26 C
Medan
Saturday, December 27, 2025
Home Blog Page 15290

Gawat, Rp14,2 Miliar Uang Palsu Beredar

Denpasar- Kejahatan pemalsuan uang di Indonesia kian meningkat. Diperkirakan, uang palsu (upal) yang beredar di Indonesia mencapai Rp14,2 miliar pada rentang waktu 2005-2010.

Demikian dilansir Deputi II BIN, Agoes Putranto pada acara semiloka di Bank Indonesia Kantor Denpasar, Rabu (20/4).
Agoes menjelaskan uang palsu yang beredar berupa pecahan rupiah dan dolar AS sebanyak 210.336 lembar. Uang pecahan yang beredar mulai dari pecahan Rp5.000 hingga Rp100.000.

“Penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan uang palsu kurang tegas. Batas minimal hukuman sangat rendah menimbulkan peluang pelaku melakukan tidak pidana tersebut,” kata Agoes.

Agoes menjelaskan dari uang palsu Rp14,2 miliar yang beredar di Indonesia, tersangkanya sebanyak 594 orang selama kurun waktu 2005-2010. Sebanyak 177 kasus telah ditangani Polri yang tersebar di Jakarta, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya, Makasar dan Denpasar.

Agoes menjelaskan jumlah kasus pemalsuan uang dari tahun ke tahun fluktuatif. Kejahatan pemalsuan uang tidak hanya terjadi di Indonesia. Pemalsuan uang juga terjadi di beberapa negara di dunia untuk tujuan politik dan ekonomi.
Saat Perang Dunia II, Jerman memalsukan mata uang Inggris (Poundsterling) untuk mengacaukan perekonomian negara tersebut dan Amerika juga memalsukan mata uang Yen Jepang. Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia melakukan pemalsuan uang untuk kepentingan ekonomi dan beberapa kasus serupa setelah Indonesia merdeka.
“Tahun 70-an uang rupiah palsu buatan luar negeri yang beredar di wilayah RI,” kata Agoes. (net/jpnn)

Makan Ikan Laut, 70 Santri Keracunan

Pekanbaru- Sekitar 70-an santri dari Ponpes Dareel Hikmah di Pekanbaru mengalami keracunan makanan. Mereka pun akhirnya dilarikan ke sejumlah rumah sakit. Pantauan wartawan, Rabu (20/4) sekitar 25 santri dirujuk di RS Tabrani Rab di Jalan Sudirman Pekanbaru. Sebagian santri masih berada di ruang Unit Gawat Darurat untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun sebagian santri lainnya sudah berada di ruang perawatan.

Seorang santri yang dirawat, Natasyah mengatakan, seperti biasa mereka makan siang yang disediakan pihak pengelola ponpes. Siang itu mereka diberikan lauk jenis ikan laut yang digoreng. Usai makan, sekitar 30 menit sebagian santri ada yang mengaku merasa pusing. Ada juga yang merasa gatal-gatal dibagian badannya. Ada juga santri yang muntah-muntah.

“Tadi kami makan siang pakai ikan goreng. Tapi nggak tahu, kok perut terasa mual dan pusing-pusing. Akhirnya kami dibawa ke rumah sakit,” ujar Natasyah. Sementara itu seorang guru Rahmad Wahyudi (35) yang merujuk santrinya di RS Tabrani mengatakan, santri yang mengalami mual dan pusing-pusing lebih dari 70 orang. (net/jpnn)

Panda: Bim Salabim, Saya Jadi Terdakwa

JAKARTA-Anggota DPR yang menjadi terdakwa kasus travellers cheque, Panda Nababan,  mengaku sampai saat ini belum menerima surat resmi statusnya sebagai tersangka. Hal itu dikatakannya saat membaca eksepsi di Pengadilan Tipikor, Jakarta dalam persidangan kasus TC, Rabu (20/4).

“Ironisnya sampai saat ini saya tak pernah terima resmi status sosial sebagai tersangka dari oknum KPK. Dan sama misterinya saya jadi tersangka, tiba-tiba bermetamorfosa jadi tahanan dan bim salabim jadi terdakwa. Hebat Saudara Roem (Jaksa Penuntut Umum KPK) ,” ucapnya.

Dia bahkan pernah menanyakan kepada Direktur Penyidikan sekaligus Penuntutan KPK, Ferry Wibisono, mengenai alasan apa yang digunakan KPK untuk menjadikannya tersangka.

“Apa alasanmu jadikan saya tersangka. Lalu Ferry Wibisono berkata ‘tolonglah mengerti, memang begini situasinya,” ungkap Panda.

“Sayang Ferry sudah dicopot dari KPK dan dikembalikan ke Kejaksaan Agung. Sebenarnya dia bisa ikut bersaksi dalam dialog ini,” terangnya.

Karena itulah dia mengaku bergumul dan merasa dibebani oleh pertanyaan hakim soal apakah dirinya mengerti dakwaan dari KPK. “Isi dakwaan saya adalah memerintahkan Dudhie Makmun Murod (terpidana TC asal PDIP) mengambil cek ke Restoran Bebek Bali dari Ari Malangjudo. Dalam kesaksian di persidangan saya bantah itu,” terangnya. Dia tegaskan bahwa para petinggi fraksi tidak pernah dengar “cerita murahan” itu selama bertahun-tahun. (ald/rm/jpnn)

Merokok Saat Rehat

Kebiasaan merokok terkadang sulit ditinggalkan. Termasuk saat menghadapi momen penting seperti rapat dengan Presiden SBY. Seperti yang dilakukan Kepala BPS, Rusman Heryawan bersama sejumlah pejabat saat rapat kerja pemerintah dan dunia usaha, di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/4).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heryawan terlihat asyik menikmati sebatang rokoknya bersama sejumlah pejabat dan pengusaha di bawah pohon yang teduh di kawasan Istana Bogor. Ia terlihat menghabiskan sisa rokoknya saat didekati wartawan.

Sesaat sebelumnya di tempat yang sama memang terlihat beberapa pejabat dan gubernur yang merokok di sela rehat salat zuhur dan makan siang. Di antaranya Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Kepala Badan Pertanahan Nasional Djojo Winoto, pengusaha Franciscus Welirang dan lain-lain.
“Memang perokok semua (yang tadi di sini),” ujar Kusman tersipu saat ditanya wartawan. Ia mengakui, masih belum bisa meninggalkan kebiasaan merokoknya.(net/jpnn)

Jenazah Bomber Mau Dikremasi

Ayah Syarif: Basuki Mau Dijadikan ‘Pengantin’

Cirebon – Abdul Gofur, ayah kandung M Syarif, pelaku bom bunuh diri Polresta Cirebon, meyakini adik kandung Syarif, Basuki sebagai calon ‘pengantin’ berikutnya. Dugaan itu diperkuat dengan temuan rangkaian bom di kediaman Basuki, kemarin.

“Yang mau jadi pengantin itu anak saya dua-duanya, Syarif dan Basuki,” kata Gafur saat melakukan survei di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jabang Bayi, Rabu (20/4).

Saat disinggung keyakinan itu muncul darimana, Gafur mengatakan Basuki adalah calon ‘pengantin’ itu berdasarkan video yang sempat ia tonton. “Dari videonya begitu, mau dijadikan pengantin,” katanya sambil jalan terburu-buru.
Polisi menyita 4 rangkaian bom di kediaman Basuki di Desa Trusmi Wetan, Blok Bangbangan, RT 13 RW 4, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Selasa (19/4) kemarin. Selain rangkaian bom, polisi juga menyita 40an buku bertema jihad.
Abdul Gofur, juga geram dengan otak di belakang layar yang menggerakan aksi anaknya. Dia menyebut otak pelaku teror bom bunuh diri sebagai dajjal.

Sementara itu, penolakan pemakaman terhadap pelaku bom bunuh diri M Syarif, tidak hanya datang dari Keraton Kanoman. Warga di sekitar TPU yang ada di Kota Cirebon pun ramai-ramai menolak pemakaman. Sang ayah akhirnya memutuskan untuk mengkremasi anak kandungnya tersebut.(net/bbs/jpnn)

Timbas: Kami tidak Akan Bayar Honor Kalian

Honorer Sat Pol PP Kembali Berorasi

BINJAI- Dikarenakan belum ada penjelasan yang memuaskan dari Pemerintah Kota (Pemko) Binjai terkait gaji selama 4 bulan yang belum dicairkan, membuat puluhan honorer Sat Pol PP semakin berang. Akibatnya, mereka kembali melakukan orasi ke kantor  Balai Kota Binjai, Jalan Jenderal Sudirman, Kecamatan Binjai Kota, Rabu (20/4) sekitar pukul 10.00 WIB.

Sebelum melakukan orasi, puluhan honorer Sat Pol PP ini terlebih dahulu berkumpul di Jalan Samanhudi, percis di depan rumah dinas Wakil Wali Kota Binjai, Timbas Tarigan. Setelah semuanya berkumpul, akhirnya mereka bergerak secara konfoi dengan berjalan kaki. Bahkan, puluhan honorer Sat Pol PP ini membawa keranda, sebagai tanda hati nurani Pemko Binjai sudah mati, dan sejumlah poster yang bertuliskan sejumlah kritikan dan permintaan mereka.
Sepanjang perjalanan, puluhan honorer Sat Pol PP ini dengan semangatnya memberikan yel-yel untuk menuntut hak-hak mereka. Untuk mengantisipasi hal –hal yang tak diinginkan, petugas keamanan dari Polres dan Polsek Binjai Kota, turut melakukan pengawalan dan penjagaan ketat di depan Balai Kota.

Setibanya di Balai Kota, puluhan honorer Sat Pol PP ini, langsung dihadang petugas yang sudah disiagakan. Melihat banyaknya petugas, puluhan honorer Sat Pol PP hanya dapat mengeluarkan aspirasinya di luar gerbang Balai Kota. Dalam aspirasinya tersebut, Hamdan Azhari Pulungan SE, selaku Koordinator Aksi, mengungkapkan sejumlah permintaan yang selama ini dianggap mereka telah dikangkangi Pemko Binjai.

Diantara permintaan honorer Sat Pol PP tersebut yakni, Pemko Binjai segera membayarkan hak honorer Sat Pol yang menunggak selama 4 bulan, gaji harus sesuai dengan Upah Minimum Kota (UMK), seluruh honorer  Sat Pol PP agar dapat kembali dipekerjakan, seluruh honorer Pol PP agar dimasukan ke dalam program Jamsostek, gaji dibayarkan 100 persen selama dirumahkan, bayarkan kekurangan gaji sesuai UMK selama dua tahun, dan jadikan honorer  Sat Pol PP menjadi PNS.

Meski puluhan honorer Sat Pol PP lelah dan kehabisan suara berorasi di depan balai Kota, tetapi Wali Kota Binjai dan intansi terkait lainnya, enggan untuk keluar. Sehingga, membuat honorer Sat Pol PP semakin berang. “Wali Kota Binjai, keluar kau dari ruangan, kalau tak mampu jadi Wali Kota mundur saja,”ujar Hamdan yang disambut yel-yel puluhan honorer Pol PP lainnya.

Bahkan, puluhan honorer Sat Pol PP sempat mengancam akan mendobrak masuk jika instansi terkait enggan untuk menyambut kedatangan mereka. Sebelum memaksakan diri untuk masuk, puluhan honorer Pol PP duduk di tengah Jalan Jenderal Sudirman. Berselang beberapa menit, akhirnya Wakil Wali Kota Binjai, Timbas Tarigan, keluar dari ruangannya dan langsung menghampiri puluhan honorer tersebut. Di tengah-tengah puluhan honorer dan dikawal sejumlah petugas keamanan, Timbas Tarigan mengatakan,  gaji mereka tetap tidak dapat dibayarkan.

Sebab, sampai saat ini belum ada dasar hukum untuk membayarkan gaji mereka. “Wali Kota takut dipenjara jika kami membayarkan gaji kalian. Sebab, untuk membayarkan gaji kalian, belum ada dasar hukumnya,” kata Timbas, seraya menambahkan, negara ini adalah negara hukum, dan kalau hukum yang ada tidak kita pakai.

Sementara itu, hilangnya pekerjaan Sat Pol PP dan tak menerima gaji, serta kehilangan sepetak lahan sawah, membuat salah seorang honorer Pol PP menjadi stres. Hal itu dikatakan Hamdan dan Hartono, selaku honorer Pol PP saat mengadakan pertemuan di gedung DPRD Binjai.(dan)

Hamil Tanpa Berhubungan Biologis

SERGAI-  Ajaib, seorang pelajar kelas 1 Al Wasliyah Perbaungan bernama Malasari (16) hamil enam bulan tanpa pernah berhubungan badan (biologis) dengan lawan jenis. Putri kedua pasangan Iswanto (45) dan Riyanti (42) yang berdomisili di Dusun XI, Desa Bingkat, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai ini sudah sepekan tidak mengikuti pelajaran di sekolahnya.

Tentu saja, penyebab kehamilan Malasari yang menjadi soal bagi keluarga dan warga di tempat tinggalnya. Ada yang menduga hamil karena pergaulan bebas, tetapi Malasari membantahnya. Untuk memastikannya, keluargapun memboyongnya ke RSU Melati Perbaungan dan RSUD Sultan Sulaiman untuk diperiksa.

Hasil USG membuktikan di dalam perut Malasari sudah terbentuk janin yang berusia 25 minggu. “Kami periksa di RSU Melati, hasil USG bayi sudah berusia 25 minggu dan selaput daranya masih utuh,” bilang ibunya kepada Sumut Pos di komplek kantor Bupati Sergai, Rabu (20/4).

Karena masih belum memuaskan logika kedua orang tuanya, Malasari kembali diperiksa di RSUD Sultan Sulaiman melalui dr Simon P Taing SpOg yang menyatakan Malasari positif hamil. “Kami periksa kembali ke RSUD Sultan Sulaiman, dokter kembali menyatakan hamil, tetapi untuk memeriksa selaput daranya diperlukan surat dari kepolisian. Karena tidak ada dasar kriminal polisi tidak mengeluarkan surat tersebut,” ucap ibunya yang terus mendampingi putrinya tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sergai drg Zaniyar ketika dikonfirmasi Sumut Pos mengatakan bahwa Malasari positif hamil enam bulan hasil pemeriksaan RSUD Sultan Sulaiman melalui dr Simon Sp Og. “Ia memang positif hamil. Pastinya orang hamil melakukan hubungan badan ataupun melalui cangkok. Jika ada dokter yang mengatakan bahwa selaput daranya utuh harus dibuat surat pernyataan tentang kondisinya secara tertulis,” terang Zaniyar. Menurut Malasari, awal kejadian hingga perutnya membesar ketika ia mendapat mimpi didatangi kakek yang menyerahkan sebuah kotak kepadanya  sekitar enam bulan lalu.(mag-15)

Sering Dimaki karena tak Kerja

Suami Bunuh Istri dan Mertua

MADINA- Roichandra Siregar (27) alias M Aswan Hadi tersangka pembunuhan istri dan mertua mengaku khilaf. Ia mengaku perbuatan itu dilakukan karena sering dimaki istrinya gara-gara tak punya kerja.

Perbuatannya tersangka mengakibatkan istrinya Hamidah (30) dan mertuanya Misikem (70) meninggal dunia. Sebelum membunuh istrinya, tersangka mengaku dicaci maki oleh istrinya dengan kalimat kasar. Kemudian tersangka tak tahan dan mengku khilaf sehingga tersangka melayangkan pukulan ke tubuh istrinya, Senin (18/4) lalu sekira pukul 10.00 WIB di di rumah yang ditinggali korban dan tersangka di Dusun 3 Desa Bintungan Bajangkar, Kecamatan Batahan, Kabupaten Madina.

Roichandra yang mengaku belum memiliki pekerjaan tetap setelah menikahi korban 3 bulan lalu, ia mengaku sering bertengkar dengan istrinya yang sebelumnya berstatus janda 2 anak.

Sebelum kejadian, di ruang tengah rumah korban, setelah memukul kepala istrinya, tersangka mengambil gagang cangkul dan dihantamkan ke kepala istrinya sehingga istrinya terjatuh. Melihat kejadian itu, mertuanya yakni Misikem keluar dari kamar rumah dan spontan berteriak melihat yang terjadi.

“Setelah saya menghantamkan gagang cangkul ke kepala istri saya, mertuanya saya datang dan menjerit histeris. Saat itu saya kalap sehingga mertua saya juga akhirnya saya pukul dengan kayu itu. Seingat saya dua kali ke kepalanya. Setelah keduanya benar-benar terjatuh dan saat itu saya lihat masih bernyawa tetapi pingsan saya ikat kaki tangan keduanya dengan tali nilon dalam kondisi bersimbah darah saya tinggal keduanya di tempat itu juga dan keluar rumah untuk lari. Setibanya di perkampungan saya temui mertua laki-laki saya Jarimin (75)  untuk meminjam sepedamotornya dengan alasan mau jalan ke Sinunukan. Mertuanya saya memberikannya, kemudian saya lari mau menuju Medan,” terang Roichandra kepada wartawan di depan ruangan SPK sebelum menjalani pemeriksaan lanjutan, Rabu (20/4) kemarin.

Pelaku mengaku selama ini tinggal di Simpang Limun Medan juga tidak memiliki pekerjaan yang tetap sebelum menikah dengan korban. Dirinya kenal dengan istrinya itu berawal dari kenalan di telepon seluler dalam hitungan bulan. Di mana dari hasil komunikasinya keduanya sepakat untuk merajut rumah tangga meskipun Hamidah telah pernah gagal dalam membina rumah tangga dan memililiki 2 orang anak dan saat ini telah bersekolah di SDN setempat.

“Kami baru nikah 3 bulan yang lalu Pak, tetapi setelah menikah saya belum memiliki pekerjaan tetap dan sering bertengkar karena istri saya sering menuduh saya laki-laki tak berguna dan tak bisa memberi nafkah, saya merasa sakit hati,” tambahnya lagi seraya mengaku dia menyesal dengan kejadian.

Sementara Kapolres Madina AKBP Ahmad Fauzi Dalimunte saat ditemui METRO didampingi Kasat Reskrim AKP SM Siregar SH menjelaskan bahwa pelaku ditangkap di daerah Labuhan Batu atas hasil kerja sama dengan Polres Madina.
Polres Madina menerima informasi dan langsung di hari kejadian melakukan pengejaran. Sedangkan motif sesungguhnya dalam kasus ini masih sedang didalami dan sementara atas hasil keterangan mertua laki-laki tersangka, pasangan suami istri ini yang masih 3 bulan setelah menikah sering cekcok dalam rumah tangga.(wan/smg)

Aek Congke Meluap, 30 Rumah Terendam

SIDIMPUAN- Sebanyak 30 rumah di Lingkungan 4 Kelurahan Losung Lingkungan 1 Kelurahan Aek Tampang dan Kelurahan Wek 5 Kecamatan Psp Selatan terendam air setinggi lutut orang dewasa, Rabu (20/4) pukul 15.00-17.00 WIB.Kepala Lingkungan 4 Kelurahan Losung, Burhan Simatupang Rabu (20/4) kemarin menjelaskan, kejadian ini sudah biasa dialami warganya khususnya pada saat hujan deras.

Hal ini menurutnya dikarenakan saluran parit atau drainase tidak sanggup menampung air hujan dan aliran kali Aek Congke yang melewati 3 kelurahan itu. Di mana dengan lebar hanya sekitar 1 meter dan tinggi sekitar 80 centimeter, kalau air meluap maka tidak tertampung dan meluber ke rumah warga ataupun jalan.

Dijelaskannya saat kejadian warga memilih bertahan di rumah sampai air surut, meskipun tidak ada korban jiwa, namun kejadian ini selalu merugikan warga secara materi, karena rumah rusak dan kotor.

Atas nama masyarakat, ia meminta pemerintah untuk memperhatikan keluhan mereka agar kejadian sama tidak berulang, karena dampaknya merugikan warga.

Irsan lubis (60) warga Kelurahan Wek 5 saat ini tidak bisa menyeberangkan sepeda motornya karena jembatan kelapa dan kayu yang terbentang di atas Aek Congke saat air meluap rusak terbawa air. Padahal menurutnya hanya sarana itu satu-satunya untuk bisa menuju atau keluar dari rumahnya.

R Kamal (40) warga Gang Bengkel Lingkungan 1 Kelurahan Aek Tampang menambahkan, harapannya agar pemerintah peduli dan mau mempertinggi dinding drainase, karena dengan lebar sekitar 2 meter dan saat normal sekitar 1,5 meter Aek Congke yang melintas tepat di tengah-tengah pemukiman warga sangat berbahaya jika dindingnya tidak ditinggikan terutama saat musim hujan seperti sekarang ini. (phn/smg)

Usai UN, Siswi SMA Dikeroyok Teman

LANGKAT- Peristiwa tragis terjadi di SMAN 1 Stabat Kabupaten Langkat. Pasalnya, seorang siswi bernama Lia (17) siswi kelas III IPA, babak belur dihajar teman-temannya usai melaksanakan Ujian Nasional (UN), Selasa (19/4) sekira pukul 13.00 WIB.

Keterangan yang berhasil dihimpun koran ini, Rabu (20/4) menyebutkan, kejadian buruk menimpa Lia ini, berawal dari ketidakmampuannya untuk membeli sebuah buku seharga Rp25 ribu sebagai cindera mata (kenang-kenangan) buat sekolah dimaksud, mengingat korban akan tamat sekolah.

Karena tidak mampu mengadakan buku tadi, anak pedagang bakso ini pun, mendapat ejekan dari teman-temannya. Tersinggung dengan ejekan teman-temannya itu, Lia pun membalas ejekan dan keributan kecil pun tidak terhindarkan lagi. Melihat kondisi anaknya babak belur, Iyah (36) ibu korban tak senang dengan perlakuan teman-teman korban dan melakukan visum et revertum ke rumah sakit dan mendatangi kembali sekolah untuk meminta pertanggungjawaban pihak sekolah.

”Kata anak saya, dia dipukuli teman-temannya karena memiliki utang perputakaan Rp25 ribu,” kata Iyah. ”Waktu itu, dia dipukuli, diinjak-injak dan dijedutkan ke dinding kelas hingga wajah dan tubuhnya memar,”sambung dia.
Kepala SMAN 1 Stabat Syafruddin, ketika ditemui membenarkan adanya peristiwa dimaksud. Dirinya mengaku, sudah memanggil orangtua korban dan memanggil sejumlah siswi yang melakukan pemukulan. ”Kita sudah undang orangtua korban dan memanggil siswi yang terlibat,”ujarnya.

Mengenai motif pengeroyokan, Syafruddin mengatakan, kalau pertikaian berawal dari saling ejek antara siswi. Dia membantah perkelahian tidak sepadan tersebut dikatakan sebagai pengeroyokan. ”Masalah sepele, namanya anak-anak saling ejek, tapi bukan pengeroyokan, cuma pemukulan biasa saja,”bantahnya.
Mengenai adanya pungutan perputakaan Rp25 ribu, Kasek berbadan tegap ini tidak menampik hal tersebut. Menurut dia, pembelian buku perpustakaan itu, semata-mata kesepakatan siswa sebagai wujud cindera mata kepada sekolah. ”Jadi tidak ada paksaan,”kilahnya.(ndi)