27 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 14862

Riset Kenyamanan Berlalulintas

MEDAN- Lebaran memang masih cukup lama, sekitar 30 Agustus 2011 mendatang. Tetapi Dinas Perhubungan Sumut tidak mau kecolongan mengantisipasi mudik sebelum dan sesudah lebaran. Bersama sejumlah instansi terkait seperti Balai Besar Jalan Nasional, Biro Perekonomian Sumut, Dinas Binamarga, Ditlantas Poldasu dan Jasa Raharja melakukan riset tentang kenyamanan dalam berlalulintas jelang Ramadan dan Idul Fitri mendatang. Hasil riset tersebut baru akan dipublikasikan 5 Agustus mendatang.

“Rencananya hasil riset ini akan diterima Plt Gubsu langsung,” ungkap Kadishub Sumut Rajali didampingi Kabid Perhubungan Darat Darwin Purba, Rabu (20/7). Menurut Rajali, riset yang dilakukan di antaranya mengenai jalan-jalan rusak, daerah rawan longsor, jalur alternatif mudik, berapa personel kepolisian maupun dishub yang akan turun dalam pengamanan dan pemantauan serta lainnya. “Jadi untuk lebih lengkapnya, kita baru bisa paparkan Jumat (5/8),” ungkapnya.

Menurutnya, Dinas Perhubungan bersama instansi-instansi tersebut sedang memantau semua jalan-jalan di Sumut. “Sebelum melakukan ekspos di kantor Gubsu, kita juga akan melakukan rapat internal pada Senin (25/7) mendatang mengenai hal itu juga,” kata Rajali.

Sedangkan mengenai jalur lalulintas di Aek Latong, menurut Rajali, jalur tersebut akan tetap digunakan tapi, sesuai situasi dan kondisi yang terjadi saat itu. “Jika kondisi tak memungkinkan, seperti licin karena dibasahi hujan dan sebagainya, maka akan dialihkan ke jalur Gunung Tua Paluta,” katanya.

Rajali juga sempat mengungkapkan, jalur Aek Latong ini sudah disarankan untuk tak lagi digunakan. Namun, masih banyak armada bus yang membandel. “Itu sudah lama kita sarankan, karena kondisi jalan memang sudah sangat tak memungkinkan jika cuaca sedang buruk. Namun, memang kita akui pihak-pihak tertentu tak mau mengindahkan saran kami ini,” ujarnya lagi.

Menurutnya, jalur tersebut sejak 2008 lalu sudah dipasangi portal. “Di Pal-11 sejak 2008 lalu kita sudah memasang portal. Namun, dirusak oleh oknum tak bertanggung jawab. Hingga kini jalur tersebut masih digunakan dan tentunya armada bus harus mengambil risiko terburuk untuk melewati jalur itu saat cuaca buruk,” jelas Rajali.(saz)

Polisi Jangan Jebak Masyarakat

MEDAN- Untuk meningkatkan kinerja kepolisian secara profesional di masa depan, maka diperlukan polisi yang proaktif dan berbaur dengan masyarakat. Jangan jebak masyarakat untuk memperoleh keuntungan pribadi. Hal ini diungkaplan Koordinator Staf Ahli Kapolri Irjen Pol Drs Edward Aritonang MM dalam seminar nasional “Refleksi, Evaluasi, dan Visi Grand Strategis Polri 2005-2025 di HUT Bhayangkara Ke-65 tahun di Aula Kamtibmas Mapolda Sumut, Rabu (20/7).

Saat ini kata dia banyak saat ini polisi untuk mendapat rupiah menjebak masyarakat. Misalnya, petugas kepolisian yang berdiri di belakang rambu lalu lintas. Setelah masyarakat melintas langsung ditangkap untuk menanyakan kelengkapan surat-surat kenderaan bermotor, ujungnya akan melakukan perdamaian. Seharusnya, petugas kepolisian  berdiri di depan rambu lalu lintas dan memberikan teguran kepada masyarakat bila dianggap melanggar lalu lintas, bukan menilang masyarakat dengan cara sembunyi.

Disebutkan mantan Kadiv Humas Mabes Polri ini, polisi ke depan harus demokratis dengan cara menjunjung tinggi akuntabilitas dalam bertugas, memprioritaskan pelayanan, melindungi HAM dan bekerja sesuai dengan prosedur hukum. Dalam pemeriksaan kasus harus bersikap adil dan tegas serta harus menghindari tindakan yang dilakukan kepolisian dapat menyakiti hati rakyat. Harus diingat polisi itu milik negara dan masyarakat.

Dikatakan Jenderal Bintang Dua ini, dalam melaksanakan tugas selama ini pihak kepolisian melakukan kerja setelah adanya pengaduan dari masyarakat. Untuk kedepannya, petugas kepolisian harus pro aktif dengan membaur bersama masyarakat agar mendapat informasi tentang kejahatan sehingga tindakan kriminal dapat dicegah sedini mungkin.
“Polisi juga harus merespon permintaan masyarakat yang mengganggu kamtibnas. Misalnya, masyarakat meminta polisi untuk menjaga umat muslim saat sholat Jumat sering terganggu oleh pengendera sepeda motor yang bising. Atas permintaan itu, pihak kepolisian harus menempatkan personil agar masyarakat yang akan melintas Mesjid diarahkan ke jalan yang lain sehingga umat Islam dalam menjalan ibadah dapar berjalan dengan khidmat.

“Intinya kedepan polisi harus berbenah diri dan mereformasi mulai saat ini. Jangan lagi pihak kepolisian menjebak masyarakat hanya untuk mementingkan diri sendiri” tegas Edward.

Di sisi lain, anggota Komisi Kepolisian Nasional Novel Ali menjelaskan dalam grand strategi Polri 2005-2025 ada tiga pilar utama yang merupakan kebutuhan publik terhadap pelayanan publik, yakni tahap membangun kepercayaan masyarakat, membangun jaringan dan kemitraan serta pelayanan prima.

Disebutkannya, pencapaian ketiga pilar grand strategi polri itu, memprasyaratkan kinerja Polri dalam aneka performance Polri. Diantaranya polisi sipil bukan polisi berwatakan militer, polisi berbasis pelayanan masyarakat, polisi berbasis hak asasi manusia dan pemolisian demokraktik.

Lebih lanjut ia mengatakan pemolisian demokraktik karena merupakan penjabaran/aktualisasi sistem kepolisian nasional yang perlu dipergunakan dalam rangka memantapkan revitalisasi Polri membangun kepercayaan, kemitraan/jaringan guna mewujudkan pelayanan prima.

“Berbasis paradigma pemolisian demokraktik seluruh warga negara Indonesia dapat berharap tidak akan membangun kekuasaan negara yang menjadi beban tanggungjawab Polri, dengan pendekatan ideologis dan refresif” terangnya.
Sementara, Hj Azlaini Agus dari tim Ombudsman mengatakan pertemuan kali ini sia-sia. “Coba lihat, banyak kursi yang kosong. Seharusnya yang diundang dalam kegiatan ini para Kapolsek dan Kapolres, karena mereka merupakan ujung tombak institusi Kepolisian untuk melayani masyarakat,” tegasnya.

Dia juga mengeluhkan paradigma yang berlaku selama ini, bahwa setiap oknum Polisi yang bermasalah selalu dibuang ke Nias Selatan (Nisel). “Jangan sampai Nisel dijadikan lokasi pembuangan oknum Polisi yang bermasalah. Bagaimana masyarakat di sana bisa mendapat pelayanan yang baik kalau Polisinya bermasalah,” pintanya.

Kalau bisa, lanjutnya, berikan penghargaan misalnya kenaikan pangkat istimewa atau remunerasi lebih kepada Polisi yang mau bertugas di sana.

Soal reformasi Polri, dia mengatakan memang berjalan tetapi sangat lambat bahkan terseok-seok. Sangat berbeda dengan gerak perubahan di masyarakat yang begitu cepat. Salah satu contoh, jika terjadi kasus di suatu lingkungan disarankan melapor ke Ketua Rukun Tetangga (RT) kenapa bukan ke Polisi. Jadi wajar rasanya masyarakat masih ragu terhadap Kepolisian.(ari)

Malaysia Keluhkan Pemalsuan Dokumen

MEDAN-Pemerintah Malaysia dalam hal ini kementerian pendidikan, khususnya pendidikan tinggi yang dalam bahasa setempat dikatakan Jabatan Pengajian Tinggi,  mengeluhkan pemalsuan dokumen yang diduga melibatkan akademisi dan intelektual yang digunakan agen di Indonesia.

“ Hal tersebut diketahui dari hasil investigasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Medan di Negeri Tetangga, Malaysia dalam menerima mahasiswa baru di Tanah Air khususnya di Perguruan Tinggi di Sumatera, termasuk Medan, “ ujar Ibeng Syafruddin Rani SH selaku Sekretaris Daerah LIRA Medan, Selasa (19/7).
Diktakannya, jabatan Pengajian Tinggi Malaysia di Kuala Lumpur memastikan dokumen izin menimba ilmu di Indonesia, banyak dipalsukan agen. Dokumen yang dipalsukan adalah Sijil Sokongan Luar Negara (NOC). “ Menurut Datuk Nazaruddin, eksekutif di Jabatan Pengajian Tinggi Malaysia, NOC palsu digunakan dengan melibatkan oknum akademisi dan intelektual dari Malaysia dan Indonesia,” ucap Ibeng didampingi Wali Kota LIRA Medan Ganda Manurung.

Dijelaskannya, LIRA Medan dipimpin Ganda Manurung melakukan investigasi sepekan di Malaysia. Investigasi dilakukan atas dasar korban NOC palsu dari Malaysia yang ditengarai dilakukan oknum akademisi dan intelektual dari salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Medan.

Dalam Perjalanan LIRA Medan secara formal dimulai dari KBRI di Kuala Lumpur, ke kementerian pendidikan Malaysia dan berakhir di Jabatan Pengajian Tinggi. Secara nonformal, investigasi pun dilakukan ke sejumlah agen, baik di Medan maupun di Kuala Lumpur. “Sejumlah kepastian pemalsuan, terkumpul dan LIRA secara resmi meneruskan ke Gubernur LIRA Sumut untuk dilanjutkan ke Presiden LIRA dan seterusnya disampaikan ke Kementerian Pendidikan dan pihak yang diduga terkait mengetahui guna ditindaklanjuti,” cetusnya lagi.

Kroscek yang dilakukan LIRA Medan, lanjut Ibeng, memastikan adanya sejumlah tindakan tidak terpuji yang melanggar hukum dan merugikan materi besar peserta pendidikan. Selain kerugian itu, ujar Ibeng Syafruddin Rani, secara nasionalisme nama Indonesia rusak di luar negeri. “Reputasi Indonesia makin rusak. Memalukan. LIRA minta setelah dokumen hasil temuan disampaikan ke instansi yang diduga oknumnya terlibat, ditindaklanjuti. Secara hukum, LIRA sedang menyusun langkah,” tandasnya mengakhiri.(*/adl)

Universitas Prima Indonesia Kampus Multi Etnis

MEDAN – Ketua BPH Yayasan Universitas Prima Indonesia (UNPRI) Tommy Leonard, SH MKn mengatakan, UNPRI adalah kampus multi etnis. Artinya, dalam memajukan pendidikan UNPRI tidak membeda-bedakan suku, budaya dan agama.Tommy mengatakan, sistem pendidikan masih harus dikelola dengan baik, konsisten, kuat secara nasional yang berdasar pada konsep keragaman, kebhinnekaan atau multikultural.

Karenanya, lanjut dia, UNPRI terus meningkatkan mutu dan kualitas lulusannya.. Sebab, kampus yang multi etnis ini didirikan untuk menjawab tantangan era globalisasi. Dalam hal ini, UNPRI juga didukung oleh dosen-dosen tamatan dalam dan luar negeri dengan kualitas S2-S3 serta memiliki 10 profesor.

Bila dilihat dari jumlah calon mahasiswa UNPRI tahun akademik 2011/2012 yang mencapai 1.958 orang untuk 10 fakultas, menurut dia, menunjukkan UNPRI sebagai perguruan tinggi swasta yang diminati mahasiswa di Sumut.
Ia mengatakan, pihaknya mendidik mahasiswa yang siap pakai yang  mengutamakan keseimbangan antara teori dan praktik. “Karena itu, UNPRI dilengkapi dengan ruang kuliah yang nyaman, laboraturium, rumah sakit milik sendiri, perpustakaan aula dengan kapasitas 750 orang, dan lapangan olah raga, sehingga lulusannya siap pakai,” kata Tommy meyakinkan.

Tommy menambahkan, cikal bakal UNPRI bermula dari Akademi Keperawatan dan Akademi Kebidanan Prima Medan yang didirikan  tahun 2001. Kemudian tahun 2002 berkembang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Husada Medan.

Pada tahun 2005, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Husada Medan berkembang menjadi Universitas Prima Indonesia. Dan, pada saat ini, UNPRI memiliki 10 fakultas yakni Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan dan Kebidanan, Kesehatan Masyarakat, Ekonomi, Teknologi dan Ilmu Komputer, Agro Teknologi, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Hukum, dan Psikologi.

Selain itu yayasan telah mendirikan Rumah Sakit (RS) Gigi dan Mulut Universitas Prima Indonesia di Jalan Pabrik Tenun Medan. Kemudian, RS Pendidikan Universitas Prima Indonesia di Jalan Simalungun Tebing Tinggi.
Ada juga Sekolah Internasional TK-SD-SMP-SMA Global Prima di Jalan Brigjen Katamso Medan dan RS Fakultas Kedokteran bertaraf internasional di Jalan Ayahanda Medan. (*/sih)

Busyro Muqoddas Luncurkan Buku Intelijen

Ketua KPK Busyro Muqaddas menerbitkan sebuah buku bertema ‘Hegemoni Rezim Intelijen’. Peluncuran bukunya dilakukan di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta. Buku yang diluncurkan Busyro ini merupakan disertasinya untuk tugas akhir Program Doktor di Universitas Islam Indonesia (UII).  Busyro dalam buku setebal 472 halaman ini mengupas sisi gelap peradilan kasus komando jihad. Khususnya, mengenai kasus peradilan Ja’far Umar Thalib yang menjadi laskar komando jihad kerusuhan Ambon.

Salah satu yang diungkap dalam buku yantg diterbitkan Pusat Studi HAM UII ini ialah campur tangan intelijen pada kasus peradilan. Dimana intelijen justru sebenarnya merusak Kamtibmas.

Hendro Priyono yang juga bertindak sebagai pembahas dalam buku itu mengatakan pengalamannya ikut dalam pemerintahan tiga presiden yakni zaman Soeharto, Habibie dan Megawati, tugas intelijen di Indonesia masih rancu, terutama dalam penanganan di dalam negeri.(net/jpnn)

Kota Bandung Belajar UMSK ke Medan

MEDAN- Pasca Dewan Pengupahan (DP) Kabupatan Malang belajar Upah Minimum Sektor Kota (UMSK) di Kota Medan, kini giliran DP Kota Bandung yang belajar UMSK di Kota Medan.Hal itu diketahui setelah rombongan DP Kota Bandung hadir di ruang rapat Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Medan, Rabu (20/7). Rombongan DP Kota Bandung itu dipimpin Kepala Seksi Pembinaan Pengembangan dan Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, Dede Sukadis.

Dede menyampaikan, kehadirannya ke Kota Medan untuk mempelajari UMSK, karena selama ini Kota Bandung tak memiliki UMSK. “Kami ingin belajar ke Kota Medan ini, karena kami belum memiliki UMSK,” katanya.
Dia menyebutkan selama ini Kota Bandung membayar upah kepada para pekerja hanya berdasarkan penetapan Upah Minimum Kota (UMK) saja, padahal di dalam UU tentang ketenaga kerjaan ada diatur tentang UMSK.

Dede menerangkan, di Kota Bandung UMK itu ditetapkan berdasarkan hasil survei di pasar. Pada survei itu, dari 23 pasar yang ada di Kota Bandung hanya empat yang diambil sebagai sampel, setelah itu dikaji oleh DP Kota Bandung, selanjutnya dilakukan penetapan oleh Wali Kota dan dibuat unsur legalnya. “Makanya kami sangat tertarik dengan sistem UMSK di Kota Medan yang sudah lebih maju dari kami,” ujarnya kepada wartawan.

Menjawab kehadiran itu, Ketua DP Kota Medan, Robert M P Tambunan menyatakan, UMSK di Kota Medan memang sudah ada sejak lama, dalam penetepan itu ditentukan ada 46 sektor unggulan. Pada penetapannya dipakai sistem musyawarah dan mufakat dengan berbagai perwakilan yang masuk di dalam DP Kota Medan.
“Karena dengan cara musyawarah mufakat inilah yang bisa membawa kesepakatan penghitungan dan dibuat dan dilegalkan,” ucapnya didampingi  DP Kota Medan lainnya. (*/ril)

DPN Serahkan Surat Keputusan MPI Sumbar

MEDAN-Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Masyarakat Pancasila Indonesia (DPN MPI) Meher Ban Shah mengharapkan  MPI Sumbar berguna bagi masyarakat. “Tidak perlu besar massanya, tapi perlu perbuatan yang besar kepada masyarakat khususnya kepada masyarakat pra sejahtera,” bilang Ketua DPN MPI  Meher Ban Shah usai menyerahkan SK kepengurusan DPP MPI Sumatera Barat  serta Komando Komandan Khusus MPI yang berlangsung di Jalan Sei Musi Medan, Rabu (20/7).

Meher Ban Shah yang saat itu didampingi Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Ir. Asman Lubis dan Lilik Sukamto Lubis juga meminta kepada MPI Sumbar agar menghindar konflik dengan sesama organisasi masyarakat yang ada di provinsi tersebut. “Serta merangkul TNI/Polri dan pegawai negeri, karena tanpa mereka republik ini acak-acakan. Perhatikan dan dukung mereka. Selain itu perbanyaklah kegiatan sosial,” katanya.

Dia menegaskan dimanapun MPI berada, tetap anti koruptor. Karena koruptor ini, sebutnya menenggelamkan ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila.

Diungkapkannya, bercerita Pancasila apa yang kita lihat saat ini, tentunya pahlawan pancasila banyak yang tutup usia, rohaniawan pancasila banyak tutup mulutnya, ilmuwan pancasila banyak tutup bukunya, masyarakat idiologi pancasila banyak menutup idiologi dengan ham-nya.

“Maka harapan kami MPI yang menjadi rahim untuk melahirkan pahlawan rohaniawan, ilmuwan dan masyarakat pancasila. Dan diminta seluruh keluarga besar MPI agar tidak berdampingan dengan manusia pencari tahta yang bersyarat dengan dengan dusta,” tuturnya yang juga didampingi Ketua DPP MPI Sumut Bobby Octavianus Zulkarnain, SE Sekretaris DPP MPI Sumut Aulia P Sitepu, SH dan Bendahara DPP MPI Sumut M. Ridwan, SE .

Ketua DPP MPI Sumbar Erwin Amar, SH mengatakan,  akan mengembangkan  MPI di Sumatera Barat (Sumbar) demi kejayaan bangsa dan negara.” Kita akan turut serta berperan membantu persoalan-persoalan bangsa yang rumit pada saat ini. Persoalan mendasar pada saat ini, adalah masalah para koruptor yang merajalela,”Erwin yang diberi gelar Raju Ampang Bumi.

Dia berharap dengan kehadiran MPI di Sumbar para pejabat pemerintahan dan elit politik dapat  memahami keberadaan MPI yang hadir pada saat negara dalam keadaan krisis yang sudah sangat.  “Kepada masyarakat  kita memohon agar mendukung kegiatan MPI di Sumbar. “Mari kita sama-sama memajukan bangsa dan negara demi anak cucu kita,” ajaknya didampingi sekretaris dan bendaharanya Yan Narzon Nasar, SE, MM dan Syamsul Akmal S.Ag, MM.
Dia juga menambahkan, MPI Sumbar akan mengadakan kegiatan kemasyarakatan yakni Seminar Pancasila untuk pemberantasan korupsi Workshop Pancasila, zikir akbar dalam menjelang Ramadhan dan  konsolidasi organisasi.
Turut hadir  dalam acara penyerakan SK itu antara lain Komandan Komando Khusus MPI Sumbar Anasrul Leo, SH dan wakilnya Imam Sadikin, Kepala staf Bustami SPd dan Bidang OKK DPP MPI Sumbar Kresna Ristriandi serta unsur pengurus DPN MPI dan DPP MPI Sumut lainnya. (*/omi)

Surat IMB Pembangunan Tembok Diprotes

Medan-Adanya surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan untuk peruntukkan pembangunan tembok pagar permanen di atas tanah seluas 74 hektar eks HGU PTPN II di Pasar IV, Desa Helvetia, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deliserdang, mendapat protes dari Sekretaris Komisi A DPRD Sumut H Isma Padli Ardya Pulungan SAg SH.
“Kita membuat rekomendasi Bupati Deliserdang harus segera mencabut IMB-nya karena kalau tidak itu akan membuat persoalan tanah yang ada di pemerintahannya makin runyam untuk diselesaikan. Sebab alas hak yang digunakan untuk memproses pembangunan tembok tersebut tidak memenuhi syarat,” tegas anggota Fraksi Golkar ini didampingi anggota Komisi A DPRD Sumut H Raudin Purba.

Selain itu ia menilai cacat hukum ketika dieksekusi PN Lubukpakam karena mengggunakan surat palsu sesuai keputusan pidana dari MA No 165 K/Pid/2010 tanggal 25 Maret 2010 menyebutkan alas hak Titin Kurniawati Cs, tanah tersebut sampai saat ini masih bersengketa.

“BPN Kanwil Sumatera Utara telah menyatakan tanah seluas 106 Ha yang dimana terdapat 74 hektar tersebut masih berpekara sehingga tidak dapat melaksanakan pengukuran. Tapi uniknya tembok sudah dibangun tanpa alas hak maupun tapal batas yang jelas  dengan tanah yang bersebelahan dengannya,” tambahnya.
Isma mengaku prihatin dengan kebijakan Pemkab Deliserdang yang hanya mengejar pendapatan daerah melalui IMB, namun mengkebiri hati rakyat yang seharusnya dilindungi.

Sementara Raudin Purba mengatakan, dalam rekomendasi itu juga disebutkan persoalan tanah itu status quo karena pihak PTPN II, masyarakat dan Al Washliyah masih memprosesnya secara hukum. Disamping itu DPRD Sumut juga meminta BPN Deliserdang tidak mengeluarkan sertifikat sebelum sengketa tanah tersebut diselesaikan.
Sebelumnya, Komisi C DPRD Deliserdang merekomendasikan Bupati Deliserdang untuk membongkar paksa bangunan pagar milik Titin Kurniawati Rahayu Cs. Pimpinan DPRD Deliserdang melalui Wakil Ketua, Ruben Tarigan SE juga mengeluarkan rekomendasi sesuai dengan rapat dengar pendapat 1 Juni 2011.

Sekadar diketahui, masyarakat yang telah menggarap tanah tersebut beberapa kali telah melakukan aksi demo menuntut perubuhan pagar di kantor Camat Labuhan Deli bahkan ke kantor Bupati. (*/ila)

Eksekusi Bangunan Ruko Berlangsung Ricuh

MEDAN- Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang melakukan pembongkaran terhadap bangunan Emplacement Kios 38 pintu  di Lahan PTPN II Jalan Pasar VII, Pasar Gambir, Simpang Jodoh, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Rabu (20/7).

Eksekusi yang dilakukan Pemkab Deli Serdang itu, diwarnai kericuhan. Pasalnya, saat petugas eksekusi melakukan pembongkaran bangunan, puluhan warga yang mengaku sebagai pemilik bangunan berusaha mencegah dan menghalangi alat berat yang melakukan perobohan bangunan.

Perlawanan warga coba diredakan Satpol PP dan petugas kepolisian. Namun hal itu tidak membuat warga menghentikan perlawanan, bahkan kericuhan semakin menjadi-jadi.

Kericuhan mulai terjadi sekitar pukul 09.00 WIB, saat alat berat merangkak masuk untuk merobohkan bangunan. Puluhan warga mengamuk, menolak dilakukannya eksekusi. Aksi warga ini, mendapat kawalan ketat Satpol PP dibantu petugas polisi agar kericuhan tidak meluas.

Dari pantauan Sumut Pos dilokasi pembongkaran kios, terlihat warga beserta Satpol PP dan petugas Kepolisian saling dorong-dorongan. Bukan itu saja, warga sempat melempari petugas dengan batu serta mencaci maki petugas yang melakukan eksekusi kios tersebut.

Meski mendapat perlawanan warga, akhirnya bangunan ruko 38 pintu yang dianggap bangunan liar ini, berhasil dirobohkan. Penertiban bangunan itu, sesuai Perda Deli Serdang No 14 tahun 2006 tentang IMB. (mag-7)
Zulkifli (33) warga yang mengaku pemilik salah satu ruko usai perobohan mengatakan, eksekusi perobohan ini merupakan bentuk penindasan yang dilakukan pemerintah Kabupaten Deli Serdang.

“Kami merasa ditindas dengan adanya eksekusi bangunan ini” ujar Zulkifli. Dijelaskannya, pihak kecamatan sebelumnya sudah  memberi tahu untuk segera membuat IMB. Dia juga menuturkan kalau pihaknya telah menyetorkan sejumalah uang bernilai puluhan juta kepada salah seorang oknum pegawai di kecamatan Percut Sei Tuan untuk meluluskan IMB.

Menanggapi hal itu, Camat Percut Sei Tuan Darwin Zein, membantah hal itu dan meminta warga untuk memberitahukan siapa oknum pegawai di kecamatan yang mengurus IMB warga tersebut. “Tidak benar itu, siapa yang bilang begitu, suruh orangnya datang,” ujarnya.

Ditambahkannya, pihak ikut menertibkan bangunan liar sesuai Perda Kabupaten Deli Serdang No 14 tahun 2006 pasal 45 ayat 3 disebutkan bangunan yang tidak memiliki IMB dapat dibongkar seluruhnya.
“Pemerintah Kecamatan belum ada melihat SK No 10 mengenai lahan PTPN II terkait HGU, dan kecamatan juga belum melihat IMB dari warga yang mendirikan bangunan,” tegas Camat.(mag-7)

Empat Daerah di Sumut Raih Penghargaan WTN

JAKARTA- Empat Kabupaten/Kota di wilayah Sumut menerima penghargaan Wahana Tata Nugraha (WTN) dari Menteri Perhubungan (Menhub) Fredy Numberi, Rabu (20/7).

Keempat kabupaten/kota yang dinilai berhasil membangun sektor transportasi sebagai pendukung aktivitas perekonomian masyarakat di daerahnya, masing-masing Pemko Sibolga, Pemko Binjai, Pemkab Langkat dan Pemko Tebing Tinggi.

Untuk Sibolga dan Binjai menerima plakat, Tebing Tinggi menerima Piala keterogi lalulintas dan Langkat menerima piala. Masing-masing bupati/walikota menerima penghargaan, yang diserahkan Menhub Fredy Numberi di Gedung Kementrian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta.

Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Suroyo Alimuso, menjelaskan, penilaian dilakukan melalui proses berjenjang, dimulai penilaian administrasi dari provinsi. Tim penilai dari Kemenhub yang melibatkan Kementrian PU, kepolisian, Kemendagri, Kemendiknas, Jasa Raharja, akademisi, dan ormas yang konsen ke masalah transportasi, juga melakukan tinjauan lapangan. Dari 77 kabupaten/kota yang masuk nominasi, akhirnya terpilih 43 kabupaten/kota.(sam)