26 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 15395

Almiro Terimbas Banjir

Pemain asing PSMS asal Brasil, Almiro Valadares terimbas banjir yang melanda Kota Medan dan sekitarnya.
Hujan deras yang turun sejak Kamis (31/3) malam, membuat sejumlah wilayah terendam air bah. Buntutnya, kemacetan lalu lintas menjadi pemandangan di mana-mana.

Almiro lantas melukiskan hal itu dengan status di akun Facebook-nya Jumat (1/4) malam sekitar pukul 20.30 WIB. “Tomorrow i will go to trainning by boat, much faster than car!!.” Demikian candanya.

Sejumlah teman Almiro di negerinya pun berkomentar di statusnya. Termasuk fans PSMS dan beberapa wartawan.
“2 hours driving in circle. Every where stopped , the river come inside the street…crazy!!.”  komentar Almiro. (ful)

Awas Tersandung Lagi

Bintang Medan v Batavia Union

MEDAN- Kesebelasan Bintang Medan akan melakoni laga kandang kontra Batavia Union, pukul 19.00 WIB malam ini di Stadion Teladan. Bakal lawan merupakan tim solid yang belum pernah kalah di laga tandangnya. Akankah Bintang Medan kembali tersandung?

Ya, sejauh ini tuan rumah diliputi masalah serius. Mulai dari cedera pemain hingga menurunnya mental bertanding Cosmin Vansea dkk. Apalagi barisan depan klub berjuluk Soldier Kinantan itu terbilang mandul. Sedangkan lini belakang keropos sepeninggal Amin Kamoun yang cedera panjang.

Menatap laga besok, Bintang Medan dipastikan tak diperkuat tiga pemain asingnya. Guti, Amin dan Ahn masih dibalut cedera. Praktis klub asuhan pelatih asal Jerman Michael Feictenbeiner itu hanya akan diperkuat dua pemain asing, Cosmin di depan dan Michael Pantelidis di belakang. Ada nama Gaston Salasiwa di sisi kiri sayap Bintang Medan, tapi dia tak termasuk pemain asing karena ada keturunan Indonesia. Selebihnya, Bintang Medan diperkuat pemain lokal minim pengalaman.

Sebaliknya, Batavia Union asuhan Roberto Bianchi itu sedang dalam top performa. Di klasemen sementara Liga Primer Indonesia (LPI) Batavia Union berada di peringkat enam. Hal itu belum lagi ditambah rekor belum kalah di laga tandangnya. Batavia Union tercatat baru sekali kandas di kandang sendiri. Keseluruhan rekor Batavia Union adalah lima kali menang empat imbang serta hanya sekali kalah dari 10 pertandingan.

Michael pun tak memungkiri hal itu.
“Rekor Batavia cukup bagus. Itu membuktikan bahwa mereka tim yang tidak mudah dikalahkan,” sebut Michael. “Saya sudah melihat rekaman pertandingan mereka. Susah mengalahkan mereka, tapi kami bagus di kandang. Jadi peluang itu ada. Tinggal perlu dimaksimalkan,” sambungnya.

Sementara pihak Batavia Union lewat Nimrot Manalu selaku Asisten Pelatih saat jumpa pers sebelum laga di Stadion Kebun Bunga kemarin bilang timnya menganggap laga kontra Bintang Medan adalah laga penting. “Kami ingin melanjutkan tren tak terkalahkan di laga tandang. Maka itu semua pertandingan kami anggap partai final,” beber Nimrot.

Secara keseluruhan di atas kertas, Bintang Medan tampak kalah dengan Batavia Union. Keuntungan Bintang Medan adalah tampil di kandang sendiri, yang diharapkan bisa menjadi seutas harapan untuk kembali mengamankan tiga angka. (ful)

Evaluasi SKPD, Gatot Didukung Dewan

MEDAN- Sejumlah anggota DPRD Sumut mendukung rencana Penjabat (Pj) Gubsu Gatot Pujo Nugroho untuk mengevaluasi sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di jajaran Pemropvsu. Dukungan itu terungkap dalam silaturahim antara Gatot dengan segenap pimpinan DPRD Sumut, pimpinan fraksi serta pimpinan komisi DPRD Sumut di ruang pertemuan lantai 1 DPRD Sumut, Jum’at (1/4).

“Kalau memang ada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang tidak berkompeten, SKPD tersebut berhak untuk dievaluasi,” tegas Guntur Manurung dari Fraksi Partai Demokrat.

Hal senada juga disampaikan anggota DPRD Sumut lainnya yakni Maratua Siregar. Pada kesempatan itu, Maratua menyatakan, dalam masa pemerintahan ke depan, pasca ditetapkannya Gatot untuk melaksanakan tugas Gubsu, satu hal yang perlu dilakukan adalah pembenahan dan penataan birokrasi. Hal ini guna daya serap anggaran akan semakin meningkat.

Ketua Komisi A DPRD Sumut Hasbullah Hadi juga pada kesempatan itu menyatakan, ada banyak pejabat eselon III dan IV dilingkungan Pemprovsu yang masih belum definitive. Bukan itu saja, persoalan Sekretaris Daerah (Sekda) Provsu defintif juga harus menjadi prioritas.

“Memang Pelaksana Tugas (Plt) pun bias menjalankan tugas. Tapi alangkah baiknya, kalau keberadaan Sekda juga bias definitive. Karena dengan definitif, akan lebih memaksimalkan kinerja. Tanpa melihat siapa orangnya, yang terpenting adalah semua tahapan telah berjalan,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Fraksi PKS DPRD Sumut Hidayatullah menjelaskan, khusus untuk fungsi anggaran atau budgeting dewan. Diketahui, APBD Provsu 2011 telah disahkan pada November 2010.

Namun nyatanya, sampai saat ini belum ada sebuah action nyata yang dilakukan para SKPD yang ada. “Ini adalah hal yang mubazir dan membuang-buang waktu. Nah, evaluasi pada dasarnya menjadi sebuah keniscayaan ketika melihat hal ini,” katanya. Pada kesempatan itu, Gatot mengaku akan menampung atau merespon semua masukan dari para anggota DPRD Sumut tersebut. (ari)

Berkarakter, Tidak Latah

Pergerakan Musisi Indie Medan

Kiprah musisi Kota Medan tak dapat dianggap sebelah mata. Pasalnya, cukup banyak musisi Kota Medan yang telah berkiprah dikancah nasional.

Indra Juli, Medan

Hal ini menjadi perhatian, khususnya bagi remaja Kota Medan yang bergabung dalam Pergerakan Musisi Indie Medan (PMIM) ini.
Diawali dengan Saturday Indie Acoustic yang digelar Sabtu (26/3) lalu, PMIM memulai kiprahnya dalam mengangkat musisi label indie Kota Medan.

Kegiatan itu sendiri diramaikan tujuh grup band indie yang menampilkan lagu-lagu ciptaan sendiri. Sebut saja Depresion Demon, Not Xmprewell, Better Naked Before, Day of Emergency, dan Everydays Weekend Tidak seperti suasana pada konser-konser biasanya, pertunjukan berlangsung dalam suasana yang akrab. Tidak ada lirik-lirik cengeng atau keseragaman irama seperti yang diperlihatkan band-band mayor lable. Mereka berlomba menunjukkan karakter lewat musik yang diusung. Seperti grunge yang dipopulerkan band asal Amerika, Nirvana, Old School Melodic, Ska, dan rock alternatif.

“Selama ini band indie selalu dicap sebagai band-band brutal, suka huru-hara. Padahal, mereka juga punya karya yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena mereka tampil dengan karakternya yang kuat. Tidak latah,” tegas Ketua Umum PMIM, Ottorio Christian Marsaringar Pangihutan Siregar kepada Sumut Pos, Jumat (1/4).

Untuk menghilangkan image negatif tadi, PMIM sengaja memilih kampus sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian kesan band huru-hara yang diidentikkan kepada band indie tidak ada lagi. Selain itu suasana kampus diyakini dapat mempengaruhi masing-masing personel band untuk mulai bersikap profesional. Baik dari sisi penampilan juga saat menjalin komunikasi dengan audiensnya.

Selain itu, pada kegiatan PMIM juga mengadopsi sistem riserve pada cafe-cafe mewah. Hal itu dilakukan sebagai bentuk penghargaan atas karya band-band lokal tersebut. “Sekaligus juga kita memberi kesan kepada kawan-kawan musisi bahwa mereka pantas dihargai. Itu akan menjadi motivasi bagi mereka untuk terus berkarya,” tambah pria bertubuh tambun ini.

Pada kegiatan itu, panitia juga mengundang tokoh musik Kota Medan dari kalangan akademik untuk memberi pemaparan kepada seluruh peserta. Baik pemaparan yang bersifat teori musik juga management seni yang nantinya diyakini berguna bagi band-band lokal untuk meramaikan belantika musik tanah air. Salah satunya Tahan Perjuangan SSn.

Sebagai gebrakan perdana, kegiatan terbilang sukses. Seluruh peserta memberikan apresiasi lewat penampilan yang terbaik. Begitu juga dari kalangan undangan yang melihat kegiatan sebagai moment kebangkitan band lokal khususnya Kota Medan. “Kegiatan seperti ini dalam istilah saya yaitu venue. Ini yang dibutuhkan band-band indie untuk memperkenalkan karyanya dan masyarakat yang akan menilai,” ucap etnomusikolog Irwansyah Harahap seraya berpesan kegiatan dapat berkelanjutan.

PMIM sendiri diprakarsai oleh Ottorio Christian Marsaringar Pangihutan Siregar yang mengaku prihatin atas keberadaan musisi lokal Kota Medan. Keprihatinan tersebut kemudian ditawarkan kepada beberapa teman yang menyambut positif. Seperti Vani Manurung, Kiki Apliona Sari, Cut Zita.

Mengingat cakupan yang cukup luas, PMIM pun menolak eksklusifitas keanggotaannya. Meskipun sementara ini masih bersekretariat di kampus Universitas Sumatera Utara (USU), keanggotaan tetap bersifat terbuka. Terbukti beberapa diantaranya berasal dari beberapa perguruan tinggi swasta di Kota Medan. Seperti Dharma Agung dan Panca Budi. “Prinsipnya PMIM membutuhkan ide-ide kreatif dari anggota untuk mengangkat musisi Kota Medan. Kita tidak memandang latar belakang sosialnya,” tegas mahasiswa Sastra Jepang angkatan 2007 ini.

Ke depan lanjutnya, PMIM akan menjadikan Saturday Indie Acoustic ini sebagai agenda bulanan. Begitu juga dengan konsep pelaksanaan yang akan menggunakan konsep yang berbeda. “Kita tengah mempersiapkan konser mini di tengah kota. Artinya bagaimana karya-karya putra daerah ini dikenal di daerahnya sendiri,” pungkasnya. (*)

Isu Begu Ganjang Picu Pembunuhan

Keluarga Salahkan Polres KP3

BELAWAN- Suasana duka menyelimuti keluarga Torang Panjaitan (46), warga Jalan Satahi, Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Medan Labuhan. Torang tewas ditikam tetangganya, Gobertus Sinagan (50), gara-gara menyebarkan isu kalau Gobertus dan sitrinya Rohan Boru Siregar (50), memelihara begu ganjang.

Tumbur, seorang rekan korban saat dikonfirmasi di instalasi jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, Jum’at (1/4) mengisahkan, malam sebelum kejadian, dirinya sempat berkumpul dengan Torang dan temannya yang lain di kedai tuak yang tak jauh dari rumahnya.
“Kami sering ngumpul-ngumpul di kedai tuak itu. Biasalah, kadang kami main catur sampai larut malam. Tapi, malam itu, sekitar pukul 21.00 WIB kami pisah, saya pulang ke rumah, Torang tetap di sana main catur sama kawan yang lain,” ujarnya.
Namun, saat itu, Tumbur tidak merasakan adanya firasat buruk tentang kematian Torang.

“Saya tidak merasakan firasat buruk sebelum kematiannya. Tiba-tiba sekitar pukul 02.00 WIB, kawan saya nelpon, dia bilang Torang sudah meninggal akibat kena tikam, ungkapnya.

Seperti diketahui, Torang tewas sesaat setelah ditikam Gobertus di bagian perut dan dada sebelah kanannya. Penikaman tersebut diduga dendam lama yang dipicu isu begu ganjang yang diduga dipelihara Gobertus dan istrinya sejak beberapa tahun lalu.

Penikaman yang dilakukan Gobertus, menyulut emosi warga yang menyaksikan kejadian itu. Tanpa dikomando, puluhan warga langsung mendatangi rumah Gobertus dan melakukan penyerangan. Tubuh Gobertus dan istrinya dihujani dengan benda tajam sehingga tewas di tempat dengan kondisi mengenaskan. Bahkan emosi yang tidak terkendalikan lagi membuat warga nekat membakar jasad Rohan Boru Siregar.

Perlakuan kejam masyarakat tersebut sangat disayangkan keluarga Gobertus Sinaga (56) dan Rohan Boru Siregar (50). Tragedi memilukan yang terjadi Kamis malam (31/3) sekitar pukul 23.00 WIB itu menurut keluarga seharusnya menjadi tanggung jawab Polres KP3 Belawan.

Pasalnya dari pengakuan Baginda Siregar (38), yang merupakan adik ipar Gobertus, isu begu ganjang tersebut sudah beberapa kali dilaporkan ke petugas Polres KP3 Belawan. Namun menurut Baginda, tidak ada tindakan nyata dari pihak petugas.
“Ini tanggung jawab Polres KP3 Belawan. Bahkan suami kakak ku (Gobertus, Red) juga pernah ditikam warga di sekitar rumahnya akibat isu begu ganjang setahun silam. Namun sejumlah warga yang sempat ditahan kembali dilepaskan pihak kepolisian karena pelaku masih di bawah umur,” sebutnya.

Tak hanya itu, isu begu ganjang yang melibatkan pasangan suami isteri itu menurut Baginda, sudah beberapa kali ditangani oleh orang pintar. Namun hasilnya tetap saja menyatakan jika tidak ada begu ganjang yang dipelihara kakak dan abang iparnya itu.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan kedua pasutri tersebut dibawa keluarga menetap ke daerah rumah Baginda di kawasan Prumnas Mandala. Namun kepindahan kedua pasutri itu lanjut Baginda dimanfaatkan sejumlah warga untuk menjarah harta benda milik kakaknya tersebut.

Kejadian itu bahkan telah ditangani petugas KP3 Belawan. Namun dalam kasus itu petugas hanya menahan penadahnya dan tidak menahan pelaku. “Sudah enam kali kami buat pengaduan ke Polres KP3 Belawan, dalam kasus yang berbeda. Tapi tidak ada tindakan berarti yang bisa mereka lakukan, hingga berujung kematian,” sebutnya.

Menurut pantauan wartawan Koran ini di lokasi kejadian, isu begu ganjang telah lama ada tersebar di lingkungan tersebut. “Kasus begu ganjang telah lama beredar di lingkungan saya, dan kejadian ini dari isu tersebut,” jelas Kepala Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Sudirman.

Torang Panjaitan mempunyai lima orang anak. Menurut para tetangganya, Torang merupakan sosok yang baik. Namun, isu begu ganjang yang bergulir di daerah tersebut memang diyakini benar oleh warga sekitar. “Kami tidak akrab dengan keluarga Gobertus, karena isu begu ganjang tersebut meresahkan warga disini,” ujarnya yang tidak mau banyak bicara.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Hamam membenarkan kejadian tersebut. Saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan atas permasalahan tersebut. “Kami masih melakukan penyelidikan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dia menambahakan, pihaknya sudah meemeriksa para saksi yang ada pada kejadian tadi malam. “Sudah empat orang saksi yang kami periksa,” tambahnya.

Hamam mengatakan, pihaknya masih kesulitan untuk mengungkap permasalahan tersebut. “Warga di sana takut untuk memberi keterangan, dan sampai saat ini kami belum bisa menetapkan tersangka yang bisa diamankan dalam permasalahan tersebut,” tandasnya.(uma/mag-11)

13 April, Komisi A DPRDSU Undang Wali Kota dan TNI AU

Warga Harus Dapatkan Haknya…

MEDAN- Guna menyeriusi masalah sengketa tanah Sari Rejo serta persoalan tanah secara umum di Sumatera Utara, Komisi A DPRD Sumut membentuk Panitia Khusus (Pansus) Tanah. Rencana pembentukan Pansus Tanah tersebut, saat ini telah dilaporkan kepada pimpinan DPRD Sumut.

Hal ini ditegaskan Ketua Komisi A DPRD Sumut Hasbullah Hadi kepada Sumut Pos usai menghadiri silaturahimn
antara pimpinan Komisi dan Fraksi DPRD Sumut dengan Penjabat (Pj) Gubsu Gatot Pujo Nugroho di aula gedung DPRD Sumut, Jum’at (1/3).

“Kita telah mengajukan pembentukan Pansus Tanah kepada pimpinan DPRD Sumut. Pansus ini untuk menyelesaikan semua persoalan tanah yang ada di Sumut, termasuk sengketa tanah Sari Rejo. Karena, sudah 10 tahun ini tidak pernah ada penyelesaian sengketa tanah di Sumut, begitu juga di Sari Rejo. Dengan Pansus nantinya setelah disetujui pimpinan dewan, maka segala persoalan tanah akan kita telusuri dan selesaikan,” ungkapnya.

Terkait masalah Tanah Sari Rejo di Kecamatan Medan Polonia tersebut, pada 13 April 2011 mendatang, Komisi A DPRD Sumut akan melaksanakan rapat dengar pendapat (RDP) dengan semua pihak yang terkait dengan persoalan sengketa tanah tersebut.
Komisi A akan mengundang Pemko Medan dalam hal ini Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Tim Asset TNI AU, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Medan dan Sumut, minus masyarakat yang bersengketa untuk memberikan penjelasan terkait masalah ini.

Rencana tersebut dibenarkan anggota Komisi A DPRD Sumut lainnya, Marasal Hutasoit yang ditemui Sumut Pos di lokasi yang sama. Politisi Partai Damai Sejahtera (PDS) DPRD Sumut ini menyatakan, dengan pertemuan ini nantinya diharapkan ada niat baik bagi Pemkom Medan dalam hal ini Wali Kota Medan Rahudman Harahap, pihak tim asset TNI AU atau juga Panglima Komando Sektor Pertanahan Udara Nasional (Pankosek Hanudnas), BPN dan semua pihak yang terkait.

“Kita tidak ingin persoalan ini berlarut-larut lagi. Kita ingin masyarakat mendapatkan hak nya,” tegasnya.(ari)

Dikibuli Polisi Gadungan

MEDAN- Sudah penghasilannya sebagai supir taxi pas-pasan, Jumadi (40) malah ditipu pria yang mengaku polisi yang bertugas di Polda Sumut. Alhasil, warga perumahan TKBM, Sungai Mati Medan Labuhan ini membuat pengaduan ke Polda Sumut.

Ceritanya, dua minggu lalu, saat mencari penumpang Jumadi bertemu Giok (38) yang mengaku polisi. Giok meminta Jumadi untuk mengantarnya ke rumahnya di Jalan Tangkul I, Medan Barat. Namun, Jumadi merasa sial. Pasalnya, Giok tak membayar ongkos taxi kepada Jumadi. Giok meminta Jumadi untuk bersabar dan berjanji akan membayar ongkos. Karena Giok mengaku seorang polisi, Jumadi pun yakin. Sebelum turun dari taxi, Giok meminta nomor telepon Jumadi.

Dua hari kemudian, Giok menghubungi Jumadi untuk membawanya kembali. Saat itu Jumadi dimintanya untuk mengantar Giok ke suatu daerah. “Aku nggak tahu bang, dia yang nunjuk jalan aku nggak tahu tempatnya,” jelas Jumadi.

Setelah lelah berkeliling, Giok meminta Jumadi untuk mengantarnya pulang. Sama saja, Giok tak juga membayar ongkos taxi. Segan untuk meminta, Jumadi menurut saja saat Giok mengaku akan membayar ongkos taxi sekaligus setelah pekerjaan selesai.
“Gara-gara dia, berantam awak sama bini di rumah, karena nggak ada setoran,” kesalnya. Rabu (30/3) sore, Giok kembali menghubungi Jumadi. Saat itu, Giok diminta untuk mencarikan wanita malam.

Demi mencari uang, Jumadi pun mengamini permintaan Giok. Keduanya melaju menuju Jalan Iskandar Muda, Medan Baru. Di sana, Giok memboyong satu wanita pemuas syahwat menuju salah satu hotel kelas Melati di kawasan Padang Bulan. Usai mengumbar nafsu, dengan modus pura-pura membeli nasi keluar hotel, Giok diam-diam meninggalkan Jumadi yang sedang menunggu dan wanita yang habis dipakainya.

Setelah lama menunggu, Jumadi kemudian memutuskan untuk mengantar wanita yang tak dikenalnya itu kembali ke Jalan Iskandar Muda, Medan Baru. Sementara, Kamis (31/3) sekira pukul 10.00 WIB Jumadi kemudian mendatangi rumah Giok.
Namun, saat itu Giok tak di rumah. Tak puas, sore harinya, Jumadi kembali mendatangi rumah Giok. Saat itu, Jumadi bertemu Giok di rumahnya. Giok pun memberikan sebuah amplop yang disebut Giok berisi uang Rp5.500.000 untuk membayar wanita penghibur dan ongkos taxi.

Tak banyak tanya, malam sekira pukul 20.00 WIB Jumadi membawa amplop tersebut kepada PSK tersebut. Alangkah terkejutnya Jumadi dan PSK itu saat melihat amplop yang diberikan Giok hanya selebaran kertas-kertas. Merasa ditipu, Jumat (1/4) sore, Jumadi mendatangi Propam Polresta Medan untuk membuat laporan.(ala/smg)

Granat Aktif Ditemukan di CBD

MEDAN- Satu granat tangan yang masih aktif ditemukan pekerja bangunan di lokasi pembangunan proyek Central Bisnis Distrik (CBD), Medan Polonia, Jumat (1/4) pukul 10.00 WIB Keterangan yang diperoleh, saat beberapa orang pekerja di kawasan komplek komplek CBD bekerja membuat lubang untuk pengecoran pondasi, Leman (32) memegang benda keras. Dengan perlahan-lahan dibersihkan dan diangkat keluar lubang, ternyata benda keras tersebut adalah granat.

Karena takut terjadi apa-apa dengan dirinya. Leman langsung memberitahu kepada pengawas proyek yang meneruskannya kepada TNI Angkatan Udara untuk segera di amankan.

“Saat asyik mengorek lubang, terlihat seperti bola yang sudah buram. Begitu kami angkat rupanya granat tangan mas. Saya laporakn saja kepada pengawas yang langsung melaprokannya ke TNI AU,” ucap Leman yang bekerja di proyek CBD.

Kemudian, lanjut Leman, Granat yang diserahkan tersebut langsung dihancurkan oleh TNI AU sehingga mengeluarkan suara ledakan yang keras sekali.
“Begitu diledakkan sama TNI itu, suaranya deras kali mas,” cetusnya yang tidak bisa berbicara panjang lebar karena sedang bekerja.(adl)

Selamatkan Situs Sejarah

Menyelamatkan warisan sejarah merupakan satu hal yang sangat penting dilakukan. Apalagi, belakangan ini banyak situs sejarah seperti bangunan-bangunan bersejarah yang dihancurkan. Jadi, siapa yang harus bertanggung jawab atas pelestarian peninggalan-peninggaan sejarah ini? Berikut bincang-bincang Kepala Pussis-Unimed Ichwan Azhari, dengan wartawan koran ini Rahmat Sazaly, Jum’at (1/4).

Menurut Anda, apa yang harus dilakukan dalam misi penyelamatan warisan sejarah di Sumut?
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dengan menjadikan situs-situs sejarah sebagai lahan praktik dan destinasi wisata sejarah. Seperti Kota Cina sebagai lahan praktek arkeologi, pendirian site museum ataupun destinasi wisata sejarah dan budaya patut diapresiasi. Karena dengan seperti itulah, perhatian terhadap situs bersejarah dapat dimaksimalkan. Selain itu, upaya penyelamatan situs dapat dilakukan dengan metode manajemen sumberdaya budaya yang meliputi sumberdaya bersifat fisik dan non fisik.

Apa yang menyebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap warisan sejarah?
Sebenarnya warisan sejarah tersebut kurang diperhatikan akibat tidak adanya law enforcement dan political will dari pemerintah ataupun instansi terkait. Pemerintah Indonesia cenderung melihat dan menilai warisan dari segi ekonomi, sehingga hal tersebut kerap menjadi landasan pemusnahan warisan budaya dan sejarah itu.

Seharusnya seperti apa tindakan pemerintah yang kita harapkan?
Tak seharusnya bangunan bersejarah di Kota Medan itu dihancurkan, karena disamping banyak mengandung nilai-nilai historis sebagai bukti kejayaan kota Medan, juga mencerminkan ikon Kota Medan sebagai kota yang dibangun oleh Perkebunan Deli. Namun sayang, terbukti pemerintah masih kurang memperhatikan bangunan-bangunan bersejarah itu sehingga cenderung dimusnahkan.

Selain itu, apa yang dapat kita lakukan lagi dalam misi penyelamatan warisan sejarah?

Kita dapat menggandeng mahasiswa untuk ikut melestarikan warisan sejarah tersebut. Seperti melakukan citytours di beberapa bangunan bersejarah (historical building) di Kota Medan. Saya yakin, mereka itu adalah mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap warisan sejarah yang saat ini harus kita selamatkan.

Dengan begitu akan tumbuh kesadaran mahasiswa warisan sejarah seperti yang ada di museum juga dapat digunakan sebagai satu sarana pendidikan sejarah, kebudayaan dan lain-lain yang berhubungan dengan aktifitas masa lalu, kini dan masa depan masyarakat.

Selain itu, kunjungan mahasiswa tersebut sangat bermanfaat terutama untuk mendorong penyelamatan bangunan bersejarah dan situs-situs sejarah yang terdapat di Sumut. Dengan cara itu diharapkan akan tumbuh kesadaran sejarah mahasiswa yang berkontribusi terhadap upaya penyelamatan warisan sejarah yang ada di seluruh nusantara.

Oleh karena itu, hal utama dan pertama yang mesti ditumbuh kembangkan adalah kesadaran sejarah. Kesadaran seperti itu hanya bisa bertumbuh dan kembang apabila mahasiswa mampu menunjuk keberadaan warisan dimaksud. Tambah lagi dengan adanya political will serta law enforcement dari pemerintah. Tanpa itu, niscaya warisan sejarah dapat diselamatkan. (*)

Gas Elpiji 3 Kg Belum Diterima

081361589xxx
Bagaimana penyaluran Gas Elpiji 3 Kg tahap 2 untuk Kelurahan Kenangan, Percut Sei Tuan, Deli Serdang. Sampai sekarang kenapa belum sampai, padahal kami sudah menandatangani tanda terimanya.

Laporkan ke Atasannya
Terimakasih atas perhatian dan masukannya. Program konversi minyak tanah ke gas adalah program nasional dari pemerintah. Di mana, PT Pertamina dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat, baik dalam distribusi perdana maupun selanjutnya.

Dalam distribusi, PT Pertamina dibantu oleh konsultan yang telah ditunjuk dengan tetap berkoordinasi ke PT Pertamina yang menyalahi ketentuan, Pertamina akan berikan sanksi. Bahkan, sudah ada konsultan yang dipecat karena melakukan pungutan liar untuk penerima paket perdana.
Namun, apabila yang melakukan pelanggaran adalah dari aparat pemerintah , silahkan dilaporkan langsung kepada atasannya.

Rustam Ajie
Asisten internal Relation PT Pertamin UPMS I

———-

Tanya ke Lurah
Terimakasih informasinya, apabila warga sudah menandatanganinya, sebaiknya warga menanyakannya kepada lurahnya terlebih secara langsung apa saja penyebabnya, selanjutnya saya akan menyampaikan persoalan ini ke Camat Percut Sei Tuan untuk di cek persoalannya. Karena, sampai sekarang belum diketahui apa yang menjadi penyebab tak tersalurkannya gas elpiji 3 Kg. Mudah-mudahan bisa kita selesaikan segera mungkin untuk kepentingan masyarakat.

Neken Ketaren
Kabag Humas Pemkab Deli Serdang