27 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 14716

Tidak Tahu Alasan Mengapa Dia Dipilih Soekarno

Ilyas Karim, Saksi Hidup Pengibar Bendera saat Proklamasi 17 Agustus 1945

Ketika menjadi pengibar bendera saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, umur Ilyas Karim baru 18 tahun. Kini umurnya sudah senja, 84 tahun. Tapi, hidupnya jauh dari sejahtera. Dia dan istri sekarang tinggal di atas lahan pinjaman, yang sewaktu-waktu bisa diusir.

Hari ini, Rabu (17/8) 66 tahun Indonesia merdeka. Setiap kali kemerdekaan negara ini dirayakan, Ilyas Karim selalu teringat pada peristiwa bersejarah di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta Pusat itu. Yakni, ketika dia menjadi salah satu pengibar bendera, setelah Presiden Pertama RI Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

“Mungkin saya satu-satunya orang yang masih hidup pada peristiwa itu,” kata Ilyas, dengan intonasi kalimat yang sangat jelas. Meski umur sudah 84 tahun, Ilyas masih terlihat tegap. Kedua matanya harus diplester agar tak terpejam. Ini akibat penyakit stroke yang menyerangnya beberapa tahun lalu.

Ilyas masih sangat lancar menceritakan peristiwa yang tak pernah dia lupakan seumur hidupnya itu. Saat ditemui di rumahnya Sabtu lalu (6/8) di perkampungan padat di pinggiran jalur rel kereta api di Kalibata, Jakarta Selatan, Ilyas menceritakan kisah bersejarah itu.  Dia mengisahkan, tugas yang diberikan kepadanya untuk mengibarkan Merah Putih berawal pada 16 Agustus 1945 malam. Saat itu Ilyas muda dan beberapa rekannya yang berhimpun di Asrama Pemuda Islam (API) mendapat undangan datang ke kediaman Soekarno. Undangan tersebut disampaikan oleh pemimpin API Chairul Saleh Rasyid yang juga salah satu tokoh pejuang pemuda saat itu.

Esok harinya (17 Agustus 1945), setelah salat Subuh, Ilyas dan sekitar 50 rekannya dengan bersemangat berjalan kaki dari basecamp API di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, menuju Pegangsaan Timur 56 (kediaman Soekarno), yang jaraknya tidak terlalu jauh.

“Sampai saat (berangkat) itu pun saya belum tahu kalau akan menjadi pengibar bendera, dan saat itu saya ditarik protokler untuk menjadi Paskibraka, ” cerita Ilyas.

Nah, ketika sampai di rumah Soekarno, tiba-tiba lengan kiri Ilyas ditarik Sudanco (komandan peleton) Latief Hendraningrat, petugas protokoler istana. Ilyas yang kala itu baru berumur 18 tahun kemudian diminta berdiri tak jauh dari tiang bendera. “Dik, kamu nanti jadi pengibar bendera. Hati-hati, ya, nanti memegangnya, jangan sampai sobek, (bendera) ini cuma dijahit dengan tangan oleh Bu Fatmawati,” ungkap Ilyas, menirukan pesan Sudanco Latief, waktu itu.

Tidak ada latihan, tidak ada pula geladi resik. Sebab, tidak lama setelah dirinya ditunjuk, prosesi proklamasi kemerdekaan langsung dimulai. “Sampai sekarang pun saya tidak tahu mengapa pilihannya ke saya. Mungkin karena saya termasuk yang paling muda, ya, saat itu,” katanya, lantas tersenyum.

Seperti tampak pada foto yang dijumpai dalam buku-buku sejarah perjuangan, ada dua pengibar bendera saat hari proklamasi itu. Selain Ilyas, pengibar bendera adalah Sudanco Singgih. Keduanya dikelilingi Soekarno, M. Hatta, Fatmawati, dan Rahmi Hatta. Pemuda pengibar bendera yang bercelana pendek dan membelakangi kamera itulah Ilyas Karim.

Di antara enam orang yang ada di foto tersebut, tinggal Ilyas yang masih hidup hingga saat ini. “Bahkan, dari semua yang hadir di rumah Bung Karno waktu itu pun mungkin tinggal saya yang masih diberi umur panjang,” imbuh Ilyas.
Meski memiliki peran nyata saat proklamasi kemerdekaan, kehidupan Ilyas saat ini bisa dikatakan memprihatinkan. Dia kini tinggal di rumah yang terletak di perkampungan padat di pinggiran jalur rel kereta api di Kalibata, Jakarta Selatan. Tepatnya, di Jalan Rawajati Barat, sekitar 100 meter dari Stasiun Kalibata.

Di rumah bercat biru yang sudah kusam itulah Ilyas menghabiskan sisa hidupnya bersama istri. Bangunan sederhana yang kulit temboknya sudah banyak mengelupas itu berukuran sekitar 10 x 7 meter.

Masuk ke dalam rumah, di ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah tertempel banyak foto di beberapa bagian dinding. Sebagian besar tanpa pigura. Foto-foto itu hanya dilapisi plastik bening dan ditempel seadanya dengan selotip.
Sebagian besar merupakan foto kenangan bersama rekan-rekannya sesama veteran maupun sejumlah tokoh negeri ini. Termasuk di dalamnya foto bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Ini waktu dia (SBY, Red) belum jadi presiden, waktu minta dukungan jaringan veteran untuk maju capres 2004 lalu,” tutur Ilyas.

Dia lantas menceritakan, kepindahan keluarganya ke rumah di sebelah rel kereta api itu. Berawal dari penggusuran paksa dirinya dan keluarga dari tempat tinggal di Asrama Siliwangi, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Peristiwa itu terjadi pada 1982. Kini di lokasi asrama itu berdiri Kantor Kementerian Keuangan. “Kami diusir saat itu, bukan digusur. Sebab, memang tidak ada uang pengganti sama sekali yang kami terima,” tegasnya.

Bahkan, tidak banyak barang yang bisa diselamatkan saat hari H pengusiran. Saat itu konsentrasi keluarga terpecah. Ilyas dirawat di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, karena terkena penyakit jantung. Meski diiringi isak tangis, buldoser terus meratakan bangunan yang ada tanpa bisa dikompromikan lagi. “Tidak ada yang berani melawan karena kondisi politik dan keamanan saat itu tidak seperti sekarang,” imbuh bapak 14 anak tersebut.

Bersama keluarga, Ilyas lantas menumpang di rumah rekannya di kawasan Jalan Pramuka, selama beberapa bulan. Dari situlah dirinya kemudian tinggal di Kalibata sampai sekarang. Saat berjalan-jalan di kawasan yang terkenal dengan keberadaan Taman Makam Pahlawan tersebut, dia melihat lahan kosong yang dipenuhi ilalang di sepanjang rel.
Dia lalu menemui kepala PT KA setempat untuk minta izin mendirikan bangunan di lokasi tersebut. “Tapi, bukan hak milik, kami hanya pinjam. Karena itu, sampai sekarang saya terus dibayang-bayangi ancaman penggusuran,” kata Ilyas.

Lalu ke mana anak-anak? Mengapa tidak tinggal bersama mereka?

Dia mengungkapkan, anak-anaknya telah memiliki rumah sendiri-sendiri dan tersebar di berbagai daerah. Bukan hanya di Jakarta, tapi ada yang di Medan, Padang, Pekanbaru, dan Semarang. Bahkan, ada pula yang menikah dengan orang Jerman dan tinggal di sana. “Hampir semua mengajak tinggal bersama, tapi saya yang tidak mau,” ujar kakek 28 cucu tersebut.

Ilyas beralasan, kalau ikut bersama anak-anaknya, dirinya akan sangat terbatas dalam melakoni aktivitas kemasyarakatan yang masih dijalani sampai sekarang. “Saya ini pejuang dan ingin tetap berjuang sampai saya mati nanti,” tandas purnawirawan berpangkat terakhir letkol TNI tersebut.

Sejak 1996 Ilyas menjabat ketua Pengurus Pusat Yayasan Pejuang Siliwangi Indonesia (Yapsi). Yayasan itu memiliki cabang di 14 provinsi, seperti di Medan, Riau, Jambi, Palembang, Banten, dan Ambon. Selain dijadikan wadah bagi para mantan pejuang Siliwangi dan keluarga, yayasan tersebut bergerak di bidang sosial. Di antaranya, memberikan santunan dan pengobatan gratis bagi warga tidak mampu.

Itulah aktivitas yang masih dilakoni Ilyas sampai sekarang. “Tidak tiap hari sih ke kantor, paling dalam seminggu 2 hingga 3 hari. Itung-itung olahraga naik turun angkot,” katanya, lantas terkekeh.

Siliwangi memang memiliki arti khusus bagi Ilyas Karim. Setelah memutuskan bergabung menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR), dia turut berperan dalam pembentukan Divisi Siliwangi yang saat ini bernama Kodam Siliwangi.

Pada 20 Mei 1946 A.H. Nasution mengundang sejumlah perwakilan BKR dari beberapa wilayah, seperti Jakarta, Banten, Bogor, dan Cirebon. Agenda khususnya adalah pembentukan divisi baru. “Kebetulan saya yang mengusulkan nama Siliwangi ke Pak Nasution dan beliau setuju,” kata Ilyas.

Sebagian besar karir ketentaraan Ilyas juga dihabiskan di Divisi Siliwangi. Beberapa tugas seperti penumpasan Darul Islam di Jawa Barat dan Aceh, penumpasan PRRI di Pekan Baru, dan operasi Seroja di Timor Timur sempat dilakoninya.

Pengalaman terlibat dalam pasukan perdamaian PBB juga beberapa kali dijalaninya. Yaitu, ikut masuk dalam misi perdamaian di Kongo, Vietnam, dan Lebanon.

Pada 1980 Ilyas pensiun dari dinas militer. Selain menyandang pangkat terakhir letkol TNI (pur), atas jasa baktinya kepada negara, gelar veteran pejuang kemerdekaan golongan A juga disandangnya. Meski demikian, jangan membayangkan Ilyas berlimpah tunjangan maupun penghormatan yang lain dari negara. Sebagai veteran, dia berhak menerima uang tunjangan Rp 500 ribu per bulan. Lalu, sebagai pensiunan TNI-AD, dia menerima Rp 1,5 juta per bulan.
Namun, karena peraturan pemerintah terakhir, Ilyas tidak bisa menerima keduanya sekaligus. Dia harus memilih, mengambil tunjangan veteran atau uang pensiun TNI-AD. “Ya, saya memilih mengambil uang pensiunan saja,” ujar Ilyas. (*)

Dewan Lalai Laporkan Hasil Reses

MEDAN- Masyarakat yang menyampaikan aspirasinya pada reses I DPRD Kota Medan yang dilaksanakan pada April lalu, harus mengelus dada. Pasalnya, aspirasi yang disampaikan saat itu baru dapat direalisasikan pada APBD 2012 mendatang. Hal ini disebabkan lambatnya laporan hasil reses tersebut diparipurnakan. Sementara Perubahan APBD Kota Medan 2011 sudah disahkan, Senin (15/8) lalu.

“Kami dari Tim reses Dapil 3 merasa kecewa, karena hasil reses yang dilakukan pada April lalu, baru sekarang disampaikan dalam paripurna. Karenanya, aspirasi masyarakat yang disampaikan dalam reses tersebut baru bisa akan ditampung dalam APBD 2012 mendatang,” kata Budiman Panjaitan, selaku juru bicara tim reses Dapil 3 DPRD Kota Medan sebelum membacakan laporan hasil resesnya.

Saat dikonfirmasi kepada Ketua DPRD Kota Medan Amiruddin, mengapa hasil reses tersebut baru dilaporkan sekarang, dia mengatakan, hal tersebut dikarenakan terlambatnya administrasi saat laporan.
“Administrasinya terlambat. Seharusnya dibuat dan disampaikan ke Banmus sehingga bisa dijadwalkan lebih cepat,” ujar Amiruddin, Selasa (16/8)  siang. Amiruddin menyangkal kalau hasil reses I yang digelar April lalu tak bisa ditampung dalam PAPBD Kota Medan  2011 telah disahkan Senin (15/8).
“Sebahagian dari hasil reses sudah masuk ke PAPBD 2011. Sebahagian lagi akan ditampung pada APBD 2012,” ucapnya lagi.

Sementara Wakil Ketua DPRD Medan Ikrimah Hamidi menambahkan, keterlambatan penyampaian hasil reses tersebut dikarenakan banyaknya kegiatan dewan seperti pembahasan LKPJ dan LPJ Wali Kota Medan, PAPBD dan Ranperda Pajak Daerah.

“Ada kekhilafan di Banmus. Dengan begitu, sesuai periode II reses di pertengahan bulan sembilan, akan disesuaikan,” katanya seraya menambahkan anggaran seluruh reses sebahagian sudah masuk di PABD 2011.
Sementara dalam laporan hasil reses tersebut, masalah infrastruktur dan pelayanan publik masih menjadi sorotan tajam anggota DPRD Medan. Seperti halnya di Daerah Pemilihan I meliputi Kecamatan Medan Amplas, Medan Denai, Medan Kota dan Medan Area.

“Masalah infrastruktur masih menjadi permasalahan dan keluham masyarakat  di antaranya perlunya perbaikan sarana infrastruktur jalan setapak drainase, lampu jalan di sejumlah gang, optimalisasi penyaluran UKM, pelayanan publik, birokrasi dan jaminan kesehatan,” ujar koordinator Reses I, Parlaungan Simangunsong dalam laporan yang disampaikan dalam paripurna.

Dikatakan Parlaungan, buruknya infrastruktur di Dapil I terjadi diantaranya kerusakan jalan di beberapa kawasan diantaranya Tangguk Bongkar, Jermal dan Mandala.

Dalam kesempatan itu juga, Parlaungan menyayangkan ketidakhadiran  sejumlah SKPD dalam reses tersebut seperti Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunanj, Perumahan dan Pemukiman,  Dinas Bina Marga dan Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan. (adl)

Maksimalkan Dana SEA Games 2011

JAKARTA- Kesulitan dana yang dialami Inasoc benar-benar membuat mereka harus melakukan berbagai cara untuk menyukseskan SEA Games 2011.

Kali ini mereka berharap pada pemerintah agar tak melakukan kebijakan yang terlalu memberatkan terkait uang yang bakal didapat. Salah satunya ialah tentang dana dari sektor ticketing maupun merchandise.

“Dana hasil penjualan tiket dan merchandise harus masuk ke kas negara terlebih dahulu. Itu cukup merepotkan karena ada banyak kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Karena itu, kami berharap agar dana dari pos-pos tersebut bisa langsung dimanfaatkan tanpa harus masuk ke kas negara terlebih dahulu,” terang Rahmat Gobel, ketua harian Inasoc.
Dia menambahkan, prosedur seperti itu dianggap tak efektif karena bakal memberikan efek domino bagi Inasoc untuk menghelat SEA Games 2011. Selain berbelit, pencairan dari kas negara juga bakal memakan waktu.
Buntutnya, Inasoc bakal kian disudutkan dengan persiapan yang semakin sempit. Padahal, Inasoc sendiri juga memiliki banyak kebutuhan.

“Kalau bisa langsung digunakan, tentu akan lebih membantu. Kami istilahnya punya pegangan uang untuk menyukseskan SEA Games nanti,” tegas lelaki kelahiran 3 September 1962 tersebut.

Langkah itu merupakan kebijakan strategis kedua yang dijalankan Inasoc. Sebelumnya, mereka mengharapkan adanya penunjukkan langsung untuk beberapa pos. Di antaranya ialah pengadaan perlengkapan serta untuk upacara pembukaan dan penutupan (UPP).  (ru/jpnn)

UISU Tetap Kondusif

MEDAN- Biro Rektor  Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) memperingati Nuzulul Quran di Masjid Jami’ Al Jamiah UISU, Selasa (16/8)  malam. Acara yang dipadukan dengan buka puasa bersama seluruh civitas akademika UISU menandakan kekondusifan UISU.

Pada acara bukan puasa itu, Rektor UISU Prof Dr Ir H Zulkarnain Lubis MA PhD mengatakan, acara itu tak hanya sekedar perayaan seremonial saja, melainkan mengenang peristiwa turunnya Al Quran bisa dijadikan pedoman bagi seluruh civitas akademika UISU untuk bisa diterapkan dalam seluruh sisi kehidupannnya.

“Turunnya Al Quran adalah suatu peristiwa maha dahsyat, manusia dituntut melakukan intropeksi terhadap dirinya. Peristiwa itu sekaligus meningkatkan rasa persaudaraan dan solidaritas yang tak hanya di dalam civitas akademika kampus , tapi di kehidupan kita,” ucapnya.

Untuk membuktikan kepada khalayak, Zulkarnai menyatakan kini UISU masih baik dan tetap harmonis seperti yang dulu. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya hampir seluruh mantan rektor yang pernah menjabat di kampus UISU.
Ketua Umum Yayasan UISU, Ir Helmi Nasution M Hum mengutarakan, turunnya Al Quran pada pertengahan bulan ramadan, sangat berkaitan dengan bulan ramadan. “Dengan Nuzulul Quran manusia bisa lebih bergairah, tak hanya membacanya tapi mengamalkannnya,” katanya. (uma)

.

Tiket KA Habis

MEDAN- Tiket Kereta Api (KA) jurusan Medan-Rantau Prapat untuk keberangkatan 28 Agustus dan 29 Agustus habis terjual. Akibatnya, sebagian warga yang hendak mudik harus ikut antrean panjang pada jadwal keberangkatannya.
Kehabisan tiket pesanan KA kelas bisnis dan eksekutif diketahui pada Selasa (16/8) di tempat pemesanan tiket KA di Jalan Prof HM Yamin Medan. Seperti diungkapkan M Fadlan (31), seorang warga Jalan Tapian Nauli Medan. Pria satu anak itu hendak memesan tiket KA kelas eksekutif jurusan Medan-Membang Muda untuk keberangkatan 29 Agustus pagi, namun petugas pemesanan tiket itu mengatakan, tiket telah habis sejak seminggu lalu.

Karyawan swasta di Kota Medan ini memberikan tawaran di jam lainnya lagi-lagi petugas loket itu tetap menyebutkan habis. Bahkan, pada 28 Agustus juga sudah habis terjual.

“Tiket pesanan KA jurusan Medan-Rantau Prapat sudah habis terjual, inilah yang tak mungkin lagi. Seperti tahun sebelumnya, calon penumpang tak kedapatan kursi lagi,” katanya kepada wartawan koran ini.

Menanggapi kehabisan tiket pesanan itu, manajemen PT KAI Divre I Sumut dan NAD melalui Humas PT KAI Sumut Irwan mengimbau kepada calon penumpang untuk tidak khawatir akan kehabisan tiket. “Tidak usah khawatir, karena tiket banyak untuk semua kelas, sesuai jumlah kursi per harinya,” ucapnya.

Irwan mengungkapkan, pada 2011 ini PT KAI telah menyiapkan 12.972 kursi setiap harinya melalui stasiun Medan menuju Rantau Prapat. Irwan juga mengimbau kepada pemudik yang ingin mengirimkan barang melalui kereta barang, sebaiknya dikirim secepatnya. PT KAI membatasi waktu pengiriman barang terakhir pada H-2 hari Raya Idul Fitri.  “Setelah H-2 kami tak lagi menerima pengiriman barang sebab kami fokus pengangkutan penumpang,” katanya.
Dia merinci, untuk penyiapan rangkaian kereta yang disediakan sudah disiapkan secara maksimal, untuk KA Sri Bilah tujuan Medan-Rantauparapat dari 8 rangkaian menjadi 10 hingga 12 rangkaian. Untuk KA Putri Deli tujuan Medan-Tanjung Balai dari 6 rangkaian menjadi 8 rangkaian. Untuk Kereta Api Siantar Ekspres tujuan Medan-Tebing Tinggi-Siantar, KA Sri Lelawangsa tujuan Medan-Binjai-Belawan yang masing-masing 6 rangkaian menjadi 8 rangkaian.

Keberangkatan masih tetap yaitu 2 jadwal yaitu kereta yang berangkat dari masing-masing stasiun
Terpisah, menghadapi lonjakan mudik di Bandara Polonia Medan, PT Angkasa Pura II sudah bersiap-siap, seperti pengamanan ekstra dengan penambahan personel TNI AU, Polisi Bandara dan Security Bandara sendiri. “Tapi, penambahannya lebih ditingkatkan pada saat H-3 nanti, kemudian kami juga siapkan posko kemananan hingga H+7,” katanya.

Firdaus mengimbau agar para calon pemudik tak ada kendala saat berangkat, hendaknya pesawat tidak ada yang delay. Sebab jika delay, pasti akan terjadi penumpukkan penumpang dan itu pasti akan mengganggu. (jon)

Tunjangan Sertifikasi Guru Urusan Provinsi

MEDAN- Aksi yang digelar puluhan guru SMA/SMK di Balai Kota Medan kemarin, langsung mendapat tanggapan dari Wali Kota Medan Rahudman Harahap. Menurutnya, tunjangan sertifikasi itu langsung ditransfer Dinas Pendidikan Provinsi ke rekening masing-masing guru.

“Kita sudah menanggapinya. Itu urusannya provinsi langsung untuk mengirimkan tunjangan ke rekening guru,” ujar Rahudman Harahap usai mendengar pidato kenegaraan Presiden SBY di DPRD Medan, Selasa (16/8).
Mengenai Peraturan wali kota (perwal) Medan Nomor 3 tahun 2011 tentang penggajian dan tambahan penghasilan bagi pegawai negeri sipil di lingkungan Pemko Medan, Rahudman menjelaskan, PNS yang berhak menerima adalah  yang namanya tercantum dalam daftar gaji Bulan Desember tahun sebelumnya, sebagaimana pendekatan beban kerja yang dikelompokkan kepada jabatan struktural, fungsional, staf dan fungsi tertentu kecuali guru.

“Mengenai perwal itu, kan nggak mungkin diukur dari kinerja secara delapan jam. Sedangkan guru hanya satu jam, itupun dalam masa pelajaran,” cetusnya.

Anggota Komisi B DPRD Medan Salman Alfarisi mengatakan, pihaknya menanyakan hal itu ke ke Disdik Medan. Keterlambatan tunjangan sertifikasi guru berasal dari pusat, dan belum masuk ke Medan. (adl)

FE Unimed Bahas Perkembangan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan akan membahas perkembangan ekonomi syariah secara rutin melalui diskusi-diskusi ilmiah yang akan dijadwalkan secara periodik.

Hal itu dikatakan Dekan Fakultas Ekonomi Unimed, Drs Kustoro Budiarta ME saat membuka acara dialog ilmiah sekaligus berbuka puasa bersama di Hotel Royal Perintis Medan, Minggu (14/8), yang dihadiri seluruh dosen-dosen jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Unimed.

Sebagai penceramah yang memberikan tausyiah, guru besar IAIN Sumut Prof Dr Amiur Nurudin MA yang menyampaikan topik tentang perkembangan bisnis berbasis syariah di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Panitia Dr Arfan Ikhsan SE MSi didampingi anggota Senat Fakultas Azizul Kholis, SE, MSi dan ketua Jurusan Drs La Ane, MSi menjelaskan kegiatan ini merupakan forum silaturrahim dosen jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Unimed untuk terus saling bertukar informasi dan berdiskusi dalam membahas berbagai permasalahan konseptual ekonomi, dan pada bulan ini mana sekaligus dirangkaikan dengan acara berbuka puasa bersama.
Dr Arfan Ikhsan lulusan S3 Universitas Brawijaya Malang ini menjelaskan lebih jauh bahwa permasalahan ekonomi syariah sekarang di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan beberapa perguruan tinggi di pulau Jawa telah membuka program studi Ekonomi Syariah.

“Untuk itulah Fakultas Unimed harus merespon dan terus mengikuti perkembangan tersebut dengan melakukan forum diskusi serta akan membentuk kelompok studi ekonomi syariah termasuk di dalamnya tentang akuntansi syariah, baik secara filosofis, konseptual teoritis maupun implementasi praktis” jelasnya seraya menyebutkan bahwa dirinya semester ini juga mengasuh mata kuliah akuntansi syariah sebagai mata kuliah pilihan di jurusan akuntansi FE Unimed. (*/ila)

Puasa Bukan Kendala Rayakan Kemerdekaan

H Muhammad Reza Hanafi SSTP MM

Dua tahun berturut-turut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia bersamaan dengan pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Namun begitu, bukan berarti tidak bisa merayakan hari kemerdekaan tersebut. Buktinya, warga Kecamatan Medan Helvetia tetapn melaksanakan berbagai kegiatan untuk memeriahkan HUT ke-66 Republik Indonesia tahun ini.
Bagaimana pelaksanaan Ramadan dan penyambutan HUT RI ke 66 di Medan Helvetia?

Berikut petikan wawancara wartawan Harian Sumut Pos Ari Sisworo dengan Camat Medan Helvetia H Muhammad Reza Hanafi SSTP MM.

Sejauh ini, bagaimana pelaksanaan ibadah puasa di Kecamatan Medan Helvetia?
Tahun ini, pelaksanaan ibadah puasa begitu terasa, khususnya di Medan Helvetia. Kami dari aparat kecamatan, terus melakukan kegiatan-kegiatan khususnya yang bersifat religi, syiar Islam dan sebagainya.

Kegiatan apa-apa saja?
Ada Safari Ramadan yang kita gelar, ada juga Safari Jumat dan tidak ketinggalan Safari Subuh yang rutin kita adakan. Kegiatan itu juga didampingi kegiatan-kegiatan lainnya seperti pemberian tali kasih berupa bingkisan terhadap jamaah masjid.

Tujuannya?
Seperti yang saya terangkan tadi, kegiatan-kegiatan tersebut selain sebagai syiar Islam, tapi juga untuk mempererat tali silaturahmi aparat pemerintahan dengan masyarakat. Salah satu bentuk nyatanya, aparat kecamatan bekerjasama dengan forum komunikasi masyarakat Medan Helvetia, guna melakukan sosialisasi program-program serta kegiatan yang diselenggarakan Pemerintahan Kota Medan. Hal ini bertujuan, memberikan kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat. Dan terutama, untuk memberi rasa aman dan nyaman bagi warga Medan Helvetia yang hendak mudik saat lebaran nanti.

Meskipun relatif aman, apa pernah terjadi tindak kriminal di Medan Helvetia selama Ramadan ini?
Di Medan Helvetia, yang paling menonjol adalah tindak pencurian serta pencurian kendaraan bermotor. Namun sejauh ini bisa tertangani, atas kerjasama yang telah terjalin antara aparat kecamatan, kelurahan, masyarakat serta peran serta aktif personel Polsek Medan Helvetia dan termasuk pula pihak dari Danramil. Semuanya mobile, untuk mengantisipasi tindak kejahatan. Beberapa hari lalu sempat terjadi tindak kejahatan yaitu pembobolan ATM di SPBU Gatot Subroto. Tapi sebelum tindakan itu terjadi, atas laporan kepala lingkungan setempat dan disikapi serius dan sigap oleh semua lapisan, maka tindak kejahatan itu bisa langsung diantisipasi.

Apa yang diintsruksi kepada warga Medan Helvetia yang mudik Lebaran?
Kita mengimbau agar warga yang akan mudik Lebaran, untuk memastikan jika rumah yang ditinggalkan tersebut benar-benar aman. Misalnya, pintu, jendela atau celah-celah untuk masuk ke rumah telah terkunci dengan benar. Mintalah bantuan kepada aparat setempat, atau tetangga atau masyarakat laion untuk memberi perhatian dan perlindungan kepada rumah yang ditinggalkan tersebut. Dengan begitu, tindak kejahatan bisa diantisipasi.

Bagaimana pula pelaksanaan peringatan atau perayaan HUT ke-66 RI tahun ini, karena bertepatan dengan Bulan Ramadan?
Antusiasme warga Kecamatan Medan Helvetia untuk merayakan HUT RI ke 66 sangat tinggi. Artinya, pelaksanaan ibadah puasa tidak menjadi hambatan bagi warga untuk merayakan hari kemerdekaan bangsa ini. Dan uniknya, dalam perayaan HUT RI tahun ini ada sedikit yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Apa yang berbeda itu?
Kalau tahun-tahun sebelumnya, aparat pemerintahan dalam merayakah HUT kemerdekaan mendatangi sekolah-sekolah dan sebagainya. Namun, tahun ini para siswa, masyarakat sekitar mendatangi kantor camat untuk merayakan dan memperingati HUT RI. Ini sebagai bukti bahwa, antusiasme masyarakat dalam merayakan atau memperingati HUT RI tidak kendur kendati tengah menjalankan ibadah puasa.

Perlombaan apa saja yang akan digelar?
Kita mengadakan beragam perlombaan. Ada perlombaan yang diadakan antara aparat pemerintahan dengan aparat pemerintahan, ada masyarakat dengan masyarakat serta anak sekolah dengan anak sekolah. Beberapa di antaranya, ada lomba tarik tambang, ada lomba karya ilmiah dan lomba-lomba lainnya. Perlombaan itu diadakan di Lapangan Parade Helvetia sebelah Kantor Camat Medan Helvetia.(*)

e-KTP Molor Lagi

Perangkat Belum Tiba dari Jakarta

MEDAN- Dapat dipastikan, pelaksanaan program KTP elektronik atau e-KTP bakal molor lagi. Pasalnya, hingga Selasa (16/8), perangkat yang dijanjikan Kemendagri belum juga sampai di Medan.

“Launching e-KTP bakal diundur dari 18 Agustus hingga waktu yang belum ditentukan. Karena, perangkat yang dijanjikan tiba pada 15 Agustus, sampai sekarang belum tiba juga di Kota Medan,” kata Kadis Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Medan Darusalam Pohan di gedung DPRD Medan, Selasa (16/8). Dengan begitu, lanjut Darusalam, Disdukcapil hanya bisa menunggu karena belum ada peralatan yang akan digunakan.
“Kita tunggu saja, karena tak ada perlatan. Jadi apa yang mau dimainkan,” ucapnya.

Dikatakan Darusalam, pihaknya sudah mendesak Kemendagri dengan menelepon.
“Selain menghubungi dengan menelepon, kita juga sudah berkonsultasi. Tapi memang alatnya belum bisa dikirim. Pusat hanya mengatakan tunggu,” cetusnya.

Dijelaskannya, persiapan seperti menyiapkan SDM hingga mencetak undangan sudah dilakukan. Karenanya, untuk undangan yang sudah dicetak, pihaknya belum berani menyebarkannya kepada masyarakat.
“Sebahagian undangan sudah dicetak, tapi belum diberi tanggal. Ini untuk menjaga, karena belum ada kejelasan kapan alat tersebut tiba dari Jakarta,” bebernya.

Darusalam juga menjelaskan, kalau untuk alat seperti ruter (jaringan) dan CPU (penyimpan data) sudah masuk di Kecamatan Medan Timur, Perjuangan dan Polonia. Tetapi belum bisa beroperasi. “Sebelum ada alat pemindai tandatangan, sidik jari, komputer dan jaringan online. Ruter dan CPU tidak bisa digunakan,” ungkapnya lagi.
Menyikapi molornya jadwal pelaksanaan program e-KTP, Wakil Ketua DPRD Medan Ikhrimah Hamidi mengatakan, kesalahan ada di pemerintah pusat, khususnya Kementerian Dalam Negeri. “Bisa jadi faktor penyebabnya karena adanya pemeriksaan anggaran oleh polisi yang diusut kembali,” katanya lagi.

Dikatakannya, Medan khusunya Disdukcapil sudah siap untuk pelaksanaan e-KTP. “Jadi kalau barang masuk tanggal 17, tak mungkin langsung diuji coba. Yang jelas lounching e-KTP di Medan tidak mungkin terlaksana di pada 18 Agustus,” katanya.(adl)

Kakek dan Nenek Kobarkan Semangat Kemerdekaan

Lomba Baca Puisi Perjuangan di Yayasan Sosial Prestasi Lanjut Usia Sumut

‘’Kami sudah coba apa yang kami bisa, tapi kerja belum selesai. Belum apa-apa. Kami sudah beri kami punya jiwa, kerja belum selesai. Belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa.’’

INILAH sebait puisi perjuangan Krawang Bekasi karya Chairil Anwar yang menjadi puisi wajib dalam lomba baca puisi perjuangan menyambut HUT Kemerdekaan Indonesia ke-66 di Yayasan Sosial Prestasi Lanjut Usia Sumut di Jalan Candi Mendut Medan. Acara ini juga dirangkai dengan acara buka puasa bersama.

Tak cuma satu puisi yang dibawa para peserta. Selain puisi wajib Krawang Bekasi, peserta harus membaca puisi pilihan. Panitia pun menyediakan juga puisi perjuangan yang dapat dipilih peserta yakni Catatan Tahun 1945, Diponegoro dan Pahlawan Tak Dikenal.

Sesuai dengan penyelenggara acara yang dimotori para tokoh senior Sumut diantaranya Ketua Pepabri Sumut Brigjen TNI (Purn) H Muhammad Ali Imran Siregar MBA, Ketua Dewan Kesenian Medan yang juga Ketua Panitia Lomba, Hj Anita Chairunnisa Daryatmo. Ketua dan Sekretaris Yayasan Sosial Prestasi Lanjut Usia Sumut H Sanggup Purba dan Hj Saniwati ini maka 41 peserta lomba juga berasal dari kalangan lanjut usia.

Meski tak muda lagi, namun gaya para peserta lomba baca puisi perjuangan khusus lansia ini tampil memukan mengobarkan semangat kemerdekaan Indonesia. Sembari menjalankan ibadah puasa, suara lantang para peserta lomba baca puisi ini tetap membahana.

Diantara para peserta yang berasal dari kalangan pejuang kemerdekaan, warakauri, istri purnawirawan TNI/Polri ada yang datang dengan memakai pakaian tradisional. Ada pula yang memakai baju ala pejuang kemerdekaan, perawat perang dan sebagainya.

Lebih empat jam para peserta memainkan intonasi, gaya dan gerak dalam melakukan dramatikal puisi-puisi perjuangan tersebut. Dari penilaian para peserta ini, dewan juri yakni Baharuddin Sahputra, Dra F Adla Hasibuan dan Ibnu Hajar SPd ini memlilih 10 peserta terbaik kelompok kakek dan nenek.
Pemenang lomba kelompok kakek yakni juara pertama Drs Amrin Karim MHum, juara dua Sauridas, juara tiga SM Napitupulu, juara empat Nurdin Silalahi dan juara lima Pugun Bangun. Sedangkan kelompok neneki Nurida Hutagalung, Hj Lely Farida, Hj Ratni Siti Rahma Hutabarat, Ny Ridwan dan Ny Amir Hamzah.

Magdalena, salah seorang peserta lomba baca puisi mengaku senang dapat mengikuti lomba baca puisi antarlansia yang baru pertama kali digelar di Sumut. Ia berharap lomba ini dapat mempersatukan semua lansia di Sumut termasuk para warakauri di Sumut . Semangat membaca puisi juga dilontarkan Paino, purnawiran Polri yang ikut dalam lomba. ‘’Walau tak menang, harus semangat,’’ kata warga Mariendal-I tersebut.

Ungkapan senada diutarakan  Ketua Dewan Kesenian Medan yang juga Ketua Panitia Lomba, Hj Anita Chairunnisa Daryatmo. Anita yang juga pengurus DPD Pepabri Sumut. ‘’Kita berharap para lansia tak sekadar memikirkan hari tua karena para lansia masih dapat diberdayakan untuk pembangunan Indonesia,’’ terangnya.

Ia berharap generasi penerus bangsa dapat bersemangat dalam mengisi pembangunan. Demikian pula untuk menggali bakat para lansia dan generasi penerus bangsa. ‘’Tetap semangat mencintai budaya dan kesenian bangsa. Kita berharap acara ini dapat membangkitkan semangat melestarikan budaya dan kesenian nasional,’’ jelasnya. (*/rel)