29 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 14273

Halaman Terakhir Dan

Cerpen oleh: Ester Pandiangan

Aku benci aroma pemakaman. Karena baunya begitu hening dan nelangsa. Membawa orang pada kesepian mendalam begitu menyiksa. Pemakaman memang selalu menerjunkan orang yang ditinggalkan ke jurang kehampaan tanpa tepi. Menjerumuskan pada perasaan kosong yang tiada mendasar.

Makanya aku benar-benar tak suka pemakaman. Seakan udara disedot paksa oleh batu-batu dingin kasar yang berjejer tegak memenuhi sepanjang mata memandang. Bahkan satu dua pepohonan hijau yang menghembuskan kehidupan tiada dapat mengalahkan aroma kematian yang begitu menyengat.

Meski terus didera gelombang sesak aku tetap menyusuri satu persatu batu-batu kaku ini. Agak tertatih memang. Antara lesakan sepi dan janin tujuh bulan yang memperlambat langkahku.
Pelan-pelan aku merambati lahan pekuburan ini sambil mengamati nama-nama yang terukir di badannya. Akhirnya aku sampai pada satu nama yang kucari. Tanahnya masih merah dan basah. Pada salib yang terpancang kuat terpahat namanya, ‘Daniel’.

Meski begitu orang lebih mengenalnya dengan nama Dan. Teman-teman, para dosen biasa memanggil dia dengan Dan. Seperti pengarang favoritnya Dan Brown atau mencoba lari dari takdirnya sebagai Daniel —laki-laki yang selamat dari mulut singa karena ketekunannya berdoa.

Dan memang tidak percaya Tuhan. Aku menyebut dia atheis, tapi dia menyanggah kalau dia realistis. “Siapa Tuhan? Sewaktu kau menginginkan sesuatu yang buruk lalu menutup mata kemudian berdoa. Tuhan adalah sosok yang akan menolak doamu.  Jadi siapa Tuhan? Tuhan hanyalah jawaban segala pertanyaan yang belum terjawab!” lantangnya.

Aku berharap semoga malaikat yang kebetulan lewat tak menganggap serius ucapannya sehingga marah dan mencabut nyawanya. Syukur, harapanku terkabul. Karena Dan masih hidup beberapa tahun lagi setelah dia meneriakkan kata-kata itu di mukaku. Yah, walau pada akhirnya raganya harus  rata juga dengan tanah. Sekarang.

Bukankah memang semua seperti itu? Dari tanah kembali ke tanah? Ah, kenapa pula aku mengutip ayat injil? Dan kan tidak percaya kehidupan setelah kematian. Kembali ke tanah ya berarti selesai sudah.
“Sia-sia kan ? Hampa kan ? Ya, memang tidak ada yang spesial. Setelah mati tidak ada apa-apa lagi. Ibarat buku. Halaman terakhir sudah dilewati berarti the end. Memang hidup ini tidak ada yang istimewa. Surga neraka hanya manisan dalam hidup. Berbuat baik atau tidak hanya masalah moral saja!”

Kini, aku malah mengingat kalimat-kalimat filosofi dia. Ah, wajar saja! Kematian sering membuat orang merenung apa arti hidup. Rentetan kejadian yang sudah dilaluinya. Mungkin aku terlalu terbawa perasaan melankolis. Karena aku merasa telah menitikkan air mata. Meneteskannya ke pipi, turun ke dagu dan jatuh ke tangan. Atau ini berasal dari langit yang tak mampu menampung kesedihan awan? Sehingga, mengoyak katup mata, menumpahkan butiran-butiran air yang membanjiri bumi.

Kenapa aku jadi lembek seperti ini? Apa kematian Dan begitu memengaruhi aku? Siapa rupanya Dan? Hanya seorang teman di organisasi mahasiswa. Parasnya biasa saja. Bukan seperti pemain sinetron Dude Herlino yang enak dilihat. Dan berwajah kucel dengan lubang-lubang bekas jerawat yang menyebar di pipinya.

Penampilannya tak kalah berantakan dengan wajahnya. Kalau bisa dibilang, secara fisik tak ada yang istimewa dari dia atau dibanggakan dari seorang Dan yang buat perempuan mengembang-kempiskan hidung bila berjalan di sampingnya.
Namun, harus kuakui, sejak jumpa dengannya di kampus, Dan sudah mencuri perhatianku. Aku juga terheran-heran apa yang menarik dari Dan sehingga dia senantiasa menjadi objek perhatianku. Mungkin aku sudah gila, mataku yang rusak atau seleraku yang memang parah. Entahlah.

Aku hanya tahu Dan sudah mencumbui mataku sedari awal melihatnya. Bukan fisiknya yang mengikat aku. Menemali aku sehingga terpaut padanya. Kepribadiannya yang terbuka buat aku tersungkur dalam lembah kekaguman.
Dibalik kemiskinan tampangnya, Dan adalah sosok bersahaja apa adanya. Berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa bertampang klimis yang tak ubahnya                              iklan berjalan–berkat atribut bermerk yang dikenakan mereka.
Dan lebih sering kulihat mengenakan kemeja longgar yang warnanya sudah pudar yang dipasangkan dengan jeans yang tak kalah pudarnya. Dia selalu berjalan di lorong-lorong kampus dengan seringai khasnya. Tertawa lebar kepada teman-teman atau pun mahasiswa/wi baru. Bukan dalam arti berlebihan. Dia melakoninya karena memang ingin. Tidak dalam rangka mencari perhatian. Semua yang dilakukannya sangat alami. Lagi-lagi bukan semuanya itu yang membuatku mematri padanya.

Suatu masa, dia menemukan aku sedang menorah-noreh lenganku dengan pecahan beling. Hening sejenak, sebelum akhirnya Dan mengajak aku ke kosannya. Tidak bertanya apa-apa. Tidak berkata apa-apa. Dan hanya membersihkan luka yang kubuat lalu memberinya obat merah. Goresan yang tadi kubuat menimpa luka yang seminggu sebelumnya, membuat lenganku berbaret-baret.

Setelah duduk terdiam dalam kebisuan Dan membelah kesenyapan antara kami, “Selama ini aku hanya tahu keanehan manusia dari buku dan televisi, tapi sekarang aku melihatnya langsung.”
Aku hendak menumpahkan semua kata-kata yang kutahan selama enam tahun belakangan ini. Sudah sangat lama, kata-kata itu menunggu untuk dihamburkan.

Masih sampai di kerongkongan belum menyentuh pangkal lidah Dan sudah menyambung perkataannya, “Jangan biarkan pengalaman buruk menjadi alasan untuk berbuat buruk juga. Apalagi menjadikannya sebagai pelarian.”
Seumpama tinjuan, ucapan Dan menghantam ulu hatiku. Mataku jadi terbuka. Apa karena Dan yang bicara atau memang kalimat ini mengandung kebenaran, yang kutahu sejak saat itu aku meninggalkan hobi menggambari garis di lenganku.
Kami mulai sering bertemu. Kadang di base camp organisasi, mengobrol hingga dini hari. Sering juga di warkop yang menjamur di kawasan kampus. Dalam setiap pertemuan Dan lebih banyak berperan sebagai pembicara dan aku pendengar yang budiman. Sesekali menimpali kemudian menjadi pendengar budiman lagi.

Dari pertemuan-pertemuan inilah aku lebih mengenal Dan. Siapa sosok Dan dibalik topeng yang dikenakannya. “Sebenarnya semua kita yang hidup ini tak pernah menampilkan diri kita yang sesungguhnya. Kita semua bersembunyi di balik topeng. Karena takut menunjukkan jati diri atau tuntutan lingkungan yang membuat kita membelenggu diri sendiri,” kata Dan di hari-hari yang lalu.

Seperti seseorang yang berperan ganda menjadi laki-laki dan perempuan, ayah berwajah ulama yang ternyata memburiti anaknya, ibu yang seyogianya melindungi anak malah menjadi mami untuk darah dagingnya sendiri sampai laki-laki yang alih-alih mengucapkan syaloom memilih berkata, ‘Salam damai!’

“Aku bosan harus selalu berpura-pura berdoa sebelum makan saat pulang kampung. Aku juga sudah kehabisan alasan untuk menolak ajakan ke gereja. Dan paling kesal melihat teman yang sudah kenal aku tapi masih saja mengakhiri sms dengan GBUS,” cerita Dan saat malam kami merokok bersama.

Ia terus menelurkan kata-kata, menjahit kalimat demi kalimat yang kalau disatukan bisa menjadi biografi.”Biografi seorang atheis,” candaku padanya. “Hei! Bukan, ingat realistis,” cengirnya.
Tidak percaya  tuhan atau yang dia sebut realistis, Dan juga senang mengukur dirinya dengan hal-hal yang ekstrem. “Aku sudah pernah mencoba rokok, membuat tato, bungge jumping dan backpacking. Suatu saat aku juga mau merasakan bagaimana bercinta dan menghisap mariyuana. Bukan untuk menjadi pemadat, hanya ingin melihat sampai di mana limitku!”

Sungguh pemikiran yang aneh. Tapi, abnormal akan menjadi normal setelah tahu kepribadian Dan sesungguhnya. Makanya aku tak heran ketika tiga bulan tak bertemu dia menyampaikan kabar kalau dia melabuhkan hati dengan seorang gadis berparas aisyah.

Aku tidak terkejut. Sungguh sekali lagi kutegaskan aku tiada terkejut. Tapi aku tak kuasa menyangkal pengakuannya membuat hatiku memar. Begitu membiru sampai-sampai aku memilih untuk menghilang dari dia bersama kenangan yang sempat ditanamnya untukku. Kenangan yang tidak akan mati justru terus bertumbuh dalam hitungan waktu.

Di sinilah aku. Usai mendengar kabar Dan telah menamatkan bab terakhir dari bukunya. Mungkin seperti yang pernah dikatakannya padaku, dia ingin menguji sampai di mana limitnya. Sayang, saat melakukannya dia kelewat menjadikan sebagai pelarian karena ditinggal sungai nilnya. Orang-orang memang sering keciprat ludahnya sendiri.

Sedang aku sendiri apa yang harus kulakukan? Selain mengakui sebuah kenyataan di depan nisan beku. Walau aku tahu sia-sia. Setidaknya aku ingin mengatakan kepada penghuninya, “Selamat, kau berhasil menjadi ayah.” Maret-Juni 2010

Soeharto Pasti Jadi Pahlawan

Benny Moerdani Dalang Petrus

JAKARTA – Polemik pemberian gelar pahlawan bagi mantan Presiden Soeharto masih berlanjut. Politisi senior dan anggota DPD AM Fatwa menilai Soeharto pasti jadi pahlawan, hanya tinggal menunggu waktu penetapannya saja. “Hanya soal waktu saja. Kita maklumi. Pada waktunya negara akan mengakuinya,” ujar AM Fatwa saat diskusi bedah buku ‘Pak Harto the untold stories’ di Gramedia, Matraman. Jakarta Timur. Sabtu, (19/11).

AM Fatwa yang mantan ‘musuh politik’ Soeharto ini menjelaskan sosok Soeharto layak menjadi pahlawan pembangunan. Dia menjelaskan, pemberian gelar pahlawan pada Syarifuddin Prawiranegara pun awalnya menuai banyak polemik karena keterlibatan sosok Masyumi ini dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Begitu juga dengan politisi muda Yuddy Chrisnandi. Ia menilai sosok Soeharto layak menjadi pahlawan karena terobosannya dalam bidang ekonomi. Dengan program Pembangunan Lima Tahun (Pelita), Soeharto pernah sukses mengantar Indonesia pada swasembada pangan.

“Saya pribadi menilau beliau layak jadi pahlawan,” terang Yuddy.

Mantan menteri penerangan era Soeharto, Alwi Dahlan menilai sosok Soeharto sudah jadi pahlawan tanpa perlu pemberian gelar. Alwi menilai Soeharto tidak peduli dengan segala pencitraan. Dia pun tidak pernah mau menerima gelar Doctor Honoris Causa dari berbagai universitas ternama. “Pak Harto tidak butuh itu semua. Dia sudah jadi pahlawan,” niali Alwi.

Dalam bedah buku tersebut juga dibahas tentang sepak terjang penembak misterius (petrus) yang pernah menghantui era 1980-an.

Saat itu, para penembak yang diduga aparat keamanan bergerak menangkapi para preman dan penjahat, tanpa melalui prosedur hukum. Berkisar 99 persen korban yang diculik Petrus tewas mengenaskan. Mayatnya sengaja dibuang di keramaian agar menjadi shock terapi bagi pelanggar hukum.

Siapa dalang Petrus sesungguhnya? Mantan Presiden Soeharto banyak dituduh menjadi pemberi perintah. Tapi Soeharto pernah menyampaikan Jenderal Benny Moerdani lah dalang Petrus sesungguhnya.
“Saya pernah tanya pada Pak Harto. Bapak dituduh melanggar HAM soal Petrus, yang sebenarnya bagaimana Pak? Pak Harto bilang Itu kan Benny,” ujar mantan ajudan Soeharto, Mayjen Purn Issantoso dalam diskusi bedah buku ‘Pak Harto the untold stories’.

Issantoso awalnya menyimpan hal ini rapat-rapat. Baru kali ini dia bisa menyampaikannya setelah kedua tokoh ini wafat. “Biarlah disampaikan,” ujar pria yang dipanggi Is itu.
Selama hidupnya, Soeharto pun tidak pernah menyampaikan siapa dalang petrus sesungguhnya. Is menjelaskan memang watak Pak Harto seperti itu, dia selalu mengambil alih tanggungjawab anak buahnya.”Yang pasti aku memihak wong cilik, Is,” ujarnya menirukan Soeharto. (net/jpnn)

Arroyo Minta Diadili di Pengadilan Khusus

Eks Presiden Filipina setelah Resmi Ditangkap

MANILA- “Duel” antara presiden dan mantan presiden Filipina, Benigno Aquino versus Gloria Macapagal Arroyo, terus berlanjut. Sehari setelah ditangkap di rumah sakit karena dugaan terlibat dalam kecurangan pemilihan senat pada 2007 yang menguntungkan sejumlah kolega, Arroyo melalui tim pengacara bakal mengajukan mosi ke pengadilan besok untuk mencabut surat penangkapan.

Dasar hukumnya, kubu Arroyo menganggap tuntutan pemerintahan Aquino kepada presiden perempuan kedua Filipina itu diajukan di pengadilan yang salah. “Kami merasa ada kesalahan dalam pemrosesan surat penangkapan tersebut. Pengadilan regional yang mengeluarkan surat penangkapan tidak memiliki wewenang,” ujar Raul Lambino, salah seorang pengacara Arroyo, kepada kanal televisi ABS-CBN.

Selain itu, kubu Arroyo bersikeras bahwa kasus yang melibatkan mantan wakil presiden di era Joseph Estrada tersebut seharusnya diadili di sebuah pengadilan khusus untuk para mantan pejabat publik. Di Filipina, pengadilan khusus itu disebut Sandiganbayan. Meski sudah ditangkap, Arroyo tetap diizinkan dirawat di rumah sakit. Dalam setahun ini perempuan 64 tahun putri mantan Presiden Diosdado Macapagal itu sudah tiga kali menjalani operasi atas gangguan pada tulang belakang.
Begitu Arroyo ditangkap, tim pengacaranya memang langsung meminta Arroyo tetap ditahan di rumah sakit. Benigno yang sedang berada di Bali untuk menghadiri KTT ASEAN mengaku sama sekali tak keberatan dengan permintaan itu.
“Kami sama sekali tak akan menghalangi permintaan itu,” ujar Benigno melalui sang Juru Bicara Ricky Carandang. Carandang menambahkan, gara-gara kasus ini, sang bos tak sempat ikut gala dinner yang dihelat Jumat malam lalu (18/11). Sebab, dia harus terus berhubungan dengan anak buahnya di Manila.

Sementara itu, Ferdinand Topacio, pengacara Arroyo, mengatakan, pihaknya juga akan meminta Mahkamah Agung menyatakan pengumpulan barang bukti yang dilakukan aparat negara untuk menjerat Arroyo ilegal. Begitu MA Filipina menyatakan itu ilegal, otomatis surat penangkapan Arroyo tak punya dasar hukum lagi.

“Dia memang diperlakukan dengan baik dan bermartabat (saat ditangkap. Tapi, kami berharap pemerintah juga menghargai hak beliau di bawah konstitusi,” kata Topacio.
Tim penasihat hukum juga meminta polisi tak menyebarkan foto sidik jari dan pas foto Arroyo yang diambil untuk kepentingan file menjelang persidangan dimulai. Pengambilan foto itu dilakukan sembari Arroyo tetap memakai penyangga leher dan duduk di kursi roda.

“Mari memperlakukan mantan presiden kita dengan bermartabat. Janganlah mempermalukan dia mengingat kondisinya sekarang,” ujar Topacio.
Arroyo menjadi presiden Filipina kedua yang harus menjalani proses pertama. Yang pertama adalah pendahulu Arroyo, Joseph Estrada. Estrada dipidana karena kasus korupsi, tapi kemudian diampuni Arroyo “yang menggantikan posisinya sebagai presiden “40 hari kemudian.

Penangkapan Arroyo juga memampangkan perseteruan lembaga kepresidenan dengan MA dan pihak imigrasi. MA sudah mencabut pencekalan Arroyo, tapi pemerintahan Benigno bergerak cepat sehingga akhirnya keluar surat penangkapan tadi. (c2/ttg/jpnn)

Buku SD Tidak Komplit, Salah Menulis Sila ke-4 Pancasila

Puskurbuk Akui Belum Keluarkan Rekomendasi

PENDIDIKAN dasar di Gunung Kidul dan Bantul, DI Yogyakarta geger. Pasalnya, buku Pancasila khusus SD dengan judul Pancasila Dasar Negaraku, Bhineka Tunggal Ika Semangatku menulis tidak komplit sila ke-4 pancasila.
Celakanya, buku yang sudah terlanjur dibagikan ke siswa ini ternyata belum mendapatkan rekomendasi dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Buku ini diedarkan di SD guna menjadi suplemen pendidikan karakter yang sedang didengungkan pemerintah. Sayangnya, pada sejumlah halaman ada penulisan sila ke-4 yang tidak komplit. Tepatnya ada di halaman 9, 10, 24, dan 25. Beberapa kalangan mendesak supaya buku yang salah menulis sebagian sila Pancasila ini harus ditarik.

Seperti diketahui, sila ke-4 Pancasila berbunyi; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Tetapi, dalam buku tadi sila ke-4 Pancasila tertulis; Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratan perwakilan. Jika diteliti, dalam buku Pancasila untuk tingkat SD tadi kurang mencantumkan kata kebijaksanaan.

Kepala Puskurbuk Diah Harianti di Jakarta kemarin (19/11) mengatakan menyayangkan ada kesalahan dalam penyusunan buku ini. Apalagi buku ini disebarkan di pendidikan tingkat SD, dimana para siswa membutuhkan informasi yang benar dan akurat. Disengaja atau tidak, seharusnya buku pelajaran utama atau yang bersifat suplemen wajib dicek materinya dengan sangat teliti.

Paling membuat geregetan adalah, Diah mengatakan peredaran buku ini belum mendapatkan rekomendasi dari Puskurbuk. “Padahal seluruh buku pelajaran yang dikonsumsi siswa wajib kami periksa dulu,” katanya.
Dia menegaskan, seharusnya sebelum disebarkan ke siswa buku-buku ini terlebih dahulu didaftarkan ke Puskurbuk. Diah menuturkan, pihak yang bertanggungjawab dalam peredaran ini adalah sekolah selaku pihak yang membuka pengadaan buku suplemen pendidikan karakter.

Diah menegaskan, Puskurbuk cukup objektif dalam memeriksa buku-buku yang masuk. Jika memiliki banyak kesalahan, baik sengaja maupun tidak, Puskurbuk tidak akan mengeluarkan rekomendasi izin edar buku tadi. “Kalau memang banyak yang salah tidak akan lolos,” tandasnya. Upaya objektif Puskurbuk ini merupakan bentuk upaya pencegahan dari sumber-sumber informasi yang keliru.

Di bagian lain, Plt Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendikbud Suyanto mengatakan keselahan mencantumkan sila ke-4 Pancasila tadi murni kesalahan ketik saja. “Supaya polemik berkepanjangan, sebaiknya segera ditarik dan direvisi,” jelas mantan rektor Universitas Negeri Yogyakarta itu. Dia berpendapat, sejatinya semangat pihak sekolah untuk menyediakan buku penunjang pendidikan karakter cukup bagus.
Sebelumnya, terbongkarnya ada buku yang salah menulis sila Pancasila ini dikemukakan oleh anggota Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian. Dia mengatakan, menulis sila Pancasila yang tidak komplit ini adalah kesalahan fatal. Politisi dari Partai Golkar itu mengatakan, pendidikan Pancasila bisa menyimpang jika kesalahan-kesalahan yang dianggap sepele padahal krusial masih saja terjadi.

Dia mengatakan, Kemendikbud tetap wajib mengevaluasi peran Puskurbuk sebagai lembaga sensor buku-buku yang masuk ke sekolah. Meskipun buku-buku ini dibuat pihak sekolah sendiri, Puskurbuk harus mendapatkan laporan atau salinan untuk diteliti terlebih dahulu. “Kami berharap buku yang salah ini harus ditarik dari peredarannya,” tandas Hetifah. (wan/jpnn)

Jepang Investasi USD 1 M untuk Solar Energy

Menteri ESDM Garap Energi Panas Bumi

NUSA DUA – Pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) sebagai sumber energi terus digarap. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan sudah menyiapkan 28 titik lokasi sumber energi panas bumi sebagai bagian solusi kebutuhan pasokan energi. Menteri ESDM Jero Wacik mengungkapkan, 28 titik tersebut berada di hutan lindung. “Sebanyak 28 titik geothermal itu yang akan diberi izin untuk eksplorasi dan eksploitasi oleh kementerian kehutanan,” kata Jero Wacik dalam keterangan hasil KTT ASEAN terkait energi di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), kemarin (19/11).

Jero mengaku sudah melakukan komunikasi dengan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan terkait izin eksplorasi tersebut. Rencananya, Selasa (22/11) mendatang, kedua menteri tersebut akan meneken kesepakatan izin eksplorasi itu.
Selama ini, lanjut dia, pemanfaatan energi panas bumi semacam itu mengalami hambatan karena lokasinya yang berada di hutan lindung. “Ini yang menjadi bottlenecking untuk menggarap potensi itu,” kata Jero.
Nah, dengan kesepakatan dengan Menhut tersebut, nantinya akan diatur mengenai area yang akan digarap (ditebang) dan penanaman pohon di area sekitarnya sebagai pengganti. Namun Jero enggan menyebutkan 28 titik yang bakal segara digarap. “Nanti Selasa saya jelaskan detilnya,” elaknya.

Mantan menteri pariwisata itu mengaku, sudah banyak investor yang berminat untuk menanamkan modalnya untuk menggarap potensi energi panas bumi itu. “Karena dulu ada bottlenecking itu (masalah izin, Red) jadi masih tertahan. Tapi banyak yang minat,” katanya. Jero juga enggan menyebutkan investor yang berminat itu.

Selain energi panas bumi, Jero juga mengungkapkan tentang penggarapan energi matahari sebagai salah satu sumber pasokan energi. Di sela perhelatan KTT ASEAN dan ASEAN plus 3, dia mengaku telah bertemu dengan CEO Sharp Corp., sebuah perusahaan asal Jepang. Investasi Sharp dalam pemanfaatan energi panas bumi rencananya akan dipercepat. “Teknologinya Jepang sudah ada, kita ada lahannya,” kata menteri kelahiran Singaraja, Bali, itu. Jero menyebut, nilai investasi tersebut berkisar USD 1 miliar. Menurutnya, Sharp sudah memiliki contoh penggarapan energi matahari di Thailand. (fal/noe/iro)

Berbuat Baik juga Butuh Kesepakatan

Ramadhan Batubara

Lalu, produsen pakaian Benetton bikin heboh. Bagaimana tidak, demi kampanye ‘memerangi kebencian dalam segala bentuk’ yang mereka galakkan, perusahaan asal Italia ini malah berbuat nekat. Mereka produksi iklan bergambar tokoh dunia saling berciuman.

Masalahnya, seandainya permisi ke pihak tokoh itu, Benetton mungkin saja tidak dipermasalahkan. Ups, tunggu dulu, saya rasa masalahnya tidak hanya di situ saja. Baiklah, untuk melihat permasalahannya, coba perhatikan gambar yang direkayasa Benetton berikut ini. Pertama, gambar pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Benediktus XVI, sedang berciuman dengan Ahmed Mohammed El-Tayed, imam masjid Al-Azhar. Lalu, Presiden AS Barack Obama berciuman dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez, Kanselir Jerman Angela Merkel berciuman dengan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dengan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, Presiden China Hu Jintao dengan Barack Obama, serta Presiden Korea Utara Kim Jong-Il dengan Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak. Fiuh.
Mari berandai-andai, mungkinkah Benetton diperbolehkan jika minta izin pada tokoh-tokoh itu?

Terlepas dari itu, sejatinya — seperti dilansir beberapa media — yang ditekankan Benetton dalam iklan ini sebenarnya adalah rasa cinta, yang disimbolkan dengan ciuman yang sudah tersohor sebagai simbol cinta paling universal di dunia. Mereka menggabungkan gambar dua pemimpin dunia yang berseteru kemudian menyuntingnya sehingga terlihat seolah sedang berciuman. Ini dinilai sebagai bentuk perlawanan terhadap rasa benci dan menciptakan kultur toleransi.
Tapi begitulah, apapun alasannya Benetton tetap saja dianggap bersalah. Berbicara soal perdamaian dengan memerangi kebencian adalah luhur, namun memakai tokoh-tokoh yang ‘berkonflik’ sebagai model dianggap keterlaluan. Ya, dengan kata lain, untuk berbuat baik pun kita tidak bisa sembarangan.

Saya jadi teringat dengan usaha ‘perdamaian’ yang diusung oleh tetangga. Dia melakukan kampanye dengan memberikan makanan kepada kami (saya dan istrinya). Nyaris setiap dua hari sekali dia datang, berteriak memanggil istri saya, sambil menyodorkan makanan dalam sebuah piring. Awalnya tidak masalah karena hal semacam itu kan biasa dalam kehidupan bertetangga. Seperti biasa, di manapun bertetangga, kami pun menyimpan piring itu dan di kemudian hari mengembalikannya beserta makanan yang kami siapkan.

Beberapa hari kemudian, tetangga itu pun berteriak lagi. Sepiring daun ubi tumbuk masuk ke rumah kami. Tak lama kemudian, kami berikanlah gulai ikan kepada dia. Eh, sehari kemudian dia memberikan kare kambing. Fiuh. Istri saya pun terpaksa membeli sambal balado hati di warung padang. Dengan piring tetangga yang sebelumnya berisi kare kambing (setelah dicuci tentunya) sambal balado hati pun kami berikan. Tapi, setelah itu, tetatangga kami malah bertambah sering memberikan makanan. Kami menyerah, tidak mungkin kan terus-menerus seperti itu? Tak pelak, sedikitnya ada tiga piring miliknya yang kami simpan. Ujung-ujungnya, istri saya bingung. “Apalagi yang harus kita kasih ke sebelah?” curhatnya.
“Rasanya perkenalan kita dengan tetangga itu kan sudah cukup…,” tambahnya.
Saya tertawa saja.

Terus terang, saya sadar, kalau tetangga kami itu hanya ingin berteman. Mungkin salah satu cara yang dipilihnya adalah dengan saling berbagi. Tentu sama sekali tidak terpikir bagi saya kalau dia ingin membuat kami repot. Pun, sejatinya saya menduga kalau dia tidak mengharapkan pemberian kami. Jadi, pemberiannya adalah tulus. Masalahnya,  kami terbiasa dengan kalimat orang-orang tua yang mengatakan: jika tetangga memberikan sesuatu dengan piring, jangan kembalikan piring itu dalam keadaan kosong.

Kejadian yang menimpa kami ini kan mirip dengan Benetton. Ya, atas nama cinta damai, mereka menggunakan tokoh yang ‘berkonflik’ sebagai ikon. Tentu kampanye ini akan sangat cepat mencuri perhatian. Sosok paus dan imam adalah wakil dari masing-masing kepercayaan yang dalam sudut pandang Benetton sebagai tokoh yang berseberangan.

Tak pelak, hal ini langsung menuai kecaman. “Peristiwa ini benar-benar menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap Paus, penghinaan terhadap perasaan umat beragama, dan contoh yang jelas tentang bagaimana iklan bisa melanggar aturan dasar untuk menghormati orang melalui cara yang provokatif,” kecam juru bicara Thata Suci Frederico Lombardi.

Mungkin, sebagai sosok dari kepercayaan yang dianggap ‘berseberangan’ masih bisa dimaklumi, tapi bagaimana dengan ciuman antarlelaki? Apakah Benetton memikirkan itu? Entahlah.
Benetton dan tetangga saya tampaknya terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Benetton sibuk mengkampanyekan damai tanpa melihat sisi lain dari tokoh yang dijadikannya ikon. Pun, tetangga saya yang sibuk berusaha mengakrabkan diri tanpa peduli pusingnya kami memikirkan apa lagi yang bisa kami berikan padanya.

Tapi, apapun itu, sekali lagi saya katakan untuk berbuat baik itu ternyata tidak gampang. Contohnya seorang dosen saya saat masih kuliah dulu. Dia bercerita pernah dimaki seorang perempuan di Amerika Serikat sana. Ceritanya, saat itu dia naik semacam bus kota, dia duduk dekat jendela. Selang beberapa menit naiklah seorang perempuan. Dasar orang yang kenal tata krama ala Timur, dosen tadi langsung berdiri dan mempersilahkan si perempuan duduk. “Kamu pikir saya tidak mampu berdiri! Kamu pikir saya sudah tua! Kamu pikir saya perempuan manja!” begitulah kata perempuan itu (tentunya dalam bahasa Inggris). Tak pelak, dengan muka malu, dosen tadi pun duduk kembali.
Begitulah, berbuat baik memang harus diartikan baik oleh si penerima perbuatan itu bukan? Jika tidak, ya, berarti kejahatan. Bukankah begitu? (*)

Nikahi Pengusaha Bermasalah Hukum

Andy Soraya

Andy dan Rudy baru kenal dan berhubungan setahun terakhir. Katanya sih sudah direncanakan, tapi pernikahan mereka tetap saja terkesan mendadak. Terkuak sudah siapa suami baru dari artis seksi Andi Soraya. Dia adalah pengusaha minyak kelahiran Malang Jawa Timur, Rudy Sutopo. Sayang, Aya, Andi Soraya biasa dipanggil, terkesan menutupi jatidiri lengkap sang suami. Diduga itu karena Rudy Sutopo tersangkut masalah hukum. Benarkah? Aya resmi jadi istri Rudy. Akad nikah diselenggarakan di Masjid Kubah Emas, Depok, Jawa Barat sekitar pukul 08.00 WIB.

“Proses pernikahan berlangsung lancar, ada sedikit keharuan saat ijab kabul diucapkan dan doa dibacakan. Dalam ceramah nikahnya disebutkan mudah-mudahan almarhum (orang tua) kedua belah pihak meridhoi,” ujar kerabat Aya, Prapanca saat ditemui.

Bertindak sebagai wali Aya, kakak kandungnya sendiri, Andi Mohammad Noor Assegaf. “Semua keluarga hadir, anak-anak datang. Lima anak Pak Rudy datang,” ucap Prapanca lagi.
Sayangnya, prosesi membahagiakan bagi Aya dan Rudy itu berlangsung secara tertutup. Penjagaan sangat ketat.

“Mbak Andy minta nggak ada satu wartawan yang masuk, karena mbak Andy memang maunya tertutup, dari pas fitting kemarin juga bilang kan maunya tertutup,” kata seorang dari Wedding Organizer Lavender milik Aya.
Kesan tertutup mencuatkan isu Aya sengaja menutupi sosok Rudy yang diduga tersangkut kasus hukum.

Nama Rudy Sutopo mencuat sebagai pembobol Bank BNI dengan pidana 15 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar atau subsidair enam bulan kurungan. Hukuman itu diputuskan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin 29 November 2004.

Vonis hakim itu dijatuhkan lantaran Rudy Sutopo terbukti secara meyakinkan terlibat kasus pembobolan bank BNI Cabang Kebayoran Baru senilai Rp 1,3 triliun. Belum lagi, pria yang kini berusia 52 tahun itu terbukti melakukan tindak pidana korupsi dengan mencairkan letter of credit (L/C) kepada BNI. Dalam hitungan awam, jika Rudy divonis 15 tahun penjara, seharusnya ia masih harus menjalani masa hukuman delapan tahun ke depan.
Jika Rudy Sutopo yang dimaksud adalah terpidana kasus pembobolan bank BNI, maka Aya diduga dinikahi oleh seorang terpidana kasus korupsi. Namun semua itu dibantah Aya lewat Prapanca.
“Mas Rudy itu orang yang baik kok, punya banyak yayasan. Itu dua orang yang berbeda, bukan mas Rudy yang ini. Mungkin namanya sama,” jawab Prapanca dengan raut wajah panik.
Menurut dia, perkenalan Aya dan Rudy terjadi setahun lalu. Waktu cukup singkat itu tak menghalangi niat untuk menikah.

“Bulan lalu Mas Rudy datang ke saya. Dia minta saya motret pre-wedding. Saya pikir kok mendadak banget. Tapi katanya pernikahan ini sudah lama mereka rencanakan,” ceritanya.
Pernikahan ini adalah kali kedua bagi Andy Soraya. Sebelumnya, perempuan yang pernah berseteru dengan Dewi Perssik dan Catherine Wilson itu sempat menikah dengan lelaki bernama Ahmad Kurnia Wibawa dan memiliki seorang anak, Shawn Adrian. Setelahnya, Aya pernah menjadi teman hidup Steve Emmanuel dan membuahkan seorang anak tanpa pernikahan, Darren Starling. (bcg/jpnn)

GKI Yasmin Dibawa ke SBY

Atasi Konflik, Praktisi Hukum Turun Tangan

Kisruh permasalahan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jemaat Taman Yasmin Bogor tidak juga selesai. Walaupun mendapat banyak protes, Wali Kota Bogor bersikukuh dengan putusannya, mengacu kepada UU Pemerintah Daerah.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencoba menawarkan upaya mediasi terakhir atas kasus pembekuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) GKI Yasmin. Mediasi dilakukan secara langsung antara Wali Kota Bogor Diani Budiarto, Kementerian Agama, Kementerian Politik Hukum Keamanan, dan pengurus GKI Yasmin.

Jika tidak berhasil, YLBHI akan mendesak Mahkamah Agung (MA) mengeksekusi secara paksa putusan yang memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht).
“Terkait kasus GKI Yasmin, kami akan mencoba memprakarsai dan mengajak kembali semua pihak untuk menempuh upaya mediasi. Apabila tetap menemui jalan buntu, kami akan meminta MA mengeksekusi secara paksa keputusan,” kata pendiri sekaligus Dewan Pembina YLBHI, Adnan Buyung Nasution seperti dikutip Suara Pembaharuan, Kamis (17/11).

Menurut Ketua MA Harifin Tumpa, jika Wali Kota Bogor tidak segera melaksanakan keputusan MA, maka kerukunan umat beragama akan disorot dunia internasional.
Ketidaktegasan pemerintah pusat menyebabkan kasus ini tidak selesai-selesai. Semoga upaya mediasi ini tidak mengalami jalan buntu dan putusan MA bisa segera dilaksanakan sehingga tidak memperburuk citra Indonesia di mata dunia.

Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pun berencana mengajukan gugatan warga negara terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Adapun alasan gugatan karena permasalahan diskriminasi agama yang tak pernah ada penyelesaiannya. Hal ini dipastikan oleh Sidik SHI, pengacara publik LBH di Gedung Yayasan LBH Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (16/11). Menurut Sidik, gugatan akan dilayangkan pada 2012 mendatang.
Apa yang diharapkan LBH terhadap SBY melalui gugatan ini? Sidik berharap tidak ada pelarangan-pelarangan terkait masalah agama. “Dan juga pemerintah tidak serampangan lagi, karena negara kita ini seperti negara mayoritas. Padahal pihak mayoritas juga tidak seperti itu,” kata Sidik.
“Sejak 1969 hingga 2004 ada sekitar 1.000-an kasus yang terkait rumah ibadah. Beberapa memang ada pelarangan pendirian masjid di Indonesia timur. Tapi mayoritas pelarangan memang pembangunan gereja di daerah Jawa Barat,” kata Sidik. Menurutnya, tidak hanya GKI Yasmin namun juga kasus-kasus lainnya itu sampai sekarang belum terselesaikan, padahal jaminan kebebasan beragama sudah diatur pada pasal 29 UUD 1945.

Di sisi lain, Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Bogor Yusuf Dardiri menyatakan bahwa Kuasa Hukum GKI telah membuat keruh situasi. Menurutnya, Wali Kota Bogor Diani Budiarto sudah melaksanakan putusan Mahkamah Agung yang memerintahkan Surat Keputusan Pembekuan IMB dicabut. “Tidak ada pembangkangan hukum dalam hal ini. Namun lanjutnya, ada fakta hukum berikutnya yang membuat IMB GKI dianulir, yakni cacatnya persyaratan menyusul vonis bersalah terhadap Munir Karta oleh Pengadilan Negeri Bogor.

Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kota Bogor, Jawa Barat, pun mengadakan pertemuan dengan Pemerintah Kota Bogor, Senin (14/11). Pertemuan kali ini berkaitan dengan penjelasan tentang kronologis GKI Yasmin. Menurut Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kota Bogor, Heri Cahyono melalui siaran persnya, pertemuan itu dilakukan untuk menindaklanjuti rencana DPP Partai Golkar untuk membentuk tim investigasi kasus GKI.
Selasa (15/11), jemaat GKI Yasmin Bogor bertemu Ketua umum PBNU, Said Agil Siradj dan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) di kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Menurut anggota Tim Media dan Pengembangan Jaringan GKI Yasmin, Reni, pihaknya akan meminta dukungan kepada PBNU terkait masalah izin pendirian gereja di kompleks perumahan Taman Yasmin tersebut.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Bogor selaku partai pengusung Diani Budiarto yang mencabut IMB GKI Yasmin meskipun MA sudah membatalkannya, mendapat serangan dari kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Aliansi Warga Bogor. Mereka mengutuk Ketua DPC PDIP Untung Maryono yang mencabut dukungan terhadap Wali Kota Bogor Diani tersebut. Aliansi itu juga mengajak warga Bogor agar tidak memilih PDI Perjuangan 2014 dan mengajak warga tetap mendukung Wali Kota Diani sampai akhir jabatannya.

Ada yang mendukung, ada juga yang menolak, dan ada juga yang ingin menginvestigasinya lebih lanjut. Kiranya persoalan ini dapat diselesaikan dengan cepat dan adil sesuai dengan hukum yang berlaku. Kiranya kebebasan beragama dapat terwujud melalui kasus GKI Yasmin ini. (bbs/lh3/jc)

Cuek dengan Klien Iseng

Atria Dea Prawesti

PEKERJAAN sebagai Public Relation Marketing Communication tak hanya membutuhkan kesabaran saja, tapi juga mampu menghadapi berbagai tantangan, khususnya dalam menghadapai para klien perusahaan. Begitulah pandangan Atria Dea Prawesti, Public Relation-Marketing Communication PT LG Indonesia.

Pekerjaannya sebagai Public Relation-Marketing Communication atau yang lazim disebut Humas (Hubungan Masyarakat), mewajibkannya dirinya harus tampil prima, selalu ramah dan tersenyum menghadapi calon konsumen perusahaannya.
Namun, sikap ramah dengan mengumbar senyum itu tak jarang membuat dirinya sering ditanggapi ‘berbeda’ oleh calon konsumen atau para kliennya. Salah satunya, dirinya sering digoda dan diisengi kliennya.
“Sifat ramah merupakan hal paling penting yang harus dimiliki Humas. Tapi ini pula yang sering disalah artikan sehingga banyak klien yang mencoba berbuat iseng kepada saya. Yah, saya cueki sikap iseng klien saya tapi sebisa mungkin saya berikan jawaban yang pas dan tidak menyinggung perasaannya,” ujar wanita yang akrab disapa Dea ini.

Ini dilakukannya semata-mata demi melakukan tugasnya secara profesional. Makanya, untuk menghindari pemikiran negatif dan mencegah klien yang iseng, dirinya selalu menanamkan sifat menghormati pada dirinya. “Kalau saya menghormati diri saya, maka klien pun akan menghormati dirinya dan pekerjaannya. Seperti ilmu ilmu alam, bila kita hormati orang lain, maka kita juga akan dihormati orang lain,” tambah wanita kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1987 silam.
Selain kepada klien, sifat ramah juga harus dilakukan pada kompetitor demi pencitraan perusahaannya. Pencitraan lain yang harus ia miliki untuk perusahaannya adalah wawasan yang luas serta selalu menjaga penampilan secara profesional.
Sebab, menurut Dea, wawasan luas tak cukup bagi Public Relation (PR) jika tidak ditunjang dengan penampilan. “Masyarakat kita cendrung menilai seseorang dari penampilan luar dulu. Makanya penampilan merupakan faktor penunjang bagi PR,” bilangnya.

Bicara soal kecantikan, Dea menilai bagi kalangan wanita kecantikan fisik bukan yang menjadi nomor satu, tapi ada yang mengganggap kecantikan fisik hanya sebuah pemandangan semata. “Kecantikan bila dipandang dari luar hanya akan bertahan sementara, karena kita akan menua. Karena itu, harus ada bekal khusus bagi kita sebagai wanita,” ujar gadis yang biasa disapa Dea ini.

Tapi sebagai tuntutan dari pekerjaannya, Dea selalu menjaga penampilannya disela kesibukkannya sebagai Humas. Misalnya, melakukan perawatan wajah, tubuh dan lainnya. “Kalau perawatan tubuh atau kulit seperti pada umunya, luluran di salon, pijat dan lainnya. Saya kurang suka facial, karena sakit. Jadi untuk perawatan wajah saya lebih cenderung pemakaian krim dari dokter.

Menurutnya, wanita tak hanya menjaga penampilan saja, tapi juga harus punya modal ilmu serta wawasan sehingga akan menjadi wanita yang cantik dan elegan. Tapi Dea merasa bangga sebagai wanita yang diberi banyak kelebihan oleh Tuhan.
“Sejak lahir, seorang wanita itu pintar, dia bisa mengurus apa saja yang ada di depan matanya. Bahkan uang seadanya bisa dijadikan apa saja. Lihat saja ibu rumah tangga itu,” ujar Dea.
Karena itu, dirinya selalu memandang seseorang itu dari cara berpikir dan wawasannya dan caranya berbicara, juga bagaimana dirinya dapat memandang orang lain. “Ilmu bisa memperlakukan orang lain dengan baik, karena itu saya tidak mau menilai seseorang dari penampilan saja, tetapi harus dari isi kepalanya,” pungkas Dea. (juli Rambe)

Siapkan Petarung

Rieke Diah Pitaloka

Rieke Diah Pitaloka yang kini tengah serius menggeluti dunia politik, tetap aktif meski tengah hamil tua. Seperti ketika ia menghadiri Bakti Sosial Operasi Katarak di Rumah Sakit Mata (RSM) Cicendo Bandung, yang digelar PT Sido Muncul dan RS Mata Cicendo, kemarin(19/11).

Di tengah kesibukannya itu, politisi PDI Perjuangan tersebut telah menyiapkan nama untuk kedua anaknya. Rieke Diah Pitaloka memang tengah hamil anak kembar, oleh karennnya dia sudah meyiapkan dua nama. “Ini kembar, namanya Jalu Tarung dan Jalu Tempur,” katanya.

Rieke mengungkapkan Jalu berarti laki-laki, sedangkan nama Tempur dan Tarung dilatarbelakangi kegiatan Rieke yang sering berdebat di DPR. “Tarung dan tempur karena ibunya selama hamil tempur saja di DPR,” tuturnya.
Kehamilan Rieke sendiri saat ini, sudah memasuki usia 8 bulan. Namun meski dalam hitungan minggu lagi dia akan melahirkan, Rieke belum berpikir untuk cuti. “Belum niat saja kalau cuti malah saya bingung mau ngerjain apa,” ujarnya.
Rieke juga berharap bisa melahirkan si kembar di Jakarta, tidak seperti anak pertamanya yang lahir di Bandung. “Karena masih kerja, ya inginnya di Jakarta,” ujar politisi ramah itu.(tie/jpnn)