27 C
Medan
Tuesday, December 23, 2025
Home Blog Page 14752

Sertijab Kapolsek Sunggal Ditunda

MEDAN- Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kapolsek Sunggal dari Kompol Sonny M Nugroho kepada AKP Ruruh Wicaksono yang sebelumnya menjabat sebagai Wakasat Rekrim Polresta Medan ditunda. Pasalnya, Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga berhalangan memimpin sertijab tersebut karena melakukan sidak di Terminal Amplas bersama Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Rabu (10/8).

Rencananya, sertijab tersebut dilakukan di Aula Bayangkara Polresta Medan, sekira pukul 10.00 WIB. Kemudian informasi yang berkembang di Mapolresta Medan, sartijab akan dilakukan Rabu (10/8) siang pukul 14.00 WIB. Namun setelah ditunggu hingga pukul 14.00 WIB, tak ada tanda-tanda sertijab tersebut akan dilakukan.

Saat dikonfirmasi, Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga mengatakan, sertijab tersebut akan dilakukan hari ini, Kamis (11/8). Tagam mengatakan, hal tersebut dilakukan karena pada hari yang sama juga dilakukan sartijab di Mapolda Sumut. “Sertijab Kapolsek Sunggal tidak dilakukan hari ini (kemarin, Red) karena ada juga sartijab di Mapolda Sumut,” ujarnya singkat.

Hal senada dikatakan Kapolsek Sunggal yang baru AKP Ruruh Wicaksono. Menurutnya, sertijab tersebut akan dilakukan hari ini. “Besok sertijabnya,” ujar Ruruh singkat sembari memasuki ruangannya di Sat Reskrim Polresta Medan.

Diketahui, Kapolsek Sunggal Kompol Sonny M Nugroho dicopot secara mendadak dari jabatannya karena dinilai gagal melaksanakan tugas sebagai Kapolsek Sunggal. Sebelumnya, Kapolresta Medan, Kombes Tagam Sinaga saat dikonfirmasi wartawan koran ini dipelataran parkir Mapolsek Sunggal mengatakan, Kompol Sonny M Nugroho Tampubolon dinilai sering mengabaikan laporan masyarakat yang hendak membuat pengaduan ke sana. “Ada beberapa warga yang mengadukan kasusnya langsung ke Kapolda. Katanya, Polsek Sunggal sering mengabaikan laporan masyarakat. Untuk ini akan digantikan oleh Wakasat Reskrim Polresta Medan AKP Ruruh Wicaksono sebagai Kapolsek Sunggal yang baru,” ujarnya.(mag-7)

Cegah PHK Jelang Lebaran

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan harus benar-benar melakukan pengawasan terhadap perusahaan dalam pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawan. Dengan begitu, imbauan yang telah disampaikan Dinsosnaker kepada perusahaan-perusahaan dapat berjalan sesuai dengan harapan.

Hal ini dikatakan Sekretaris Fraksi Partai Golkar Ilhamsyah kepada wartawan koran ini Adlansyah Nasution, Rabu (10/8). Berikut petikan wawancaranya.

Baru-baru ini, Dinsosnaker telah mengeluarkan surat imbauan agar perusahaan membayarkan THR kepada karyawan paling lambat tujuh hari sebelum Lebaran. Apa pendapat Anda?
Bila imbauan tersebut sudah sampai ke perusahaan, tidak ada alasan pemilik atau pengelola perusahaan alpa arau lalai melakukan pembayaran. Sebab, selama ini banyak ketidaktahuan atau tidak adanya pemberitahuan pembayaran THR yang tidak dilakukan atau tidak sesuai dengan aturan berlaku oleh perusahaan. Dengan begitu, harus ada pengawasan. Pastikan imbauan itu sampai ke seluruh perusahaan dan dilaksanakan sesuai imbauan tersebut. Kapan terakhir pemberian dilakukan, jangan sampai ada yang tidak menyalurkan karena tidak ada pemberitahuan atau alasan lainnya.

Bagaimana bentuk pengawasan yang harus dilakukan?
Dinsosnaker harus mengecek ke perusahaan tersebut, apakah sudah dibayarkan atau belum. Jika belum, harus ada sanksi sesuai aturan. Pemberian sanksi tidak hanya untuk menakuti, tapi harus diterapkan sebaik mungkin. Begitu ada pihak yang tidak menyelesaikan kewajibannya, langsung ditindak. Jangan hanya diam.

Bagaimana dengan Tim Pengaduan THR yang dibentuk Dinsosnaker?
Tim pengaduan THR yang dibentuk harus memberikan manfaat. Bukan hanya sekadar memenuhi standar pelayanan atau kebutuhan, tim ini harus aktif dalam melayani, menyelesaikan persoalan. Bila perlu mendatangi langsung perusahaan-perusahaan untuk melakukan pengecekan lansung. Dengan begitu, setiap persoalan yang timbul nantinya bisa terselesaikan dengan baik. Posko itu jangan sekadar dibentuk saja. Harus memberikan manfaat kepada kaum pekerja. Harus ada manfaat atau menjadi motivasi dalam penyelesaian persoalan.

Apa penekanan Anda terhadap Dinsosnaker?
Kita meminta, Dinsosnaker Kota Medan benar-benar aktif dan bijak dalam mencegah timbulnya PHK jelang Lebaran. Sebab, belakangan ini mulai marak PHK jelang Lebaran yang dilakukan beberapa perusahaan seperti Prim One School, PT MCKI tanpa alasan jelas. Salah satu tujuannya, diduga memang untuk menghilangkan pembayaran THR. Dewan juga menyesalkan sampai saat ini belum ada penyelesaian persoalan tersebut. Tidak ada tindakan nyata yang dilakukan Dinsosnaker. Hal ini menujukkan, SKPD tersebut tidak peka dengan persoalan yang tengah terjadi. Persoalan ini menimbulkan tanda tanya besar, ada apa? Kenapa SKPD ini diam saja. Seharusnya tidak menunggu laporan.

Jadi, tidak hanya penyaluran THR diselesaikan, tapi juga PHK jelang lebaran. Ada tekanan diberikan kepada pengusaha untuk tidak melakukan PHK saat ini. Buat kesepakatan dengan pengusaha. Seriuslah mengatasi masalah ini. Jangan ciptakan keresahan dalam diri kaum pekerja. Selesaikan semua masalah, jemput bola, maka pekerja akan nyaman dan senang.(*)

Rebutan Senter, Paman Hajar Ponakan

Hanya gara-gara rebutan senter, Abdullah hasyim (8) dan abangnya Abdullah Akmal (10) dihajar pakai broti oleh pamannya M Hendrik (25), warga Lorong Pertamina, Kelurahan Bagan Deli, Medan Belawan, Rabu (10/8). Akibatnya, kedua bocah malang itu terpaksa dirawat di Rumah Sakit Martha Friska karena mengalami luka serius pada bagian kepalanya.

Kejadian tersebut bermula saat kedua keponakannya bermain senter di rumahnya. Namun, keduanya malah membuat keributan karena rebutan senter. Kemudian, Hendrik melerai keduanya dan meminta senter yang dimainkan mereka.
Saat diminta senternya, kedua keponakannya itu tidak memberikannya. Hendrik yang khilaf langsung mengambil broti dan memukul kepala kedua keponakannya itu hingga berlumuran darah dan pingsan. Bahkan, ibu korban, Nurhalimah yang merupakan kakak kandung Hendrik, pingsan karena tak tega melihat kedua anaknya berlumuran darah.

Warga sekitar yang melihat kejadian tersebut langsung menghajar Hendrik dan kemudian membawanya ke Polsek Belawan untuk mempertanggujawabkan perbuatannya.

Dikantor polisi, Hendrik mengakui perbuatannya. Dia mengatakan, dirinya emosi melihat kedua keponakannya itu. “Anak bandel memang harus dipukul,” ujarnya.(mag-11)

Sertijab Tiga Pamen Poldasu Tertutup

MEDAN- Tiga Perwira Menengah (Pamen) Poldasu resmi dimutasi. Serah Terima Jabatan (Sertijab) ketiga pamen tersebut dilakukan di Aula Kamtibmas Mapolda Sumut, Rabu (10/8).

Sertijab) tersebut dilangsungkan secara tertutup dan tidak memberi ruang bagi wartawan untuk meliput gelaran acara tersebut. Kabid Humas Poldasu AKBP Raden Heru Prakoso yang dikonfirmasi mengatakan, tidak ada upaya untuk menutup-nutupi acara tersebut. “Malah saya heran, kok nggak ada pers yang meliput. Malah saya lihat, ada yang lihat-lihat dari jendela,” jawabnya.

Ketiga Pamen yang dimutasi tersebut antara lain, Direktur Reskrimum Kombes Pol Agus Andrianto diangkat menjadi Kabag Resmob Robinops Bareskrim Polri. Jabatan itu akan diduduki Kepala Densus 88/Antiteror Poldasu, Kombes Pol Bambang Heriyanto.

Kemudian, Kepala Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Poldasu Kombes Pol Husein Hamidi diangkat sebagai Irwasda Polda Aceh dan penggantinya adalah Kepala Biro SDM Polda Maluku, Kombes Pol Tjahyono Prawoto diangkat menjadi Kepala Biro SDM Poldasu.

Terakhir, Kabid TI Poldasu, Kombes Pol Abdurachman digantikan  AKBP Yehu Wangsajaya yang sebelumnya menjabat Kabag Binops Roops Polda Metro Jaya.

Menariknya, acara serah terima jabatan (Sertijab) tersebut dilangsungkan secara tertutup dan tidak memberi ruang bagi wartawan untuk meliput gelaran acara tersebut.

Tersiar kasak-kusuk di kalangan wartawan di Polda Sumut, acara Sertijab itu merupakan pengalihan terhadap Syarifuddin yang merupakan pemilik paspor mantan bendahara Partai Demokrat M Nazaruddin yang digunakan untuk bepergian ke luar negeri.

Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumut AKBP Raden Heru Prakoso yang dikonfirmasi mengenai hal ini mengaku, tidak ada upaya Polda Sumut untuk menutup-nutupi acara tersebut. “Tidak, tidak ada yang ditutupi. Makanya saya heran tadi, kok nggak ada pers yang meliput. Malah saya lihat, ada yang lihat-lihat dari jendela,” jawabnya.

Saat ditanya, apakah acara Sertijab itu adalah pengalihan terhadap masalah paspor Nazaruddin atas nama Syarifuddin, Heru Prakoso membantahnya. “Ah, tidak ada hubungannya ke arah situ. Ini acara seremoni, dan boleh diliput. Tadi, kalau pers masuk duluan ke ruangan Sertijabnya akan disiapkan tempatnya,” katanya.(ari)

Mahasiswa Baru Unimed Ikuti Pengenalan Awal

MEDAN- Hari pertama pelaksanaan Ajang Pengenalan Awal Mahasiswa Baru (APAMB) Universitas Negeri Medan diikuti 5.000 mahasiswa baru yang diterima melalaui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan lewat jalur Seleksi Lokal Masuk Perguran Tinggi Negeri (SLMPTN). Sebagai upaya menciptakan SDM yang handal dan mampu bersaing serta memiliki etika dan budaya APAMB yang dilakukan UNIMED pada tahun ini ditekankan kepada pembentukan karakter.

“Pengenalan mahasiswa baru tahun ini, kita buat berbeda dibanding tahun lalu. Yakni dengan memberikan ceramah pendidikn karakter yang berdurasi 90 menit,” ungkap Pembantu Rektor I Unimed, Khairil Anshari di sela acara pengenalan mahasiswa baru di Gedung Serba Guna UNIMED Medan, Rabu (10/8).

Masalah pendidikan karakter, bilang Khairil, yang cukup sulit adalah soal implementasi di lapangan sehingga pengenalanm karakter seharusnya sudah diperkenalkan oleh anak sejak dini. Yang paling sederhana dicontohkannya, yakni dari cara berpakaian dan tingkah laju dalam kesehariannya.

Sementara itu, Pembantu Rektor III, Biner Ambarita menambahkan mengatakan mahasiswa baru ini akan mengikuti Ospek selama tiga hari. Yang mana untuk pelaksanaanya seluruh peserta APAMB akan mengikuti kegiatan di Gedung Serbaguna selama dua hari yakni dari hari Rabu hingga Kamis (10-11/8)  hingga pukul 12.00 Wib. Sedangkan untuk hari ketiga selanjunya akan diserahkan ke Fakultas masing-masing.

“Materi yang diperoleh tetap sama, soal pengembangan karakter. Tidak ada main fisik dan kita sudah kerahkan panitia dan keamanan di setiap sudut Unimed,” jelasnya. Dia menyebutkan, mahasiswa baru yang mengikuti APAMB terdiri dari 46 program studi dan tiga fakultas di Unimed. (uma)

Operasi Ketupat Antisipasi Pencurian Rumah

MEDAN- Mengantisipasi tindak kriminal berupa pembobolan rumah karena ditinggal mudik oleh pemiliknya saat lebaran, Polresta Medan beserta jajarannya menggelar operasi ketupat yang digelar H-7 dan H+7 Hari Raya Idul Fitri 1432 Hijriyah.

Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga melalui Kabag Ops Polresta Medan Kompol Yushfi M Nasution mengatakan, operasi ini merupakan operasi rutin yang setiap tahunnya digelar kepolisian. “Ini untuk memberikan rasa aman kepada pemilik rumah yang mudik lebaran,” ujar mantan Kapolsek Medan Baru ini.

Selanjutnya, Yushfi menjelaskan, untuk pengamanan di komplek perumahan, selain menurunkan 2/3 kekuatan kepolisian, pihaknya juga melakukan kerja sama dengan sekuriti dan pihak kecamatan seperti kepala lingkungan setempat. (mag-7)
Sementara pihak kepolisian menganggap, sekuriti merupakan perpanjangan tangan dari kepolisian dalam melakukan pengamanan pada operasi ketupat dan kepala lingkungan merupakan bagian kordinasi kita untuk pengamanan selama lebaran.

Lebih lanjut ia mengatakan, titik rawan dengan tingkat kejahatan tinggi di wilayah hukum Polresta Medan berada yakni berada di wilayah Polsek Percut Sei Tuan dan Polsek Medan Area. “Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi untuk Polsek Percut dan Polsek Medan Area, menjadi titik rawan kejahatan, untuk kedua Polsek ini kita akan melakukan pengamanan ekstra ketat dan untuk waiyah yang lain kita akan terus berkordinasi dengan polsek setempat “ jelasnya. (mag-7)

Pensiunan PNS Tewas Dianiaya

MEDAN- Setelah empat hari dirawat secara intensif di RSU dr Pirngadi Medan, pensiunan PNS Syahrin Halomoan Harahap (65), warga Jalan Matahari Raya, Medan Helvetia tewas setelah dianiaya orang tak dikenal. Keterangan adik korban, A Harahap, yang datang dari Jakarta mengatakan, sebelumnya korban dianiaya oleh orang tak dikenal di Jalan Veteran Pasar VIII Desa Manunggal, Labuhan, Kamis (5/8) lalu.

“Abang saya meninggal dengan luka robek di kepala sebelah kiri. Abang saya sempat pingsan dan terkapar di jalan. Warga langsung membawa ke RS Materna Medan. Di rumah sakit tersebut, abang saya mendapat perawatan dan diopname selama empat hari dan akhirnya meninggal,” terangnya.

Karena nyawanya tidak tertolong, Syahrin yang memiliki tiga orang anak ini akhirnya menghembuskan nafas, Rabu (10/8) 14.00 WIB dan selanjutnya dibawa ke RSU Pirngadi Medan dan dilakukan otopsi.(jon)

Mobil Wahyuni Ditemukan Dekat Kandang Ayam

Dititipkan Pria Bernama Andi dan Wanita Bernama Leni

LUBUK PAKAM-Mobil Kijang Innova warna hitam BK 1356 JH (diubah menjadi BK 1738 KM) milik Wahyuni Simangunsong, karyawan BRI Syariah, Jalan S Parman yang tewas dibunuh, ditemukan di dekat kandang ayam Dusun Tungkusan, Desa Tadukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Deli Sedang, Selasa (9/8) siang.

Informasi yang dihimpun, penemuan mobil itu atas laporan warga bernama Indra (28), yang bertugas menjaga kandang ayam di Dusun Tungkusan, Desa Tadugan Raga. Menurut Indra, sebelumnya Kamis (4/8) seorang laki-laki yang mengaku bernama Andi membawa mobil Kijang Innova tersebut bersama temannya seorang wanita bernama Leni. Leni mengendarai sepeda motor Yamaha Vega warna biru.

Lantas keduanya dengan alasan kaca spion kendaraan pecah dan takut ditilang di tengah jalan maka menitipkan mobil itu kepada Indra yang bertugas menjaga kandang ayam.

“Kami tolonglah mobil ini dititip selama dua hari,” bilang Indra menirukan ucapan pria yang mengaku bernama Andi. Setelah menitipkan kendaran tersebut, keduanya langsung pergi berboncengan dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Vega yang nopolnya belum diketahui. Karena  jadwal yang disepakati telah lewat sehari, Indra bersama pemilik peternakan melaporkan ke Mapolsek Telun Kenas, Minggu (7/8) sekitar pukul 21.00 WIB.

Selanjutnya, polisi mendatangi lokasi dan mencopot ban bagian depan Kijang Innova itu dengan tujuan mengantisipasi pemilik mengambil mobil tersebut, setelah dilakukan penyelidikan terhadap pemilik kendaran itu dengan berkordinasi dengan Poldasu, Polres Deli Serdang dan Polrestas Medan. Tiga orang penyidik Ditreskrim Poldasu kemudian mendatangi lokasi serta mencek rangka mobil. Dipastikan mobil itu milik Wahyuni Simangonsung yang ditemukan tewas mengenaskan di Samosir dengan nomor rangka kendaran HFXS42G682512649.

“Mobil itu ditemukan warga dipinggir jalan dekat kandang ayam daerah Mapolsek Telun Kenas,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut Kombes Pol Raden Heru Prakoso diruang kerjanya, kemarin (9/8).

Karena timbul kecurigaan itu, maka orang tersebut melaporkan ke Polsek setempat yang kemudian meneruskannya ke Polres Deli Serdang, yang kemudian ditindaklanjuti oleh jajaran Reskrimum Polda Sumut dan Polresta Medan untuk menuju lokasi penemuan.

“Mobil itu menyerupai milik korban, sekarang masih dilakukan pencocokan nomor mobil di Ditlantas dan diperiksa di Polresta Medan. Sebab, saat ditemukan, nomor polisinya berbeda dan ditemukan dalam keadaan terkunci,” ungkap Heru.

Ketika ditanya, apakah ditemukan petunjuk untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan warga Perumahan Waikiki Blok E VIII No 13 Medan Sunggal tersebut, Heru belum bisa memastikannya. Sebab, proses identifikasi kenderaan masih berlangsung.

Heru menuturkan, sejauh ini pemeriksaan terhadap saksi-saksi masih berjumlah 8 orang. Dan akan bertambah dua, dimana dua orang yang menemukan mobil Kijang Inova tersebut.

“Meluruskan dari pemberitaan yang ada, sejauh ini setelah saya konfirmasi dengan jajaran Polresta Medan, saksi yang diperiksa berjumlah 8 orang. Dan dua orang yang menemukan mobil itu juga akan dimintai keterangan sebagai saksi juga,” ungkapnya.

Ke 8 saksi tersebut antara lain, Rosiana (adik korban dan pelapor), Ani Sabah (rekan kerja korban), Briptu Al Fatah (ajudan Wakapolresta Medan yang komunikasi dengan korban saat akan ditilang polisi), Eben Nezer Naibaho (bengkel langganan korban memperbaiki sepeda motornya), Anissa (sepupu korban), Khainidar Lubis (ibu kandung korban), Dedy Syahputra dan Agus Purba (saksi yang melihat mobil korban berada di Tanah Karo).

“Saksi-saksi ini terangkai dalam komunikasi, sebelum korban dinyatakan hilang hingga tewas mengenaskan,” paparnya.
Dibeberkannya, orang yang terakhir berkomunikasi dengan korban adalah ajudan Wakapolresta Medan yakni, Briptu Al Fatah. Dan yang bersangkutan telah diperiksa sebagai saksi. Saat ditanya hubungan Briptu Al Fatah dengan korban, Heru menjawab, keduanya sebatas pertemanan.

Kemudian, Heru juga membantah, adanya keterlibatan seorang Polwan dari Satlantas Polresta Medan yang dikatakan sebagai yang menilang mobil yang dikendarai korban.

“Jadi, itu bukan Polwan. Saat korban ditilang, korban langsung menghubungi ajudan Wakapolresta Medan untuk minta bantuan. Akhirnya, korban hanya mendapat teguran. Dari keterangan Briptu Al Fatah yang sempat menghubungi nomor ponsel yang mengaku polisi itu, ternyata katanya dari Ditlantas Polda Sumut. Jadi bukan dari Satlantas Polresta Medan. Saat ini juga tengah ditelusuri, apakah polisi yang menilang itu benar seorang polisi atau polisi gadungan, dan apakah benar bertugas di Ditlantas Polda Sumut. Saat ditilang itu juga, korban tidak menjelaskan lokasinya,” terangnya.
Sementara itu, Kasubdit III/Umum Polda Sumut Kompol Andry Setiawan yang dikonfirmasi Sumut Pos menyatakan, personelnya yang turun langsung ke lapangan guna mengecek keberadaan mobil yang diduga milik Wahyuni Simangunsong berjumlah 6 orang, serta ada juga tim dari Polresta Medan dan Wakapolresta Medan AKBP Pranyoto Sik.
“Tim kita berjumlah 6 orang, dan ada juga tim dari Polresta Medan. Wakapolresta Medan juga langsung turun ke TKP,” bebernya.

Kemudian, Kompol Andry Setiawan yang dikonfirmasi apakah benar pelaku diduga berkeliaran di Medan, tidak secara spesifik membenarkan hal itu. “Mudah-mudahan seperti itu. Dan saat ini kita terus melakukan pengejaran,” jawabnya singkat.(ari/btr/uma)

Ditangkap Mau Beli Buka Puasa

Paspor Syarifuddin Dibawa Kurir

MEDAN-Muhammad Nazarrudin sampai melarikan diri ke Cartagena, Kolombia ternyata menggunakan paspor atas nama Syarifudin, yang merupakan warga Kota Medan yang berdomisili di Jalan Garu 1 Gang Jadi No 7, Kelurahan Siti Rejo 1, Kecamatan Medan Amplas.

Syarifuddin berhasil ditangkap personel Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Sumut di Jalan Al Falah SM Raja Medan ketika hendak mencari menu berbuka puasa.

“Dia kita tangkap di Jalan Al Falah saat mau beli bukaan. Penangkapan tersebut berdasarkan penyalahgunaan paspor untuk orang lain, dengan pasal yang disangkakan Pasal 266 KUHP,” ungkap Kanit I VC Polda Sumut, Kompol Saptono.
Apakah Syarifuddin akan diserahkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)? Mengenai hal itu, Saptono mengatakan, diserahkan atau tidaknya Syarifuddin ke KPK tergantung dari keputusan pimpinan dalam hal ini Kapolda Sumatera Utara Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro.

“Itu tergantung keputusan dari pimpinan, apakah nanti diserahkan ke KPK atau tidak,” jawabnya.
Saat ditegaskan, apakah paspor milik Syarifuddin tersebut benar dipinjamkan kepada Nazaruddin atau tidak, Saptono menegaskan, berdasarkan pengakuan Syarifuddin, paspor miliknya itu hilang sejak 16 Juni 2011 lalu di tempat tinggalnya di Jalan Garu I Gang Jati No 7 Kecamatan Medan Amplas.

“Dari pengakuan Syarifuddin, paspornya hilang. Dan dia (Syarifuddin, Red) mengaku tidak mengetahui kenapa paspor tersebut bisa jatuh ditangan Nazaruddin sebagai alat untuk pergi keluar negeri. Dan Syarifuddin langsung ditahan malam ini,” terangnya.

Hal tersebut juga dibenarkan Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro yang dikonfirmasi wartawan di Mapolda Sumut Pos mengatakan, paspor milik Syarifuddin hilang di rumah pamannya Yunus Rasyid di Jalan Garu I Gang Jati No 7 Kecamatan Medan Amplas.

Penegasan itu dikemukakan Kapolda Sumut setelah Syarifuddin melapor ke Kapolda Sumut di ruangannya, usai ditangkap personel Reskrimum Polda Sumut.

“Syarifuddin datang ke Polda melaporkan kehilangan paspor, yang di simpan di rumahnya,” ungkap Kapolda Sumut.
Sementara itu, Syarifuddin yang tengah diperiksa penyidik Reskrimum Polda Sumut mengakui, paspor tersebut adalah miliknya.

“Benar, saya memiliki paspor atas nama saya sendiri Syarifuddin lahir di Bangun tanggal 1 November 1983 yang dibuat di Kantor Imigrasi Polonia Medan pada Tanggal 15 Juni 2008,” akunya.

Saat ditanya penyidik Reskrimum Polda Sumut apakah paspor tersebut sudah pernah digunakannya, kapan, untuk keberangkatan kemana serta berapa lama, Syarifuddin mengaku, paspor tersebut telah digunakannya untuk keberangkatan ke Malaysia dan ke Singapura.

“Saya jelaskan bahwa saya sudah sering menggunakan paspor tersebut, untuk keperluan berangkat ke Negara Malaysia dan Singapura. Saya tidak dapat menjelaskan, tanggal berapa saja saya menggunakannya,” bilangnya.
Saat ditanya terakhir kali dirinya menggunakan paspor tersebut, Syarifuddin kembali menyatakan, paspor itu digunakannya saat berangkat ke Malaysia dan Singapura.

Syarifuddin sendiri, juga telah menerima surat panggilan dari Kantor Imigrasi Klas 1 Polonia Medan tertanggal 9 Agustus 2011, dengan No Surat W2.F2.GR.02.01-1930, dengan dasar pemanggilan 1. Pasal 106 huruf I UU No 6 tahun 2011 tentang keimigrasian, guna dimintai keterangan yang diperlukan sehubungan paspor yang diterbitkan pada Kantor Imigrasi Klas 1 Polonia Medan pada Tanggal 16 Juni 2011 yang berlaku sampai 16 Juni 2013. Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala Kantor Imigrasi, Drs Lilik Bambang L.

Syarifuddin tinggal di rumah mewah berwarna cokelat bersama keluarga pamannya, Yunus Rasyid yang merupakan mantan anggota DPRD Medan dari PPP yang menjabat selama dua periode dari tahun 1999-2004 dan 2004-2009.
“Dia tinggal bersama pamannya (Yunus Rasyid, Red), sejak kuliah di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Tapi kita tidak tahu dia bekerja dimana. Karena setahu kami, dia sering keluar kota. Tahunya, ada berita katanya paspor Nazaruddin pakai namanya (Syafruddin),” ungkap Lurah Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Rojob Hasibuan yang dikonfirmasi Sumut Pos, Selasa (9/8).

Dijelaskannya, karena kesibukan dari Syarifuddin yang sering keluar kota, membuat dirinya jarang bergaul dengan warga sekitar. Sementara paman Syarifuddin, Yunus Rasyid merupakan seorang sosok tokoh masyarakat dan sekaligus pemuka agama di kelurahan itu.”Karena sibuk itu, jadi warga juga tidak terlalu kenal dengan Syarifuddin. Kalau pamannya (Yunus Rasyid, Red) di sini sebagai ustad,” tambahnya.

Pantauan Sumut Pos di kediaman Yunus Rasyid tampak sepi. Terlihat seorang pembantu rumah tangga yang melihat-lihat ke luar pagar, dimana para wartawan yang menunggu untuk mengkonfirmasi mengenai berita tersebut. “Tadi yang nampak cuma pembantunya, yang lainnya nggak kelihatan,” cetusnya.

Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Kepkumham Sumut, Bambang Widodo membenarkan bahwa paspor yang digunakan Nazaruddin dibuat di Kantor Imigrasi Polonia Medan di Jalan Wajir Medan.

”Berdasarkan keterangan dari staf saya bahwa pospor yang digunakan M Nazaruddin paspor milik orang lain atas nama Syarifuddin,” beber Bambang Widodo, Selasa (9/8).

Dari hasil penelusuran, sambung Widodo, bahwa alamat dan pekerjaan Syarifuddin di dalam paspor berstatus seorang tenaga pengajar di perguruan tinggi (dosen) yang beralamat di Medan.

‘’ Dari data base yang tertera di komputer milik Keimigrasian Polonia Medan, bahwa paspor Syarifuddin dibuat sejak 15 Juli 2008. Dari foto yang tertera di dalam buku paspor 48 halaman itu ada kemiripan antara wajah Nazaruddin dengan Syarifuddin,” ucapnya.

Atas kemiripan itulah, sambung Widodo, Nazaruddin memanfaatkan paspor itu untuk bisa beterbangan ke beberapa negera setelah ditetapkan sebagai DPO. Ketika disinggung apakah paspor yang digunakan oleh Nazaruddin asli? Widodo belum mau menjabarkan.

‘’Kita belum tahu paspor itu asli atau palsu karena belum melihat sendiri paspor itu masih dipegang oleh interpol,” tegasnya.

Bambang Widodo mengaku, paspor milik Syafaruddin dikirim melalui seorang kurir ke luar negeri di lokasi Nazaruddin bersembunyi. “Jadi paspor yang digunakan Nazaruddin saat berangkat keluar negeri pada 22 Mei 2011 bukan atas nama Syarifuddin,” tegas Bambang Widodo.

Namun ketika disinggung atas nama siapa dan dari mana Nazaruddin berangkat, Bambang Widodo mengaku masih melakukan penyelidikan. Syarifuddin juga bakal terkena sanksi pidana karena telah menyalahgunakan kepemilikan paspor dan menyembunyikan pelaku korupsi dari kejaran aparat hukum.

Sementara Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Patrialis Akbar mengakau, Syarifuddin adalah sepupu dari Nazaruddin. Berdasar data dari Direktorat Jendral Imigrasi, Syarifuddin adalah keluarga yang tinggal di Jalan Garu 1, Nomor 7, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Medan Amplas, Medan.
Dia menjelaskan jika paspor yang digunakan Nazaruddin asli. Menjadi kontrovesi lantaran Syarifuddin menyerahkannya ke Nazaruddin. “Informasinya mereka bersaudara,” ujarnya di Kemenkum HAM Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Pusat.

Patrialis menduga kalau Syarifuddin memang memberikan paspornya kepada Nazaruddin. Oleh sebab itu, dia menegaskan tidak ada oknum dalam kepemilikan paspor. “Kenapa bisa pindah tangan, itu urusan dia,” terangnya.
Terpisah, Direktorat Jendral Imigrasi melalui Kabag Humas Maryoto Sumadi membenarkan ucapan Patrialis. Dia menegaskan bahwa paspor atas nama Syarifuddin tersebut legal. Dibuat secara resmi juga melalui proses yang benar. Oleh sebab itu, dia tidak ingin ada sebutan paspor illegal lagi.

“Saya tegaskan, bahwa paspor itu asli milik Syarifuddin,” tegas Maryoto diruangannya kemarin. Dia juga memastikan jika dibuatnya paspor itu pada 2008 silam bukanlah hal yang aneh. Menurutnya, tahun itu tidak ada situasi politik yang membuat Syarifuddin harus membuat paspor. “Berkas pengajuan juga lengkap,” ungkapnya.
Disamping itu, dia juga menegaskan jika pihaknya sama sekali tidak kecolongan dengan leluasanya Nazaruddin ke luar negeri. Alasannya, Nazaruddin meninggalkan Indonesia dengan paspornya sendiri. Kalaupun setelah itu Nazaruddin bisa melenggang kemana-mana, tidak ada hubungannya dengan imigrasi Indonesia. “Apalagi, dia pakai paspor orang lain,” jelasnya.

Imigrasi sendiri, lanjut Maryoto, juga tersinggung dengan sikap Syarifuddin yang mudah memindahtangankan buku paspor. Dia menyebut apa yang dilakukan sepupu Nazaruddin tersebut bakal diperkarakan secara pidana. Alasannya, melanggar UU nomor 6 tahun 2011 tentang keimigrasian. Pelaku terancam hukuman penjara hingga lima tahun.
Nah, terungkapnya penggunaan paspor orang lain itu juga bisa menambah panjang daftar kesalahan Nazaruddin.

Sebab, di Pasal 130 UU yang sama mengancam setiap orang yang dengan sengaja menguasai Dokumen Keimigrasian milik orang lain. Ancamannya, pidana penjara paling lama dua tahun dan atau denda paling banyak Rp 200 juta.
Disinggung mengenai track record perjalanan Syarifuddin, Maryoto menjelaskan jika dia memang pernah ke Singapura. Tepatnya pada 18 Juni lalu melalui pelabuhan di Batam. Dari catatan Imigrasi, Syarifuddin berada di Singapura hingga 27 Juni. “Dia keluar dan masuk dari tempat yang sama yakni pelabuhan Batam,” terangnya.

Nah, bisa jadi Syarifuddin dan Nazaruddin bisa bertemu di Singapura. Sebab, Nazaruddin sendiri sudah berada di negeri tersebut sejak Mei. Terkait bagaimana paspor tersebut bisa sampai ke Nazaruddin padahal paspor digunakan untuk pulang, Maryoto menyebut bisa dilakukan dengan banyak cara.

Diantaranya, menitipkan paspor tersebut melalui orang lain yang sengaja berangkat ke Singapura dan bertemu Nazaruddin. Kalau tidak, cara termudah adalah mengirimkan paspor tersebut melalui ekspedisi pengiriman barang. Masih gelapnya pola itu diharapkan bisa pecah setelah Syarifuddin ditemukan. (ari/rud/jon/dim/kuh/jpnn)

Rajut Nasib dengan Kelapa Sawit

Gerak Aktif Haji Anif di Madina (2)

Sejatinya ada yang berbeda saat memperhatikan warga Tabuyung Kecamatan Muara Batang Gadis, Mandailing Natal dan sekitarnya. Dengan geografis desa yang tepat di pinggir laut, kehidupan nelayan cenderung kurang ramai. Di beberapa tempat malah terlihat warga yang baru pulang sehabis bekerja di perkebunan sawit. Berikut lanjutan tulisan wartawan Sumut Pos, Ramadhan Batubara dari Madina.

Usut punya usut, ini tak lain pengaruh dari kehadiran pengusaha nasional, Haji Anif. Ya, kehadiran Haji Anif di Tabuyung dan beberapa desa yang berada di Kecamatan Muara Batang Gadis tak lepas dari komoditas tersebut. Setidaknya, mata pencarian warga yang sebelumnya cenderung terpaku pada hasil laut pun mulai berubah.
Satu demi satu mulai warga yang ada di kecamatan tersebut mulai beralih ke kelapa sawit akibat laut mulai kurang bisa diandalkan. Pasalnya, selain harga bahan bakar yang tidak stabil, teknologi yang mereka miliki tidak bisa melawan nelayan modern.

Begitulah, dengan memilih empat desa di Kecamatan Muara Batang Gadis, PT Anugerah Langkat Makmur (ALAM) telah membangun kebun plasma sejak 2005 lalu. Jumlah petani yang terangkul dalam program ini mencapai 1.211 Kepala Keluarga (KK). Menariknya, di daerah ini Haji Anif memberikan tiga hektar kebun kelapa sawit per petani. Jadi, total lahan yang terpakai hampir mencapai 4.000 hektar. “Belakangan saya baru tahu kalau perusahaan saya adalah yang pertama kali di Indonesia menerapkan PIR (Perkebunan Inti Rakyat, Red) kelapa sawit dengan luas kebun plasma tiga hektar per KK,” kekeh Haji Anif sembari menceritakan kebiasaan perusahaan lain yang memberikan dua hektar untuk program tersebut.

“Saya menyadari, dengan minimal tiga hektarlah petani bisa nyaman menjalani hidup. Menurut hitungan saya, dengan lahan seluas itu, dalam masa tanam 8 tahun, petani akan mendapat penghasilan 5 hingga 10 juta per bulan,” sambungnya.

Maka, tidak berlebihan jika pada “Konfrensi 100 Tahun Industri Sawit Indonesia” beberapa waktu lalu di Medan, Haji Anif terpilih sebagai salah satu pembicara pada sesi Corporate Social Responbility. Selain Haji Anif, pembicara lainnya adalah Haposan Panjaitan (PT Asian Agri) dan Joko Supriyono (PT Astra Argo Lestari). “Saya mulai pada 1982, di Desa Sekoci, Besitang (Kabupaten Langkat, Red). Tidak luas, hanya 7,8 hektar. Memang, saat itu belum begitu banyak yang membuka kebun sawit. Setelah itu berkembang hingga dipercayai mengelolah PIR lokal,” kenang bapak dari sembilan anak itu.

Terlepas dari itu, kini petani swadaya tersebut telah menjadikan ladang sawitnya yang seluas 7,8 hektar itu menjadi 18.000 hektar di Madina saja, belum termasuk yang berada di Kabupaten Langkat. Nama perusahaan pun ia bentuk, selain PT ALAM, sebelumnya lebih dulu tercatat PT Anugerah Sawindo (ASI). “Saya dulu miskin sekali. Tapi begitulah, miskin membuat orang jadi berani. Gigih. Siap bekerja apa saja. Karena itu saya terus bekerja. Saya tidak mau menjadi orang yang dibenci Allah yakni orang miskin yang sombong,” jelas lelaki gaek bertubuh besar itu.

Lalu, Haji Anif bercerita tentang pengalamannya dengan warga Madina, tentunya di Kecamatan Muara Batang Gadis. Katanya, ada beberapa KK yang menolak untuk diberikan tiga hektar kebun sawit. Padahal, mereka sehari-harinya melaut dengan hasil yang tidak tentu. “Jika ingin maju, mental kita yang harus diperbaiki. Mereka nelayan dan terus mau jadi nelayan. Diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang malah menolak,” jelas pengusaha yang juga bergerak di bidang properti itu.

Kini seiring waktu, Haji Anif memang cenderung berada di belakang memegang kendali perkebunan. Kegiatan sehari-hari dibebankan kepada anaknya, Musa Rajekshah dan Musa Idishah. Sekali-kali Haji Anif mengunjungi perkebunan di Madina sembari menyalurkan hobinya memancing di kawasan Pantai Barat Sumatera yang indah.
Selain itu, kegiatan Haji Anif cenderung lebih terfokus pada kegiatan sosial melalui dua yayasan yang telah dibentuknya yakni,Yayasan Haji Anif dan Yayasan Anugerah Pendidikan Indonesia (YAPI). Anak-anak berprestasi diberikannya beasiswa dari jenjang terendah hingga jenjang tertinggi. Yayasan inipun membentuk beberapa program demi kemajuan masyarakat seperti Unit Sekolah Formal, Unit Sekolah Lifeskill, Unit Pembangunan Masjid, Unit Pemeliharaan Masjid, dan Unit Bantuan Sosial Kemasyarakatan.

Menariknya, di Madina, Haji Anif malah memberikan sekolah yang dibangunnya kepada masyarakat. “Saya juga akan membangun perguruan tinggi, fokusnya pada Islam dan pertanian. Di perguruan tinggi ini nanti anak-anak tak mampu kita gratiskan. Pembangunannya kami rencanakan tahun depan,” kata Haji Anif.

Desa Tabuyung, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Madina dipastikan akan mendapat perhatian lebih dari Haji Anif dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, di desa yang sempat dihajar tsunami Aceh dan Nias tempo hari itu akan dibangun sebuah masjid raya. “Ya, tanahnya milik masyarakat, saya yang membiayai pembangunan dan operasionalnya. Selain itu, dalam waktu dekat, jika Allah mengizinkan, kami juga akan membangun rumah sakit di sini,” urai Haji Anif.

Sebelumnya, Ayah dari sembilan anak ini pun telah memberikan satu unit ambulans untuk kepentingan warga di Kecamatan Muara Batang Gadis dan sekitar. Ambulans itulah yang terus bolak-balik mengantarkan warga yang sakit ke Penyabungan, bahkan sampai ke Medan.

“Tidak hanya pekerja PT ALAM saja yang kami layani, warga sekitar juga,” terang Ruslan Effendi, sang sopir.
Benar saja, Minggu pagi (31/8) lalu, tiba-tiba Ruslan mengemudikan ambulans ke arah Singkuang dengan cepat. Jarak Salasiak –kediaman Haji Anif—ke Singkuang (ibu kota Kecamatan Muara Batang Gadis) sekira 20 kilometer. Tak sampai setengah jam, ambulans itu kembali lagi, melintasi rumah Haji Anif. Meninggalkan debu beterbangan. “Bawa orang tertimpa pohon Bang,” ungkap Ruslan sore harinya kepada Sumut Pos.

Orang yang dimaksud Ruslan tak lain warga Sikara-kara. Suami istri – korban tertimpa pohon – adalah pekerja PT Madina Agro Lestari (MAL), perkebunan sawit tetangga PT ALAM. “Ya, kami siap mengantar siapa saja, Bang. Sebelum ada ambulans ini, kasihan warga. Bayangkan saja, Bang, untuk mengangkat mayat ongkosnya sampai lima juta,” terang lelaki berambul ikal ini. (bersambung)