tahun. Pahmi mengatakan, banyak petugas parkir di lapangan yang menunggak, namun dia tetap tak bisa menunjukkan SPT petugas parkir. Padahal dari SPT bisa diketahui berapa tunggakan dan siapa saja yang menunggak. “Pemaparan Dishub tidak jelas datanya. Jadi sulit mengetahui pasti berapa besar pendapatan Dishub dari perparkiran,” ucapnya.

Berdasarkan pemaparan Syarif Armansyah Lubis beberapa waktu lalu, terang Golfried, bahwa disebutkan potensi parkir di kota ini cukup tinggi jika pengelolaannya dilakukan langsung oleh dinas. Namun setelah dialihkan ke dinas, pengelolaannya juga tidak maksimal. Kalau sudah begitu, lebih baik pengelolaannya dikembalikan ke pihak ketiga lagi. “Kalau pengelolaannya dialihkan ke pihak ketiga, mungkin pendapatannya lebih tinggi dari sekarang. Tidak seperti sekarang ini, pengelolaannya juga rendah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.

Sekretaris Komisi D, Muslim Maksum, juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya dengan pertumbuhan lahan parkir dan kendaraan di kota ini, seharusnya pendapatan parkir meningkat setiap tahun.  Sementara berdasarkan data realisasi retribusi parkir pada 2011 hanya tercapai Rp12 miliar atau 32% dari target yang ditetapkan sebesar Rp34 miliar pada awal tahun.  Pencapaian ini sama dengan realisasi tahun lalu sebesar Rp12 miliar dari target sebesar Rp16 miliar.  “Jelas terlalu rendah jika dibandingkan dengan potensi parkir yang ada sekarang ini. Tidak mungkin realisasi sama dengan tahun lalu dengan bertambahnya luas lahan parkir dan kendaraan sekarang ini,” ucapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Medan, CP Nainggolan, banyak pelanggaran yang dilakukan petugas parkir di lapangan. “Pengelolaan parkir berantakan. Penarikan retribusi tanpa karcis. Jadi jelas menyalahi aturan. Hal ini sering dijumpai di lapangan. Ini harus dilihat kembali,” ucapnya.
Menanggapi pertanyaan Komisi D, Kepala Bidang Perparkiran, Pahmi Harahap, hanya mengatakan, selama ini pihaknya telah berusaha maksimal.  “Datanya memang tidak bisa ditunjukkan. Saya sudah minta petugas untuk datang (dalam rapat, Red) untuk membawa datanya, ternyata tidak datang juga,” pungkasnya.

Pantauan wartawan koran ini, Pahmi tampak kebingungan melayani pertanyaan dari anggota dewan. Sambil mengangguk-anggukan kepalanya di hadapan anggota Komisi D, kedua kakinya juga bergoyang-goyang. Dia  menjawab semua pertanyaan anggota dewan tanpa berpedoman dengan data yang seharusnya dibawa dalam rapat tersebut. Dalam rapat tersebut Pahmi juga dengan percaya diri (PD) mengatakan, tidak berwenang memberikan jawaban dan data terkait retribusi parkir. “Seharusnya yang memberikan keterangan ini kepala dinas, bukan saya. Saya pun binggung ini,” ketusnya. (adl)

Fajar Lazuardi di Bahtsul Masail Gula Legi

Oleh : Dahlan Iskan
Menteri BUMN

HAMPIR seribu orang berkumpul di gedung Empire Palace, Surabaya, Minggu pagi kemarin. Semua berkaus sama: kaus putih bergambar tebu, sepeda, dan sedikit hantu. Tidak peduli karyawan biasa, kepala bagian, kepala pabrik, maupun direksinya. Saya pun diminta mengenakan kaus yang sama
entah apa maksud gambar hantu di situ. Tujuan pertemuan itu memang hanya satu: memajukan pabrik-pabrik gula milik BUMN?

Di antara 179 pabrik gula milik negara yang pernah ada, kini tinggal 51 yang masih tersisa. Itu pun separonya dalam keadaan sulit dan sangat sulit. Zaman memang sudah berubah. Kejayaan industri gula sudah lama berlalu. Kalau dulu harga gula 2,5 kali harga beras, kini harga dua komoditas itu sudah praktis sama. Maka, minat menanam tebu pun tentu tidak sebesar dulu lagi. Kini begitu banyak tanaman lain yang lebih menjanjikan. Apalagi, untuk menanam tebu, diperlukan waktu tiga kali lipat lebih lama daripada tanaman padi.

Saat produksi gula mengalami kesulitan seperti itu, orang masih terus membeli gula. Kian tahun, konsumsi gula kian tinggi, termasuk oleh mereka yang terkena sakit gula sekali pun. Akibatnya, impor gula harus digalakkan. Pabrik gula dalam negeri kian bertambah-tambah sulitnya.

Tapi, benarkah pabrik gula harus sulit? Mengapa masih ada pabrik gula yang baik? Mengapa masih ada pabrik gula yang maju? Mengapa minat swasta membangun pabrik gula tetap tinggi? Mengapa di beberapa negara, produksi gulanya terus meningkat, bahkan mampu ekspor?

Dalam forum seribu orang itu, semua pertanyaan harus terjawab. Agar pertemuan tidak seperti sekadar seminar atau rapat kerja, semua pembicara harus ngomong to the point, tidak ada basa-basi, tidak boleh bicara lebih dua menit, dan harus fokus per topik. Tidak ada upacara pembukaan atau penutupan. Juga tidak ada pemimpin rapat. Yang ada hanya moderator yang diserahkan kepada saya. Yang hadir pun sangat bervariasi sehingga tidak mungkin ada persoalan yang tidak tahu jawabnya.

Di samping direksi, hadir di forum itu semua kepala pabrik, semua kepala bagian, dan peserta khusus. Peserta khusus adalah generasi muda berprestasi di sebuah pabrik gula tanpa memandang sudah punya jabatan atau belum. Tiap-tiap pabrik gula mengirimkan sepuluh orang generasi muda berprestasi. Saya jadi teringat pidato Bung Karno: Berikan kepada saya sepuluh orang pemuda, akan saya ubah dunia! Saya berharap sepuluh generasi muda di situ pun bisa menjadi champions untuk perubahan di pabrik gula masing-masing.

Tempat duduk di forum yang secara informal dinamakan ‘bahtsul masail kubro’ itu juga diatur secara khusus. Peserta dari pabrik-pabrik yang sudah maju disandingkan dengan peserta dari pabrik-pabrik yang lagi sulit. Peserta dari pabrik-pabrik yang maju sering diminta tampil untuk menceritakan kiat-kiat mereka di topik-topik tertentu.

Maka, 17 topik yang selama ini menjadi penyebab sulitnya pabrik gula itu bisa dibicarakan secara tuntas. Topik-topik tersebut, misalnya, mengapa petani tidak berminat menanam tebu di suatu wilayah pabrik, mengapa ada pabrik yang lebih dekat tetapi petani mengirim tebunya ke pabrik yang lebih jauh, mengapa ketidakefisienan pabrik ikut dibebankan kepada petani, mengapa tebu dari jauh diberi insentif ongkos angkut sementara tidak ada insentif kepada petani yang dekat dengan pabrik, apa yang harus dilakukan untuk merebut kepercayaan petani kepada pabrik gula setempat, seberapa besar pengaruh kekompakan para kepala bagian di dalam suatu pabrik terhadap keberhasilan pabrik gula, bagaimana agar pembakaran ketel tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak, mungkinkah dilakukan sistem beli putus ‘petani kirim tebu dan langsung dibayar saat itu’, bagaimana mengatasi semakin sulitnya mencari tenaga untuk menebang tebu, dan seterusnya.

Topik yang paling panjang tentu yang satu ini: Bagaimana merebut kepercayaan petani. Agar mereka mau menanam tebu. Agar mereka mengirim tebu ke pabrik terdekat. Agar pabrik tidak kekurangan tebu. Agar petani merasakan keadilan dan kesejahteraan.

Mencari jawabnya tidak sulit. Sudah ada contoh yang sangat berhasil. Pabrik gula Pesantren Baru di Kediri atau pabrik gula Ngadirejo di Malang sudah menerapkannya dengan sukses. Demikian juga delapan pabrik gula lain, termasuk yang berada di Lampung dan Palembang. Sejak empat tahun lalu, kelompok 10 itu tidak pernah lagi mengalami kesulitan bahan baku. Bahkan, sampai berlebihan. Kuncinya satu: keterbukaan manajemen kepada petani tebu.

Di pabrik-pabrik tersebut tiap hari (di masa giling) diumumkan pada papan pengumuman petani siapa memperoleh rendemen (kandungan gula) berapa persen. Mereka yang setor tebu ke pabrik biasanya mampir ke papan pengumuman itu. Sejak sistem tersebut diterapkan, tidak ada lagi kecurigaan dari petani. Padahal, dulu pabrik selalu dicurigai mempermainkan rendemen petani. Sampai-sampai petani meminta dibentuk tim independen untuk mengikuti keterbukaan model Pesantren Baru atau Ngadirejo. Tim seperti itu tidak diperlukan lagi.

Yang juga mendapat banyak tepuk tangan adalah ketika sepasang kepala bagian diminta naik ke panggung. Dia adalah Surya Wirawan, kepala bagian teknik, dan Fajar Lazuardi, kepala bagian pengolahan. Keduanya dijadikan contoh betapa bila dua orang kepala bagian di suatu pabrik kompak, hasilnya luar biasa. Ketika keduanya bekerja di posisi tersebut, pabrik gula Prajekan, Situbondo, mengalami kemajuan 100 persen dalam produksinya. Oleh direksi PTPN XI, keduanya kini diminta tetap berpasangan untuk membenahi pabrik gula Semboro di Jember. Mereka pun optimistis bisa kembali menghidupkan pabrik gula Semboro yang semula sulit itu.

“Kami ini bukan lagi seperti rekan sejawat, tapi sudah seperti bersaudara,” ujar Surya Wirawan yang jadi kepala bagian teknik. “Saya selalu panggil dia kid dan dia panggil saya sam,” tambah dia. Bagi orang Malang, tidak ada panggilan yang bisa menunjukkan kekentalan persahabatan melebihi panggilan kid dan sam itu. Orang Ngalam, eh orang Malang, memang biasa mengucapkan suatu kata dari huruf paling belakang.

Biaya memproduksi uap memang sangat besar di suatu pabrik gula. Bagian teknik yang memproduksi uap melalui ketelnya (boiler) harus erat berhubungan dengan bagian pengolahan yang menggunakan uap tersebut. Kalau produksi uap kurang cukup, sudah seharusnya bagian pengolahan menjerit. Sebaliknya, kalau bagian pengolahan terlalu boros menggunakan uap dalam pembuatan gulanya, sudah sewajarnya bagian teknik menjerit.
Dalam hal tim yang tidak kompak, bisa saja terlalu banyak bahan bakar yang terbuang karena penggunaan uap yang berlebihan. Sebaliknya, kalau produksi uap tidak lancar, bisa jadi banyak gula yang kualitasnya jelek.

Dengan berbagai langkah yang sudah dilakukan para pengelola pabrik gula selama tahun-tahun terakhir, setidaknya sudah banyak best practice yang terjadi. Banyak sekali cerita keberhasilan dan kiat kesuksesan yang bisa diceritakan di forum kemarin. Kini tinggal bagaimana manajemen bisa menularkan semua itu kepada pabrik yang masih sulit.

Di akhir pertemuan, 22 pimpinan pabrik gula yang masih sulit dan sangat sulit naik ke panggung. Urutan jejernya pun sudah seperti otomatis: yang paling sulit di ujung kanan dan kian ke kiri kian kurang sulitnya. Mereka sudah mendengar sendiri kiat-kiat sukses pabrik lain. Di antara 22 pabrik yang sulit dan amat sulit itu, ternyata masih memberikan hope yang besar: 12 pabrik di antaranya siap keluar dari ‘neraka’ akhir tahun ini.

Banyak sekali rencana yang akan mereka lakukan setelah pertemuan itu. Bahkan, di antara mereka ada yang sangat detail. Misalnya, ada yang akan menjaga agar mesin pengolahannya selalu dibersihkan dengan sangat-sangat bersih. Itu tidak hanya dilakukan demi kerapian atau kesehatan, ternyata juga sangat erat dengan peningkatan produksi. Dia menceritakan secara detail reaksi-reaksi kimiawi dari semua instalasi pengolahan yang kurang dibersihkan secara benar-benar bersih dengan produktivitas gula.

Dengan sangat menyindir, dia berucap, “Kalau Bapak mengatakan ruang tunggu bandara harus lebih nyaman daripada ruang kerja direksi bandara, saya akan bikin doktrin instalasi pengolahan di pabrik gula saya harus dibersihkan lebih bersih daripada piring yang saya pakai makan!”

Alhamdulillah. Dengan demikian, bila Tuhan mengizinkan, akhir tahun ini tinggal sepuluh lagi pabrik gula yang masih sulit. Berarti, masih 20 persen lagi. Tentu tidak mudah memecahkannya. Meski tinggal sepuluh pabrik gula, tapi pastilah itu yang paling sulit di antara yang tersulit-sulit.

Untuk membaca seberapa sulitkah kesulitan yang sulit itu, pimpinan sepuluh pabrik gula tersebut diminta menyebutkan tiga penyebab utama kesulitan itu. Yang satu, yang di Klaten itu, menyebutkan bahwa kesulitan utamanya hanya satu: Pabrik tersebut menggunakan banyak sekali boiler yang semuanya berukuran kecil-kecil. Kalau apa yang dia kemukakan itu benar, tentu tidak sulit memecahkannya: ganti boiler. Satu saja, tapi yang besar. Satu saja, tapi bahan bakarnya jangan minyak. Satu saja, tapi bayarnya nyicil.

Satu pabrik lagi di Probolinggo beralasan bahwa pabriknya sudah terlalu tua. Sudah 166 tahun. Kalau itu benar, masih tetap bisa diatasi. Sebab, pabrik gula pada prinsipnya adalah mekanik. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan mudah untuk peralatan yang sifatnya mekanik.
Satu pabrik lagi di Jateng, penyebabnya agak unik: kalah bersaing dengan pabrik gula Jawa yang jumlahnya sampai 300 buah di sekitar pabriknya. Tidak ada petani yang mengirim tebu ke pabrik karena tebu diolah sendiri-sendiri. Tentu alasan seperti itu terlalu klasik untuk sebuah bisnis. Bukan alasan yang kuat. Karena itu, sampai ada peserta yang memberikan jalan keluar secara bergurau: Bagaimana kalau pabrik gula ini sekalian saja memproduksi gula Jawa?

Intinya, semuanya berkaitan dengan kurangnya pasokan tebu sebagai bahan baku utama. Intinya lagi, petani kurang tertarik menanam tebu atau mengirim tebu ke pabrik. Lebih inti lagi, petani kehilangan kepercayaan kepada pabrik gula BUMN. Maka, khusus sepuluh pabrik gula itu akan bertemu lagi sebulan mendatang. Tentu dengan usul dan jalan keluar yang sudah lebih nyata. Kalaupun tahun ini belum bisa teratasi, setidaknya tahun depan harus beres. Atau, hi hi hi, menjadi seperti hiasan di kaus yang kemarin mereka kenakan itu! (*)

Pedrosa Keluhkan RC213V

AALST – Rider Honda, Dani Pedrosa telah melewati sesi tes di Sepang dengan hasil yang bagus. Dia juga mengaku ada perbedaan yang mencolok dari berat kuda besi terbarunya itu.

Pasalnya dengan penambahan kecepatan dari 800cc menjadi 1000cc menjadikan berat motornya juga bertambah empat kilogram, yang semula 153 kg menjadi 157 kg. Pastinya akan menjadi perhatian khusus untuk pembalap bertubuh mungil ini.

“Tes berjalan lancar. Kami mampu mencoba banyak hal setelah kembali turun ke aspal untuk pertama kalinya bagi kami. Jelas motor lebih kuat dan tentunya lebih menguras fisik kami, sehingga saya begitu lelah mengakhiri tes hari ketiga,” ujar Pedrosa, seperti disitat Crash, Minggu (5/2).
Seperti diketahui, Pedrosa memiliki ‘oleh-oleh’ di musim lalu, yaitu berupa cedera di bahunya yang bisa menyulitkan dirinya dalam menunggangi motor terbarunya, yaitu Honda RC213V.

“Motor 1000cc adalah motor yang begitu tangguh. Saya harus memperkuat bahu saya setelah cedera di musim lalu. Saya telah mencoba mendapatkan fondasi fisik yang bagus untuk mengangkat beban tersebut. Saya butuh beradaptasi untuk membiasakan diri dengan motor baru ini,” jelasnya.
Menurut pembalap Spanyol itu, perbedaan tersebut mencolok ketika melakukan pengereman dan pada saat mengubah arah motor. Kemudian aspek positifnya terjadi pada perubahan kapasitas silinder. “Perbedaan lainnya pada saat melakukan pengereman yang lebih lambat. Namun dibandingkan musim lalu tidak begitu banyak berubah,” tandasnya. (net/jpnn)