29 C
Medan
Wednesday, December 31, 2025
Home Blog Page 14894

Tinggalkan Demokrat dan SBY

Zaenal Maarif

Mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma’arif memutuskan mundur dari keanggotaan Partai Demokrat. Mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) itu memutuskan mundur bersamaan dengan gonjang-ganjing di tubuh partai yang baru dimasukinnya menjelang Pemilu 2009 lalu itu, belakangan ini.

Dalam surat pengunduran dirinya yang disampaikan kepada Ketua Umum DPP PD anas Urbaningrum, Zaenal beralasan ingin berkonsentrasi menyelesaikan studi S-3 bidang hukum di Universitas Muhamadiyah Surakarta. Dalam surat tertanggal 13 Juli 2011 tersebut juga disertakan kartu keanggotaan yang bersangkutan.  “Iya, saya resmi sudah ajukan pengunduran diri dari keanggotaan Demokrat,” ujar Zaenal Ma’arif, saat dikonfirmasi, kemarin (13/7).(dyn/jpnn)

Suap Mengalir ke Gubernur Sumsel

Dakwaan Sidang Pembangunan Wisma Atlet

JAKARTA- Sidang kasus penyuapan proyek wisma atlet Sea Games 2011 di Palembang mulai digelar kemarin (13/7) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Manager marketing PT Duta Graha Indah (DGI) Mohammad El Idris duduk sebagai terdakwa pertama yang disidang. Dari surat dakwaan yang dibacakan jaksa penuntut umum (JPU) terungkap banyak pihak yang menerima suap dari pemenangan PT DGI.

Selain Sesmenpora nonaktif Wafid Muharam dan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhamad Nazaruddin, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin juga diaanggarkan sebagai penerima uang sebagai imbalan karena telah berjasa mendapatkan proyek. Bahkan Ketua Komite Pembangunan Wisma Atlet berserta para pengurusnya juga mendapatkan uang.

“Bahwa dari hasil negosiasi terdakwa (Idris), Dudung Purwadi (Dirut PT DGI), Mindo Rosalina Manulang dan Nazaruddin, disepakati adanya pemberian uang dengan pembagian sebagai berikut: Nazaruddin 13 persen, Gubernur Sumatera Selatan 2,5 persen, Komite Pembangunan Wisma Atlet 2,5 persen, Panita Pengadaan 0,5 persen dan Sesmenpora Wafid Muharam 2 persen dari nilai kontrak,” tutur JPU pada KPK Agus Salim saat membacakan dakwaannya.

Seperti yang diketahui, nilai kontrak pembangunan wisma atlet yang disepakati PT DGI sebagai pihak pemenang kontrak sebesar Rp191,67 miliar.

Karena perbuatannya yang telah menyuap penyelenggara negara tesebut, Idris didakwa primair dengan pasal 5 ayat 1 huruf b UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) dan dakwaan sekunder dengan pasal 13 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor.

Dalam sidang kemarin juga diterangkan bahwa sekitar bulan Juni-Juli 2010 lalu, Idris bersama Dirut PT DGI Dudung Purwadi mengadakan pertemuan dengan Nazaruddin bertempat di kantor PT Anak Negeri Jalan Warung Buncit Raya No 27 Mampang Jaksel.(kuh/aga/jpnn)

Diduga Disuap Ratusan Juta, Jaksa Kasus Batubara Diperiksa

JAKARTA-Perkara pembobolan kas Pemkab Batubara melebar ke masalah percobaan suap. Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Jasman Pandjaitan menyebutkan, indikasi adanya percobaan penyuapan kepada jaksa penyidik kasus ini semakin kuat.

Penelusuran terus dilakukan. Salah satu tersangka perkara ini, yakni Direktur PT Pacific Fortune Management, Daud Aswan Nasution, sudah menyebut nama jaksa yang akan disuap.
“Indikasi penyuapan diketahui sejak ditemukan uang itu, baru kemudian ditanyakan. Mereka jawab uang yang diperuntukkan untuk menyuap jaksa, namanya Alex,” ujar Jasman Panjaitan gedung Kejagung, Jakarta Selatan, Rabu (13/7).

Dijelaskan, jaksa Alex sendiri merupakan anggota tim yang menangkap Direktur PT Pacific Fortune Management, Ilham Martua Harahap dan Daud Aswan Nasution.
“Sementara Alex ini yang menangkap. Dia merupakan Tim Pidsus yang ditugaskan melakukan penangkapan,” ujar Jasman.

Setelah dicoba disuap, Alex lapor ke kepala penyidik. Untuk mendalami dugaan upaya penyuapan ini, Alex akan akan diperiksa Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas) Kejaksaan Agung. “Dia merupakan Tim Pidsus yang ditugaskan melakukan penangkapan. Nanti akan minta keterangannya oleh Pengawasan,” ujar Jasman Pandjaitan.

Sebelumnya, Jamwas Kejagung, Marwan Effendy, juga mengaku sudah melakukan penelusuran. Dia memastikan, uang Rp224,3 juta yang disiapkan Daud, bukan atas permintaan jaksa. Marwan menjelaskan, justru Daud bersama rekannya, Ilham Martua Harahap, yang mencoba melakukan upaya penyuapan ke jaksa penyidik perkara ini.

“Berdasar hasil klarifikasi, ternyata bukan jaksa yang meminta suap, tapi tersangka yang mencoba menyuap,” kata Marwan, Selasa (12/7).

Seperti diberitakan, Kamis (7/7) dini hari, tim Pidsus Kejagung dan Kejati Sumut menangkap dua Direktur PT PFM Ilham Martua Harahap dan Daud Aswan Nasution di sebuah hotel di Medan. Tim penyidik menyita uang Rp224,3 juta dari tangan Daud.

Saat diajak dalam konperensi pers di Kejagung, Kamis (7/7), Daud mengaku uang didapat dari Ilham yang meminta mencarikan orang yang bisa menangguhkan penahanan Rachman Hakim yang kini tengah ditahan Kejagung. Daud mengaku sudah mendapat orang yang bisa mengusahakan permintaan Ilham lewat kenalannya bernama David. (sam)

Bupati Nias Dituntut 8 Tahun Penjara

MEDAN- Setelah menjalani persidangan lebih dari dua bulan, akhirnya mantan Bupati Nias Binahati Benedictus Baeha, dituntut 8 tahun penjara, denda Rp250 juta subsidair enam bulan kurungan, serta membayar uang pengganti kerugian negara  Rp2.6 miliar subsider tiga tahun kurungan.

Tuntutan tersebut langsung dibacakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Suwarji SH, dihadapan Majelis Hakim Suhartanto SH, dalam sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor Medan, Rabu (14/7).

“Terdakwa Binahati Benedictus Baeha terbukti bersalah melanggar pasal Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 18 UU RI No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana diubah No 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU RI No 31 tahun 1999 tentang pemberantasan korupsi jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dalam dakwaan primair,” tegas Suwarji dalam tuntutannya.

Dihadapan terdakwa dan majelis hakim, jaksa penuntut umum, menyatakan Binahati terbukti bersalah, telah menyalahgunakan jabatannya dengan melakukan tindak pidana koorupsi bantuan bencana alam tsunami Nias sebesar Rp9,4 miliar lebih.

“Dari dana bantuan Rp9,4 miliar  ini, saudara terdakwa, dengan sengaja mengambil uang Rp500 juta dari Baziduhu Ziliwu untuk menyogok seorang KPK gadungan sebesar Rp1,9 miliar, untuk menutupi dugaan korupsinya,” ungkap Suwarji.

Dalam tuntutannya, jaksa juga menuntut mejalis hakim untuk menyita harta benda milik terdakwa, dan dilelang sebagai uang pengganti. Barang bukti yang disita dari terdakwa, berupa uang Rp20 juta yang disita dari THT Simatupang dan Rp50 juta dari Budi Atmadi Adiputro.

“Selain itu, uang Rp100 juta dari Sehati Halawa, Rp10 juta dari Tatang Chaidar dan Rp30 juta dari Marselinus Ingati Nazara, juga harus disita,” tuntut jaksa.

Jaksa juga mengatakan, barang yang dirampas dari terdakwa, disita untuk negara berupa surat keputusan Menteri Dalam Negeri No 131.12-233 tahun 2006 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Nias Propinsi Sumatera Utara tanggal 2 Mei 2006. Surat pernyataan pelantikan Bupati Nias Nomor 447/R0 otda/2006 tanggal 19 Mei 2006.

Terdakwa mantam bupati Nias ini, ketika mendengarkan tuntutan JPU, hanya terdiam dan tertunduk lesu di kursi pesakitan.

Setelah membacakan tuntutan, majelis hakim Suhartanto, memberikan kesempatan pada terdakwa dan penasehat hukumnya untuk memberikan nota pembelaan pada 22 Juli 2011.
Usai persidangan, terdakwa tidak mau memberikan komentar atas tuntutan yang diberikan JPU. (rud)

Mortir di Gudang Botot Meledak

1 Tewas, 4 Luka-luka

KISARAN- Sebuah mortir di gudang barang bekas (botot) UD Rizki di Dusun V, Desa Binjai Serbangan, Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan meledak, Rabu (13/7). Akibatnya, 1 orang tewas dan 4 orang menderita luka-luka. Korban tewas bernama Paino (38), pemilik gudang barang bekas. Korban tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit di Kota Medan.

Informasi yang dihimpun, ledakan di gudang milik Paino (37) itu bermula ketika salah satu pekerja melakukan pengelasan pada mortir. Pengelasan mortir sepanjang 120 sentimeter itu dimaksudkan untuk memisahkan bagian hulu dan badan. Dentuman keras terdengar pada pukul 10.30 WIB.

Serpihan mortir mengenai para pekerja, dan menjebol dinding gudang maupun atap seng.
Lima orang yang berada di sekitar lokasi menderita luka-luka. Mereka yakni Paino, Syahruli (35), Marsudi (32), Ansyari Siagian (30) dan Fahri (18).

Para korban kemudian dibawa ke dua rumah sakit yang berada di Kota Kisaran. Paino dirawat di RSUD Abdul Manan Simatupang, Jalan Sisingamangaraja Kisaran. Sedangkan empat korban lainnya dirawat di RSU Wira Husada.

Personel Brimob segera turun ke lokasi kejadian. Satu unit mortir yang belum meledak selanjutnya diamankan dari lokasi kejadian. Wakil Kepala Sub Detasemen 3-B Brimob Tanjung Balai, Ipda I Wayan Danu Wijaya menyatakan sejumlah langkah telah mereka lakukan untuk mengamankan lokasi kejadian.

Sejumlah barang bukti, seperti serpihan dari ledakan mortir sudah dikumpulkan bersama beberapa barang bukti lainnya. Pasca ledakan tersebut, Brimob juga menyisir di sekitar lokasi untuk memastikan tidak ada bahan peledak lainnya di lokasi kejadian. “Ada satu mortir yang tidak meledak. Selanjutnya kita amankan dan diboyong ke markas,” kata Wayan Danu Wijaya. (ing/sus/van/smg)

Polisi Buru Pemilik Rumah

Terkait Temuan 4 Pucuk Senpi dan Puluhan Amunisi

BINJAI- Temuan empat pucuk senjata api (Senpi) dan puluhan amunisi aktif, di sebuah kolam di belakang rumah Syaipul Bandit alias Wak Do (41), warga Gang Reben, Kelurahan Timbang Langkat, Binjai Timur, belum juga diketahui siapa pemiliknya.

Hingga Rabu (13/7) kemarin, petugas Polresta Binjai, terus melacak keberadaan Syaiful Bandit selaku pemilik rumah. Namun usaha pencarian Syaiful, belum berhasil ditemukan.  Pencarian terhadap Syaiful Bandit, dilakukan petugas kepolisian sejak Selasa (12/7) malam, sekitar pukul 23.00 WIB.

Petugas mendapat informasi, Syaiful Bandit masih bersembunyi di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini sesuai penuturan warga sekitar, yang masih melihat Syaiful berlalu lalang di perkampungan tersebut.
Selain menyeser kawasan tempat tinggal Syaiful, petugas juga melakukan pencarian di lahan perkebunan PTPN 2 Sei Semayang, yang tak jauh dari lokasi penemuan senpi itu. Pun begitu, pencarian Selasa kemarin, belum membuahkan hasil.

Menurut Tarmiji, warga setempat, mengaku, Syaiful Bandit saat ini sudah berada di Labuhan Batu. “Kalau saya tidak salah, dia (Syaiful-red) suda berada di Labuhan Batu. Disana, dia bekerja sebagai pembuat kusen,” ungkap Tarmiji.

Tarimi juga menjelaskan, Syaiful memang sudah lama tidak terlihat di rumahnya itu. Namun sesekali, Syaiful terlihat melintas di areal rumahnya. “Semenjak istrinya meninggal dunia, dia sudah jarang di rumahnya itu. Sementara, anaknya ditempatkan di rumah ayahnya di asrma korem. Mungkin, dia pulang ke Binjai hanya untuk melihat anaknya,” tambahTarmiji.

Menurut warga setempat, Syaiful Bandit memiliki ciri-ciri fisik seperti, berbadan gempal, mata besar dan rambut pendek keriting. Kapolres Binjai AKBP Rina Sari Ginting, ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya mengatakan, pihaknya belum dapat menjelaskan siapa pemilik senpi dan amunisi tersebut. Saat ini pihaknya masih berupaya mencari keberadaan Syaiful Bandit, guna dimintai keterangan.
Terpisah, Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro ketika ditanya apakah ada kaitan dengan jaringan teroris?. Wisjnu mengku, tergantung penyelidikan. (dan/ari)

Daging Masih Melimpah

Soal stok daging tampaknya tidak begitu bermasalah. Ya, menyusul survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan populasi ternak di dalam negeri ternyata masih melimpah. Menurut data sementara Sensus Ternak 2011 yang dimulai sejak awal Juni 2011 dan diklaim telah rampung 93%-94%, jumlah populasi sapi potong di seluruh Indonesia ternyata mencapai 14 juta ekor, sapi perah 400.000 ekor, dan kerbau 1,1 juta ekor.

“Indonesia ternyata memiliki potensi populasi ternak yang sangat besar. Ini harus bisa dimanfaatkan optimal,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan kepada wartawan Jumat (24/6) lalu.

Bahkan, Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan data sementara sensus ternak tersebut menunjukkan Indonesia mampu berswasembada daging dan secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan impor daging dan sapi bakalan. “Data sementara ini pasti akan mengejutkan Australia bahwa peternak kecil sapi di tempat kita memiliki potensi menghasilkan ternak dalam jumlah besar. Karena itu, kita tidak perlu khawatir atas langkah bahkan ancaman Australia,” katanya.

Dengan mengacu pada cetak biru (blue print) swasembada pangan 2014, ujarnya, jika populasi sapi potong telah mencapai 14 juta ekor, impor sapi dan daging harus berkurang signifikan. “Jika populasi sudah mencapai 14,3 juta ekor, Indonesia sudah bisa dikatakan berswasembada dagaing karena 90% kebutuhan sudah terpenuhi. Kalau pun ada impor, jumlahnya tak lebih dari 46.000 ton. Jangan seperti tahun lalu di mana impor mencapai 120.000 ton daging,” ujarnya.

Menurut dia, populasi sapi potong sebanyak 14 juta ekor itu setara dengan 430.000 ton daging segar. Adapun, untuk konsumsi daging pada tahun ini diprediksi berkisar 400.000-430.000 ton. Meski begitu, tak semua jenis daging dapat dipenuhi di dalam negeri.

Dengan asumsi satu ekor sapi setara dengan 160 kg dan konsumsi daging sapi nasional sekitar 1,76 kg per kapita per tahun serta jumlah penduduk sebesar 240 juta jiwa, maka kebutuhan sapi potong hanya sekitar 2,3 juta ekor.
“Pada tahun ini, semestinya pemerintah harus berpegang pada proyeksi bahwa setidaknya impor paling besar mencapai 10% atau hanya setara dengan 43.000 ton dari total konsumsi,” ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, konsumsi daging sapi nasional per tahun berkisar 450.000 ton. Namun, pemerintah mematok impor daging sapi pada tahun ini mencapai 72.000 ton atau lebih tinggi 67,44% dibandingkan dengan masukan PPSKI yang hanya merekomendasikan impor 43.000 ton. Selain itu, impor sapi bakalan dipatok sekitar 600.000 ekor. Kuota impor sapi bakalan ini juga dinilai terlalu besar.  (bbs)

Kenaikan Harga Itu Biasa

Antisipasi Ramadan dan Lebaran, Stok Daging Sapi Ditambah

Menjelang Ramadan, pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dipastikan akan menambah stok sapi sebanyak 59.442 ton sapi. Stok ini disediakan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi Sumut menjelang Bulan Puasa dan Lebaran.

Kabar ini diketahui pada acara Pemasaran Ternak Sapi di Sumut yang diselenggarakan di Kantor BI Medan, Rabu, (13/7). “Sesuai dengan permintaan masyarakat, sapi yang distok untuk lebaran dan puasa kita tambah 10 persen,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Medan, Wahid.

Wahid menjelaskan, stok sapi untuk Kota Medan disediakan sekitar 2000 ekor sapi . Biasanya, Medan membutuhkan sekira 1600 saja. “Dari data ini, berarti stok Medan untuk lebaran aman, jadi jangan takut. Kalau ada kenaikan harga itu biasa, namanya juga lebaran,” ujar Wahid.

Sementara itu, untuk stok sapi secara nasional dalam menghadapi Ramadan dan Lebaran juga masih aman. Pasalnya, masih adanya stok daging sapi dari Australia sisa sebelumnya.”Jangan takut karena masih ada stok dari yang kemarin. Selama 3 bulan yang lalu, sapi Australia yang kemari masih kita budidayakan,”ujar Direktur Budidaya Ternak Ruminansia Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Pertanian RI, Riwantoro.

Keamanan stok daging sapi ini juga ditunjang dengan kebijakan Australia yang menghentikan embargo impor sapi ke Indonesia.”Saya sudah dengar tentang kebijakan ini beberapa hari yang lalu, dan rencananya Oktober impor daging dari Australia sudah masuk ke Indonesia,” lanjut Riwantoro.

Tetapi kebijakan Australia tersebut tidak disambut gembira oleh para peternak sapi, karena hal ini akan membuat harga daging sapi murah. “Beberapa bulan yang lalu, peternak senang karena harga sapi lokal mahal. Tetapi bulan oktober mendatang harga sapi lokal pasti murah,” ujar Bambang salah satu peternak dari Langkat.

Menyinggung tentang swasembada sapi yang ditargetkan pada 2014, Bambang pesimis masalah ini akan terjadi. “Saat ini saja, masalah berbagai kebijakan dikeluarkan, tetapi semuanya tumpang tindih,” ujar Bambang.

Sementara Riwantoro juga menjelaskan, walau nantinya sudah swasembada, tetapi impor daging sapi juga akan tetap diberlakukan.”Karena beberapa restoran masih meminta daging sapi impor,”lanjut Riwantoro.

Sebelumnya, harga daging sapi di Medan mengalami kenaikan secara bertahap hingga menjelang Ramadan pada akhir Juli ini dengan perkiraan harga menembus Rp70.000 per kilogram.

Pedagang sapi di Medan, Slamet mengatakan, saat ini harga sudah naik menjadi Rp65.000 per kilogram dari sebelumnya Rp63.000 per kilogram. Kenaikan sudah mulai terjadi sejak ada penghentian impor sapi dari Australia pada pertengahan Juni lalu dan ini masih akan terus naik hingga dua minggu sebelum Ramadan. “Kenaikan masih akan terus terjadi sampai jelang puasa nanti,” katanya di Medan, Senin (4/7).

Dikatakannya, besaran kenaikan akan terjadi secara bertahap sebesar Rp5.000 per kilogram. Kenaikan itu sudah disepakati sesama pedagang di beberapa pasar tradisional di Medan. “Kesepakatan tak tertulis antar sesama pedagang disebutkan akan ada kenaikan Rp5.000 per kilogram,” ujar penyuplai daging sapi di beberapa pasar tradisional di Medan antara Pasar Sukaramai, Pusat Pasar dan lainnya.

Mengenai permintaan sapi terjadi peningkatan empat kali lipat mulai sebelum Ramadan dari saat ini sebesar 1200 ekor per bulan. Seluruhnya disuplai ke pasar-pasar tradisional di Medan untuk memenuhi kebutuhan sapi di kota ini. “Saat biasa, permintaan dari pasar-pasar mencapai 1.200 ekor per bulan. Jelang Ramadhan terjadi kenaikan sampai empat kali lipat,” ucapnya. (mag-9)

Sidak PNS di Pemko Medan

Bangun Kedisiplinan

Sidak atau inspeksi mendadak cenderung menimbulkan kabar yang mengejutkan. Pun yang dihadapi Pemerintah Kota (Pemko) Medan di bawah komando Rahudman Harahap.

Ceritanya, setelah melakukan sidak di beberapa kecamatan hingga pasar yang ada di Medan, Wali Kota Medan dan wakilnya pulang kandang. Ya, sidak PNS yang berada di Sekretariat Pemerintah Kota Medan pun dilakukan, Selasa (12/7). Hasilnya, Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin yang didampingi Kepala BKD Parluhutan Hasibuan dan Plt Asisten Adminitrasi Umum Cheko Wahda SH, mendapati beberapa PNS yang kurang disiplin. Terutama soal kesadaran para PNS di sekretariat Pemko Medan dalam menggunakan papan nama serta atribut lambang Korpri.

Padahal, penggunakan papan nama dan atribut lambang Korpri ini telah jauh sebelumnya diingatkan oleh Wali Kota Medan Rahudman Harahap. Menariknya, ketidakdisiplinan ini ditunjukkan pula oleh sejumlah Kasubag/Kasi. “Kenapa Anda tidak memasangkan papan nama dan lambang Korpri? Ini kan merupakan status Anda sebagai PNS. Bagaimana Anda mengarahkan kepada bawahan sedangkan Anda sendiri tidak menggunakannya,” tegur Dzulmi Eldin kepada seorang Kasubag.

Dzulmi Eldin mengatakan sidak ini merupakan rutinitas seperti yang ditekankan oleh wali kota agar PNS tetap disiplin. Dan ,disiplin itu jangan hanya di permukaan saja. “Pak Wali Kota selalu mengingatkan kita untuk disiplin, kita lihat para pegawai di sini ada yang bekerja dan ada yang melakukan tugas luar,” tambah Eldin.

Selain itu juga Eldin juga meminta pada PNS agar mempersiapkan kelengkapan-kelengkapan diri seperti papan nama serta atribut lambang Korpri. Kesadaran ini harus dari luar dan dalam diri PNS sendiri, jangan dilihat dulu atau mendapat teguran baru bisa disiplin.

Sidak ini diawali dari Bagian Umum, Kantor Diklat, Bagian Humas, Bagian ADM Perekonomian, Bagian Keuangan, Badan Lingkungan Hidup, Inspektorat, Bagian Tapem, Bagian Hukum, Bappeda, Agama dan Pendidikan, Bagian Organisasi hingga ke Bagian Administrasi Kemasyarakatan dan ruang Dewan Kota serta Staf Ahli Walikota. (adl)

Pemilik Mobil Rental Dirampok

Disabet dan Disekap Kemudian Dibuang

MEDAN LABUHAN- Syamsir Ritonga (37), warga Jalan Letda Sujono, Gang Cempaka, Medan Tembung mendatangi Mapolsekta Medan Labuhan dalam keadaan berlumuran darah untuk membuat laporan pengaduan, Rabu (13/7) sore. Syamsir mengaku, dia baru saja habis dirampok oleh tiga pria dan dibuang di kawasan perkebunan tebu Pasar 9, Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli.

Menurut Syamsir, kejadian tersebut berawal saat Syamsir yang merupakan pemilik rental mobil pick up L 300 menyewakan mobilnya kepada pelaku. Pelaku mengaku menyewa mobil tersebut untuk mengambil ikan di Gabion Belawan. Setelah kesepakatan harga sewa Rp180.000, Syamsir pun membawa mobilnya dengan pelaku.

Saat itu mereka melintasi jalan tol kemudian keluar dari pintu tol KIM, Mabar menuju ke Belawan. Namun, sebelum sampai tujuan, tepatnya di Simpang Seruwei, Keluarahan Pekan Labuhan, Medan Labuhan, pria yang baru dikenalnya tersebut meminta untuk masuk ke arah Seruwei.
Permintaan pria itu dipenuhi Syamsir. Saat masuk ke lokasi, tiba-tiba saja dua kawan pelaku yang sudah menunggu memberhentikan mobil tersebut ikut menumpang. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan.

Salah seorang pelaku mengeluarkan sebilah parang langsung mengarahkan ke leher Syamsir sambil menyuruh untuk memberhentikan mobilnya. Namun, Syamsir melakukan perlawanan sehingga pelaku langsung mengayunkan parang ke dagu Syamsir hingga berdarah. Kemudian, mobil Syamsir diberhentikan pelaku dan memukulinya hingga tidak berdaya.

Dalam kondisi tidak berdaya, pelaku mengikat dan menutup mata Syamsir dengan kain dan membuangnya ke perkebunan tebu. Saat dibuang diperkebunan tersebut, tidak lama berselang ada seorang pekerja kebun yang sedang melintas melihat Syamsir dan langsung membawanya ke Mapolsekta Medan Labuhan untuk membuat laporan. Setelah membuat laporan, Syamsir pun langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawataan intensif.

“Pelaku menyewa mobil saya untuk mengambil ikan di Gabion namun sampai di daerah Seruwei saya diancam dengan parang, saya yang melawan langsung disabet dengan parang,”ujarnya. (mag-11)