25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14789

Dosen USU Tipu 20 WN Malaysia

Dijanjikan Masuk ITB

MEDAN-Aksi pungutan liar (pungli) dan pemalsuan dokumen terhadap pelajar dan calon mahasiswa asal Malaysia, bukan hanya terjadi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU). Para agency yang bekerjasama dengan USU diduga telah menjalankan aksi penipuannya terhadap pelajar Malaysia yang mau kuliah di Institut Teknologi Bandung.

“Setelah mendapatkan informasi mengenai jaringan ini juga bermain di ITB kami langsung melakukan konfirmasi terhadap kampus yang bersangkutan,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kota Medan Ibeng, Syafruddin Rani SH, didampingi Kadis Kesra LIRA Kota Medan Dharma Putra SE, kepada Sumut Pos, Selasa (2/8).

Berdasarkan penelusuran di kampus ITB, mereka mendapatkan bahwa dokumen surat pemberitahuan lulus yang telah disebarkan pada para pelajar yang lulus di kampus ITB di Malaysia adalah palsu. “Kami menilai bahwa ini juga ada permainan dengan 6 agency yang ditunjuk pihak USU untuk merekrut pelajar Malaysia yang mau kuliah di USU ataupun di ITB,” beber Ibeng.

Dari hasil penelusuran LIRA Kota Medan di kampus ITB, lebih dari 50 pelajar Malaysia lulus di kampus ITB. “Karena ITB tidak bekerja sama dengan agency seperti yang tunjuk mengeluarkan dokumen bantahan mengenai surat yang pernyataan pemberitahuan dengaan nomor 154/I1.B05/KU/2011 yang isinya ‘Kepada publik, kami (ITB) sampaikan bahwa ada pemalsuan tandatangan rektor ITB oleh oknum yang tidak bertaanggungjawab, terkait upaya rekrutmen mahasiswa Malaysia di Malaysia rekrutmen adalah tidak benar,” ujarnya.

Pengumuman tersebut ditandatangani Wakil Rektor Bidang Komunikasi Kemitraan dan Alumni ITB, Prof DR IR Hasunuddin Z Abidin MSC tetanggal 8 Juni 2011 “Modus operandi yang dilakukaan oknum agency yang bekerjasama dengan USU tersebut, dengan mengeluarkan surat resmi yang dipalsukan, seolah-olah ITB yang mengeluarkan surat itu yang dikirimkan ke pelajar masing-masing di Malaysia,” beber Ibeng.

Surat dinas palsu yang dikirimkan pada pelajar Malaysia denfan nomor 2981/ITB.1R/SPM//2011, tentang First Year Student/Transfer Student Pharmacy Admission 2011, yang ditujukan pada Pengarah MPL Network di Kuala Lumpur Malaysia pada 25 April 2011.

“Sementara itu surat palsu ITB yang dikeluarkan tersebut dengan nomor yang lain yakni 2988/ITB.1.R/SPM/2011 tentang mahasiswa Malaysia TA.2011/2013 pada 20 Mei 2011, ditujukan kepada Bayu Fadhlan Phd, sebagai Pengarah Eagle Eye Network Holding Sdn Bhd di Kuala Lumpur Malaysia,” sambung Ibeng.

Lebih lanjut dikatakan Ibeng R Rani SH, surat itu mengeluarkan nama-nama mahasiswa Malaysia dalam penerimaan mahasiswa Farmasi untuk TA 2011/2012 di ITB dengan 20 peserta yang lulus. Surat palsu ITB juga mengeluarkan surat tetang mahasiswa transfer Student Pharmacy 2011/2012, terhadap 36 orang mahasiswa Malaysia yang diterima di transfer di ITB.

“Mereka juga dikenakan biaya seperti di USU. Namun kemungkinan biaya ini lebih murah ketimbang di USU. Namun ITB sendiri mengeluarkan surat bahwa mahasiswa yang baru masuk dan transfer dari Malaysia, tidak pernnha diterima di ITB sebagai mahasiswa baru dan transfers. Aksi penipuan yang dilakukan agency yang diduga juga agency yang sama dengan USU, meraih keuntungan puluhan miliar rupiah,Karena di Malaysia sendiri belum ujian tapi pengumuman sudah dikeluarkan,” terang Ibeng.

Dekan Fakultas Kedokteran USU Prof Gontar A Siregar mengaku tidak mengetahui adanya oknum dosen di FK USU yang menjadi calo pendidikan bagi mahasiswa asal Malaysia untuk bisa berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). “Kalau soal tuduh menuduh seperti itu, jangan tanyakan kepada saya. Saya tak tau itu. Tanyakan saja kepada yang menuduh tadi,” tegasnya, Selasa (2/8).

Namun, kembali Gontar mengatakan, tak menutup kemungkinan jika mahasiswa asal Malaysia memang memiliki agensi pendidikan dari negaranya. “Perlu diketahui, mereka (Pemerintah Malaysia, Red) memiliki dan memberikan program pendidikan yang sangat baik kepada warga negaranya, terkhusus bagi para peserta didik. Karena secara professional mereka memiliki prosedur untuk memberikan pendidikan yang layak bagi peserta didik,” terangnya.

Ia juga menuturkan, sedikitnya ada 100 agensi pendidikan resmi di Malaysia, dan tak sedikit pula ada warga Negara Indonesia yang bekerjasama dalam hal ini, tentunya dalam kerjasama perusahaan, bukan illegal. “Agensi-agensi ini khusus mengurusi calon peserta didik yang ingin berkuliah di luar negeri. Misalnya ke Indonesia, Inggris, Australia dan Negara-negara lainnya. Jadi tugas agensi ini adalah memfasilitasi calon peserta didik tersebut dalam hal, informasi biaya, pengurusan administrasi dan sebagainya,” ujar Gontar.

Menurut Gontar lagi, hal tersebut bukanlah hal yang tabu lagi. “Agensi-agensi tersebut juga memiliki ijin resmi dari Pemerintah Malaysia. Jadi apa yang harus dipermasalahkan lagi,” katanya.
Sementara itu, Rektor USU Prof Syahril Pasaribu saat akan ditemui untuk dikonfirmasi mengenai hal itu, beliau tak dapat ditemui di kampus USU. Dan dicoba dihubungi via telepon seluler beberapa kali, telepon tersebut berbunyi ‘Nomor yang anda tuju sedang dialihkan.’ (rud/saz)

Ibu dan Dua Anaknya Tewas Tertimbun

KARO-Hari pertama bulan suci Ramadan tahun ini menjadi ujian berat bagi Jumarik (53). Rumah warga warga dusun Teknol (Teladan), Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi itu tertimbun tanah longsor, Senin (1/8) sekitar pukul 20.30 WIB. Istri Jumarik, Ginem (46), dan dua anaknya, Juita Sari (15) dan Ubay (7), yang berada di rumah diduga tewas seketika, tertimbun longsoran Jumarik ditemukan tertimbun tanah di belakang rumah. Sedangkan menantu Jumarik, Harianto (25), anak Jumarik Sri Wahyuni (20) dan cucunya, Fauzan (1,5) selamat.

Ketiganya ditemukan tergencet di dinding rumah. Sementara dua anak Jumarik lainnya, M.Basuki (24), dan Sinta Dewi (22), selamat karena saat kejadian belum pulang dari tempatnya bekerja.
Rumah papan berukuran 5X10 meter yang ditempati keluarga Jumarik di lembah Teknol itu hampir rata dengan tanah di lembah Teknol.

Peristiwa kelabu itu diawali hujan deras sekitar pukul 17.00 WIB diguyur hujan deras setelah kemarau panjang terjadi di kawasan wisata Berastagi sekitarnya dua bulan terakhir. Derasnya hujan dan tingginya debit air, diperkirakan  membuat perengan tanah di atas kediaman Jumarik, tidak mampu bertahan.

Tanah yang lembek tanpa bebatuan dan pepohonan besar di kemiringan lahan yang mencapai 75 derajat di depan rumah korban, longsor dan menghantam rumah di atas lahan milik Kades Desa Sempa Jaya ini. Hanya beberapa detik usai longsor, warga sekitar yang hendak melaksanakan Sholat Tarawih berdatangan.

Sesuai keterangan Rojali (34), warga yang rumahnya berada di sebelah rumah korban, bencana kemarin berlangsung sangat cepat. Begitu mendengar suara gemuruh runtuhan, dirinya segera membuka pintu dan keluar dari rumah. Namun alangkah terkejutnya, Rojali melihat gundukan tanah disertai pohon telah menimpa rumah tetangga sebelahnya.

Bercampur panik, Rojali dan tetangga lainnya mendengar suara jeritan minta tolong dari bawah longsoran. Ditengah guyuran hujan, tetangga terdekat, berupaya mengevakuasi korban, sementara beberapa orang lainnya memberi kabar buruk itu kepada warga lainnya.

Upaya maksimal dengan peralatan seadanya telah dilakukan, namun nyawa istri Jumarik, Ginem (46), dan dua anaknya, Juita Sari (15) dan Ubay (7), tidak berhasil diselamatkan. Tetapi warga menemukan Jumarik di bagian belakang rumah dengan kondisi luka di bagian kepala dan wajah.
Berselang beberapa saat, warga juga mendapati tiga penghuni rumah lainnnya yang tersekat di dinding. Harianto (25), Sri Wahyuni (20) dan cucu Jumarik, Fauzan (1,5) selamat. Sementara dua anak Jumarik lainnya, M.Basuki (24), dan Sinta Dewi (22), tidak berada dirumah pada saat kejadian,karena belumpulang dari tempatnya bekerja.

Rojali memperkirakan, penghuni rumah yang tidak tewas akibat longsoran tanah setinggi 30-an meter itu berada di dalam kamar. Sementara Jumarik  menonton tv diruang tamu, dan menantu, anak, serta cucunya, berada di  ruang sekat yang berbeda pula.

Usai bencana, warga lainnya yang tinggal di tujuh rumah sederet dengan korban mengungsi, mencari tempat tumpangan sementara di rumah warga yang letaknya lebih tinggi. “Untuk sementara tujuh penghuni rumah lainnya, menumpang di rumah warga. Takut kalau ada lonsor susulan, pasalnya ada satu rumah ditengah juran,  posisinya hampir setengah menggantung,” kata Rojali.

Peristiwa ini pun cepat menyebar, ribuan orang mulai malam hingga ketiga jenazah akan diberangkatkan ke TPU Simpang Pek Kong, Peceren, Desa Sempa Jaya, Selasa (2/8) silih berganti mendatangi lokasi. Selain bertakziah, mereka menyempatkan diri memperhatikan TKP longsoran tanah yang kini menganga di lembah Teknol.

Lokasi bencana alam, diperkirakan 200 meter dari jalan Jamin Ginting, lintas Medan-Berastagi, Dusun Teknol (Teladan), Desa Sempa Jaya Kecamatan Berastagi. Letak rumah korban berada di lembah. Kemiringan tanah dari jalan dusun di depan rumah korban mencapai 75 derajat, dengan kedalam sekitar 30-an meter. Menurut Kepala Desa Sempa Jaya, Bantu Purba, rumah warga  yang rawan akan direlokasi di sekitar jalan Mimpin Tua, Desa Sempa Jaya.

Tak jauh dari lokasi bencana, terdapat sejumlah hotel dan villa. Kepala Desa Sempa Jaya, Bantu Purba, meminta pemerintah daerah selektif dan tegas memberian pengawasan izin bagi pengembang. Bantu Purba berharap, dalam waktu dekat Pemda Karo segera menaruh perhatian serius terhadap bahaya  bencana alam yang bakal menimpa warga lainnya.(wan)

Dugaan Korupsi Rp2,1 M di Politeknik medan

Nama Tersangka akan Diumumkan

MEDAN- Penanganan kasus dugaan korupsi di Politeknik Negeri Medan maju selangkah. Direktur Reserse Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda Sumut, Kombes Pol Sadono Nugroho, mulai mengeluarkan gertakan, segera mengumumkan nama tersangka proyek pengadaan alat peraga laboratorium teknik elektro senilai Rp4,5 miliar tersebut.
“Saat ini masih melakukan penguatan bukti dan keterangan saksi untuk menguatkan kasusnya,” ungkap Sadono, Selasa (2/8).

Dijelaskannya, keterangan beberapa saksi tersebut merupakan petunjuk orang yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan proyek, termasuk yang bertanggung jawab atas kerugian negara Rp2,1 miliar, dari total Rp4,5 miliar yang dianggarkan. “Makanya masih kita kumpulkan bukti-bukti dan keterangan lainnya untuk tetapkan tersangka,” tegasnya.

Sayangnya, perwira dengan tiga melati di pundak tersebut enggan mengungkapkann
nama oknum yang dimaksud. “Pokoknya, setelah kita tetapkan akan kita beritahu,” jelasnya.
Dugaan penyelewengan dana Rp2,1 miliar di Polmed tersebut, penyidik Subdit III/Tipikor di bawah pimpinan AKBP Verdy Kalele melihat adanya kejanggalan proses tender pengadaan alat laboratorium, pendidikan bengkel jurusan elektro Polmed tersebut.

Dimana, pemenang tender CV Karya Medika tidak melakukan tugasnya melaksanakan proyek. Panitia dinilai melanggar Keputusan Presiden RI nomor 80 tahun 1983. Selain itu, proses pelaksanaannya pun tanpa harga perkiraan sendiri (HPS), tapi berdasarkan proposal. Sehingga terbuka peluang terjadi mark up.

Penyidik Subdit III/Tipikor juga sedang menelusuri asal usul barang, guna mengetahui barang-barang yang dibeli tersebut sesuai dengan kontrak kerja atau tidak. “Karena barang yang kita sita tidak sesuai dengan kontrak Sedangkan, barang yang sesuai dengan kontrak bekas pakai,” tandas perwira melati dua itu.

Hasil penelusuran Sumut Pos, sejumlah orang yang sudah dimintai keterangan sebelumnya diantaranya, Direktur Polmed Ir Zulkifli Lubis MI Komp serta dua panitia serta rekanan proyek. Pelaksanaan proyek ini disinyalir telah diatur. Pemenang tender ini, tidak melaksanakan sesuai dengan penunjukkannya.

Sedangkan, hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sumut menyatakan, proyek ini mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp2,1 miliar, dari total Rp4,5 miliar yang dianggarkan.

Dalam kasus ini, penyidik menilai telah terjadi pelanggaran dan menyiapkan Pasal 2 ayat 1 Sub pasal 3 Sub pasal 11 lebih sub lagi pasal 12 huruf a dan b UU RI No 31 tahun 1999 perubahan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.(ari)

Sekdaprov Tunggu Sidang TPA Sekali Lagi

JAKARTA-Nama Sekretaris Daerah Provinsi Sumut (Sekdaprovsu) akan ditetapkan tidak lama lagi. Mendagri Gamawan Fauzi mengatakan, calon nama sekdaprov sudah pernah dibahas di Tim Penilai Akhir (TPA).  Tim yang diketuai Wapres Boediono ini masih memerlukan sidang sekali lagi untuk menetapkan nama sekdaprovsu definitif.
“Sebentar lagi keluar. Tinggal sekali lagi sidang TPA,” ujar Gamawan Fauzi menjawab pertanyaan koran ini di kantornya, Selasa (2/8).

Apa benar calon Sekdaprov yang dibahas merupakan calon usulan Plt Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho? Gamawan tidak mau menjawab. “Ya, lihatlah nanti, tergantung TPA,” ujarnya.
Seperti diberitakan, Direktur Jenderal (Dirjen Otda) Kemendagri Djohermansyah Djohan kepada Sumut Pos di gedung Kemendagri, Senin (25/7), mengatakan, Tim Penilai Akhir (TPA) akhirnya memilih memproses tiga nama yang diusulkan Gatot Diantara tiga nama yang diusulkan, dikabarkan posisi Sekda mengarah kepada Kepala Inspektorat Pemprov Sumut Nurdin Lubis. Sementara, tiga nama yang lebih dulu diajukan Syamsul Arifin saat masih aktif sebagai gubernur meski sudah berada di tahanan rutan Salemba, dianggap sudah gugur. Ketiga nama yang diusulkan Syamsul yakni Kadis Pendapatan Daerah Pemprovsu Syafaruddin, Kadis Pendidikan Pemprovsu Saeful Safri, dan Penjabat Bupati Madina, Aspan Sofyan Batubara.

“Ya (yang diproses, Red) yang pengajuan terakhir lah. Yang oleh Penjabat gubernur, oleh Pak Gatot,” ujar Djohermansyah Djohan saat itu. Djohermansyah mengatakan, saat ini proses administrasi masih berada di Kantor Sekretariat Negara (Setneg). “Sekda Sumut masih di setneg,” ujar Guru Besar Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) itu.

Ditanya bagaimana nasib tiga calon yang diusulkan Syamsul, mantan staf khusus Bidang Politik Kantor Wapres itu mengatakan, jika yang diproses pengajuan terakhir, otomatis yang usulan pertama, yakni yang diusulkan Syamsul, dianggap batal. “Yang pertama ya sudah gugur. Yang diproses pengajuan terakhir itu,” tegasnya. (sam)

Jadi Saksi, Ali Umri Dijemput Paksa Polisi

MEDAN-Mantan Wali Kota Binjai, Ali Umri dijemput paksa petugas Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumut, Selasa (2/8) sore sekira pukul 17.30 WIB.
Penjemputan paksa terhadap mantan calon Gubernur Sumatera (Gubsu) tersebut, dilakukan di kediaman pribadi Ali Umri di Jalan Karya 2 Medan. Dalam penjemputan paksa tersebut yang bersangkutan tidak melakukan perlawanan.

”Benar, adanya penjemputan berdasarkan surat perintah membawa ke kantor sini (Ditreskrmsus Polda Sumut, Red), untuk selanjutnya diadakan pemeriksaan,” ungkap Dir Reskrimsus Polda Sumut Kombes Pol Sadono Budi Nugroho di Mapoldasu, tadi malam.

Dijelaskannya, penjemputan dilakukan setelah pria yang juga tercatat sebagai Ketua Umum (Ketum) Nasional Demokrat (Nasdem) Sumut itu dua kali tidak memenuhi panggilan terkait kasus dugaan korupsi KONI Binjai. “Yang bersangkutan masih sebagai saksi,” ungkap Kombes Pol Sadono Budi Nugroho.

Kasubbid Tipikor Polda Sumut, AKBP Verdy Kalele yang ditemui Sumut Pos di halaman Dit Reskrimsus Polda Sumut enggan menjawabn
kemungkinan status Ali Umri meningkat menjadi tersangka. “Untuk itu Tanya ke Pak Dir saja, karena masih dalam pemeriksaan,” jawabnya singkat.

Diketahui, hal ini berkaitan dengan dugaan korupsi Koni Binjai terjadi tahun 2007 terkait pengadaan alat-alat olah raga dan operasional Koni Binjai. Modusnya, dalam pengadaan alat-alat kantor dan olah raga yang bersumber dari APBD Pemko Binjai TA 2007 sebesar Rp1.775.000.000, terjadi penggelembungan harga.(ari)

Nyaman Dengan Jilbab

Astrid Sartiawati

Ada yang berbeda dari penampilan penyanyi Astrid. Kemarin (2/8) perempuan 29 tahun tersebut mengenakan busana muslim lengkap dengan jilbab.

Itu dilakukan sebagai bagian dari usaha mempromosikan single religinya yang berjudul Semua karena Allah. “Iya, ini lagi promo album kompilasi religi sama band Hijau Daun. Jadi, pakai jilbab dan memang nggak boleh terbuka,” urai Astrid Ketika ditanya apakah Astrid terpikir untuk tetap berjilbab setelah promo single, dara kelahiran 27 Januari itu menyatakan belum siap. Dia menuturkan, masih banyak hal dalam dirinya yang harus diperbaiki sebelum memutuskan berjilbab.

“Dalemnya saya belum seadem yang di luar. Saya pengin hatinya dulu baru rambutnya ditutup. Karena itu komitmen sama Tuhan, jadi nggak hanya penampilan. Hatinya juga,” jelasnya.
Meski begitu, pemilik nama lengkap Astrid Sartiasari itu merasa nyaman mengenakan jilbab. Keluarganya mendukung jika akhirnya dia memutuskan menutup rambutnya. “Keluarga pasti senang dan support,” tambahnya.

Komentar kekasih? Astrid menuturkan, Arlan Djoewarsa membebaskan dirinya dalam hal berpakaian. Selama dia merasa nyaman, sang kekasih tidak keberatan.
“Pacar selalu support dan senang saya pakai baju muslim. Tapi, soal berjilbab, itu mah terserah saya. Biasanya, saya juga nggak kebuka banget. Dan, lagi kalau kebuka, bukan berarti dalamnya nggak beragama,” kata dia. (ken/c6/ayi/jpnn)

Tak Diberi Uang, Anak Bunuh Ibu

MEDAN-Hanya gara-gara tidak diberi uang, seorang anak membunuh ibu kandung dengan menggunakan alu (alat tumbukan daun ubi) di dapur rumahnya, di Jalan Pasar IX Gang Buntu Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Peristiwa memilukan ini terjadi Selasa (2/8) pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.

Berdasarkan keterangan Rosmiana (60), korban pada saat itu sedang memasak di dapur. Tidak lama kemudian, pelaku Hotdin Sipayung (28) menghampirinya dengan meminta sejumlah uang kepada korban.

Entah alasan apa, korban tidak mau memenuhi permintaan anak keempat dari enam bersaudara untuk meminta sejumlah uang. Mendengar hal itu, pelaku naik pitam, emosi dan memaki ibunya. Pertengkaran pun tak terhindarkan. Karena sudah gelap mata, pelaku mengayunkan alu ke kepala korban.

Akibat pukulan itu, korban jatuh tak berdaya di lantai dapur dengan kepala mengeluarkan darah. Selanjutnya pelaku yang melihat ibu kandungnya tak berdaya bersimbah darah, langsung melarikan diri. Tak lama berselang, Risma (18) anak bungsu korban, berteriak histeris dan meminta tolong kepada warga sekitar.

Warga sekitar yang mendengar teriakan itu langsung mengerumuni rumah korban dan melaporkan kejadian ini ke Polsek Percut Sei Tuan. Suci (34) tetangga korban menceritakan peristiwa itu terjadi, ia pertama kali mengetahui kejadian ini pada saat mendengar teriakan anak bungsu korban, Risma “Saat itu saya lagi mencuci, tiba-tiba mendengar suara anaknya yang perempuan berteriak meminta tolong” ujarnya.

Dijelaskan, saat ditanyai penyebab tewasnya ibunya, kepada Suci, anak korban menjelaskan kejadian memilukan ini ditengarai oleh ulah Hotdin, yang yang tak lain adalah anak kandungnya. “Udah ada stresnya pelaku itu, kesehariannya pengangguran, maka tak heran kalau ia berbuat seperti itu” ujarnya.

Hal ini membuat perhatian ratusan warga sekitar. Terlihat keluarga korban dan putrinya menangis histeris akibat kejadian ini. Untuk kepentingan visum, jasad korban dibawa ke Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan sekitar pukul 11.30 WIB.

Sementara, jajaran Polsek Percut Sei Tuan sudah mengamankan pelaku Hotdin Sipayung dari tempat persembunyiannya di Jalan Pasar VII Bandar Kalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang, Selasa (2/8) Petang sekitar Pukul 19.00 WIB.  “Iya, pelaku sudah kita amankan, lagi dalam penyelidikan. Saksi-saki masih dimintai keterangan sampai tetangga korban akan kita mintai keterangannya.” Ujar Kapolsek Percut Sei Tuan, Kompol Maringan Simanjuntak.

Rinda, tetangga korban yang pertama kali mengetahui peristiwa itu setelah mendengar terlebih dahulu adanya keributan dari dalam kediaman rumah keluarga Sipayung. “Awalnya kami takutlah soal Hoddin masih memengan kayu. Kemudian kabur dari pintu belakang rumah,” kata Rinda.

Setelah Hoddin yang merupakan anak keempat dari lima bersudara melarikan diri, baru warga berani masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan Rosmiana Br Sidahuruk yang terkapar di dapur (depan pintu kamar mandi) dengan kondisi berlumur darah.

Warga lainnya Erni, yang juga tetangga korban, mengkisahkan bahwa Hoddin kerap membuat kegaduhan di rumahnya. Terutama bila orang tuanya tidak memberikan uang untuk membeli rokok.
“Pelaku sering seperti itu, ibunya jualan di depan rumah. Sedangkan bapaknya supir, jadi ibunya ajalah yang dijadikannya sasaran kalau gilanya kambuh (ngamuk). Tetapi bila ditanyakan ada apa, nangboru itu cuma bilang biasalah. Nggak ada apa-apa,” bilang Erni dengan dialek bataknya yang khas.(mag-7/jon/btr)

Perampok Bank CIMB Divonis 44 Tahun Penjara

MEDAN-PN Medan memvonis 44 tahun penjara terdakwa pelaku perampokan Bank CIMB dan penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, Selasa (2/8). Mereka disidang terpisah dan divonis lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum (JPU).

Terdakwa Marwan alias Wak Genk divonis 12 tahun (sebelum tuntutan 15 tahun). Kemudian M Khoir alias Butong divonis 9 tahun (tuntutan 9 tahun).
Sedangkan Jumirin yang dituduh menyembunyikan teroris divonis 7 tahun penjara (sebelumnya dituntut 10 tahun). Mereka tidak mengajukan banding.

Di ruangan terpisah keempat terdakwa yakni Nibras, Khairul Ghazali, Pamriyanto dan Pautan membacakan pledoi. Dalam pembacaan vonisnya, Ketua Majelis Hakim M Noor SH menyatakan terdakwa Jumirin terbukti membantu menyembunyikan pelaku perampokan bank Cimb Niaga Medan. Atas dasar tersebut majelis hakim memvonis Jumiran 7 tahun.

Lalu Muhammad Choir alias Butong, terdakwa penyerangan Mapolsek Hamparan Perak, divonis 9 tahun penjara karena terbukti melakukan penyerangan dan terbukti melakukan perbuatan tindak pidana terorisme.

Sidang yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Lebanus Sinurat SH dalam pembacaan vonisnya menerangkan, perbuatan yang dilakukan terdakwa bersama teman-temannya.(rud)

Rumah Nazaruddin Digeledah KPK

Komputer dan Satpam Dibawa

JAKARTA- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tampaknya mulai kesal dengan “nyanyian” M Nazaruddin yang tidak disertai bukti. Apalagi, ocehan tersangka kasus wisma atlet sea games 2011 itu juga menyinggung internal KPK. Tidak mau polemik terus berlanjut, kemarin (2/8) KPK menggeledah rumah mantan bendahara umum Partai Demokrat itu.

Rumah yang dituju oleh empat mobil KPK itu adalah rumah mewah di Jalan Pejaten Barat nomor 7 Jakarta Selatan. Penyidik KPK yang terdiri sekitar 12 orang itu sampai di rumah Nazaruddin pukul 11.00. Mereka ditemani Brimob dari Datasemen Gegana Mabes Polri Bripka Ifoel dan seorang anggota pertahanan sipil (hansip) setempat M Ali.

Begitu sampai, Bripka Ifoel meminta satpam rumah membuka pagar hunian yang dominan berwarna putih itu. Setelah semua masuk, dia langsung menutup pintu dan memasang gembok kembali. Tidak satupun awak media yang diizinkan masuk. “Ini tertutup,” ujar Ifoel singkat.

Setelah itu, keempat mobil tersebut diparkir di halaman rumah. Tiga mobil kelas multi purpose vehicle (MPV) tersebut diletakkan tepat di depan pintu masuk. Sementara satu mobil dengan plat nomor B 1901 UFR diletakkan di samping halaman yang juga jadi lapangan basket mini.

Kurang lebih sekitar 3 jam 30 menit penyidik melakukan penggeledahan. Pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), penyidik membopong sebuah kardus berwarna cokelat. Kardus tersebut lantas dimasukkan ke dalam mobil bernopol B 1145 SKA. Sekitar pukul 14.40 seluruh rombongan mulai meninggalkan rumah tersebut.

Kali pertama yang keluar adalah M Ali. Dia mengaku dilibatkan dalam penggeledahan itu sebagai saksi. Selama pemeriksaan, dia menjelaskan jika instansi pimpinan Busyro Muqaddas itu menyisir semua isi ruangan rumah yang memiliki luas sekitar 35 x 50 meter itu. “Semuanya mereka periksa,” ujarnya.  Sekitar lima menit kemudian, seluruh rombongan KPK baru meninggalkan rumah.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan penggeledahan tersebut untuk melengkapi keperluan penyidikan. Tetapi, Johan enggan menerangkan lebih rinci apakah penggeledahan tersebut untuk keperluan kasus wisma atlet yang sudah menyeret Nazaruddin sebagai tersangka atau untuk keperluan mencari rekaman pertemuan antara Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah dan Nazaruddin. Dia juga menambahkan oknum satpam rumah juga dibawa untuk diperiksa di gedung KPK Jakarta.(dim/kuh/jpnn)

Penyelundupan Gula Asal India

Dua Pegawai Bea Cukai Belum Ditahan

MEDAN- Dua pegawai Bea Cukai Belawan, yang telah ditetapkan sebagai tersangka penyelundupan gula dari India, hingga saat ini belum juga ditahan Poldasu.
Dua pegawai Bea Cukai Belawan yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Poldasu yakni, Ospaldo dan Syahrial, bertugas bagian penindakan dan penyidikan (P2) Bea Cukai Belawan.

“Untuk sementara, dua oknum petugas Bea Cukai Belawan yang telah kita tetapkan tersangka, terkait penyelundupan gula asal India sebanyak 1.625 ton memang belum kita tahan. Ini hanya sebagai pintu masuk untuk mengungkap tersangka lainnya yang bertanggungjawab,” ujar Dir Reskrimsus Poldasu Kombes Pol Sadono Budi Nugroho kepada wartawan, Selasa (2/8).

Dijelaskannya, keterlibatan kedua tersangka adalah untuk memalsukan surat berupa berita acara penyegelan dan pembukaan segel, sehingga 250 ton gula sudah sempat dijual oleh perusahaan importir, PPI. Lanjutnya, tindakan mereka diketahui setelah dilakukan verifikasi dan keterangan Sucopindo Cabang Medan. Kedua oknum petugas Bea Cukai Belawan itu belum dilakukan penahanan karena masih perlu pendalaman.(ari)