25 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 15432

Kristen, Agama yang ‘Mahal’

Agama Kristen adalah agama yang sangat mahal di dunia. Untuk memeluk agama Kristen, tidak jarang seseorang mendapatkan penganiayaan, sikap deskriminatif dan berbagai hal negatif lainnya.

Menurut sebuah laporan terbaru salah satu organisasi Katolik Inggris, disebutkan bahwa ada tujuh puluh lima persen dari penganiayaan agama di dunia tertuju pada umat Kristen. Setelah meneliti 33 negara, cabang Inggris organisasi Aid to the Church in Need melaporkan bahwa sebagian besar penganiayaan itu terjadi di Timur Tengah, Afrika, dan Asia.

Laporan yang berjudul Teraniaya dan Terlupa? itu merupakan laporan bagaimana orang Kristen ditindas karena iman mereka. Selain di Cina, Iran, Korea Utara, dan Arab Saudi, laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa negara-negara seperti Venezuela, Zimbabwe, dan bahkan Tanah Suci pun terdapat penganiayaan atas nama agama. Tempat penganiayaan terburuk menurut laporan itu adalah negara Mesir, Irak, Nigeria, dan Pakistan dengan penganiayaan yang meningkat, termasuk negara-negara lainnya.

“Proporsi negara yang memiliki catatan memburuknya kekerasan anti-Kristen dan intimidasi akan lebih tinggi jika bukan karena fakta bahwa dalam banyak kasus situasi bisa lebih buruk pada awal terjadi kasus-kasus tersebut,” kata laporan itu. Alasan penganiayaan terjadi sebagian besar disebabkan oleh ekstrimis Islam di Burma, India, Sri Lanka, Afrika Utara, dan sebagian Asia. Sementara itu, ada beberapa negara komunis dan ateis yang tidak senang dan menekan hak-hak agama.

Ann Widdecombe, seorang politikus Inggris terkenal yang menganut agama Katolik diangkat sebagai utusan khusus untuk kebebasan beragama Aid to the Church in Need. Dia mengatakan bahwa dia semakin kuatir oleh laporan kekerasan yang ada. Dia juga menyoroti inkonsistensi upaya pemerintah Inggris dalam melindungi hak-hak minoritas di dalam negeri dan kecenderungan menutup mata terhadap penganiayaan orang Kristen di luar negeri. “Ini saatnya untuk menjulurkan kepala kita ke atas tembok pembatas dan berbicara atas nama orang Kristiani yang menderita karena iman mereka,” katanya. Kita sebagai orang Kristen memang harus siap menderita. Sama seperti Tuhan kita yang tidak dikenal dunia dan disesah, kita harus tahu bahwa kita pun bisa ditolak seperti itu, asal teguhkanlah hatimu.(ct/jc)

Penelitian: Berdoa Ampuh Meredakan Amarah

Orang bisa marah atas sebab apa saja seperti mendapat kritikan, ada komentar yang tidak baik atau masalah dalam kehidupan sosial. Jika mengalaminya cobalah untuk berdoa, karena studi menemukan doa bisa mengurangi amarah.
Studi baru yang dilakukan oleh para peneliti dari Amerika Serikat dan Belanda menunjukkan bahwa berdoa dapat membantu meredakan kemarahan, menurunkan sifat agresif dan mengurangi dampak dari provokasi.

Brad Bushman, seorang profesor komunikasi dan psikologi dari Ohio State University dan juga penulis penelitian mengungkapkan bahwa orang sering beralih ke doa ketika ia merasakan emosi negatif, termasuk marah.
“Kami menemukan bahwa doa bisa membantu seseorang mengatasi kemarahannya, kemungkinan dengan membantunya mengubah cara pandang dalam melihat suatu peristiwa yang membuatnya emosional,” ujar Bushman, seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (25/3).

Dalam penelitian yang hasilnya dipublikasikan secara online di Personality and Social Psychology Bulletin menemukan bahwa berdoa dapat membantu seseorang mengontrol kemarahannya, terlepas dari apapun agama dan tingkat keimanannya.

“Dampak yang kami temukan dalam percobaan ini cukup besar, hasilnya menunjukkan doa benar-benar bisa menjadi cara yang efektif untuk menenangkan kemarahan dan agresi,” ujar Bushman.

Ketika seseorang menghadapi kemarahannya mungkin bisa mempertimbangkan nasihat lama untuk berdoa dibandingkan memikirkan musuhnya. Hal ini akan membantu seseorang mengatasi emosi negatifnya.
Saat berdoa biasanya orang akan menjadi lebih tenang dan bernapas dengan teratur, kondisi ini bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks sehingga bisa mengendalikan amarahnya.

Ketika kemarahan muncul, maka otot-otot menjadi tegang dan otak melepaskan zat kimia yang dapat menyebabkan ledakan energi. Kondisi ini memicu jantung untuk berdetak lebih cepat, meningkatkan tekanan darah, napas menjadi lebih cepat, aliran darah meningkat ke lengan, kaki dan wajah yang membuatnya menjadi memerah. Pada beberapa orang tertentu kemarahan yang muncul seringkali diikuti dengan rasa sakit kepala baik tension headache (sakit kepala seperti ada yang mengikat kepala dengan ketat) atau migrain (hanya terjadi di satu bagian kepala saja) yang disebabkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi di dalam tubuh. (bbs)

Tuhan Ubah Kejadian Buruk Jadi Indah

Kesaksian Bethany Hamilton, Peselancar Satu Tangan

Memiliki hanya satu tangan tak menghalangi Bethany Hamilton, merupakan satu dari peselancar terkemuka di dunia. Dalam sebuah video, ia mengatakan bahwa Tuhan bisa mengubah kejadian buruk kedalam hidup yang
memuliakan Dia.

Dalam video I Am Second Hamilton mengingat kembali ketika tangan kirinya dimakan ikan hiu. Dengan sekuat tenaga, dalam usaha yang ke-3 kalinya akhirnya gadis yang waktu itu berumur 13 tahun, bisa kembali ke daratan.
Serangan hiu membuat Hamilton harus kehilangan 60 persen dari darahnya. Meski demikian, yang bisa dia pikirkan adalah segera ke pantai.

“Saya harus bertahan,” ingat Hamilton saat itu. “Saya hanya berbaring di sana dan berdoa sepanjang perjalanan menuju pantai, meminta pertolongan Tuhan.

Namun, dia ingat betul, dia mempunyai perasaan tenang dan damai daripada merasa kehilangan satu tangannya karena dia berfokus pada Yesus saat itu. Setelah petugas paramedis datang, dia mendengar ada seorang petugas paramedis yang mengatakan, “Tuhan tidak akan pernah meninggalkan engkau ataupun melupakan engkau.”
“Dari yang kelihatannya begitu menakutkan, Tuhan membuat kemuliaan bagi-Nya,” tutur Hamilton yang sekarang berumur 21 tahun di video itu.

“Saya bisa menjadi terang bagi banyak orang dan membagikan kasih-Nya.
Saya bangun setiap hari dan menghormati Tuhan dalam segalanya yang saya lakukan dan saya mungkin bisa jatuh, tapi apa yang ingin saya lakukan hanyalah mencintai Dia.”

Dua tahun kemudian, dia menjuarai NSSA (National Scholastic Surfing Association) National Championship tahun 2005. Sekarang setelah delapan tahun berlalu, Hamilton menjadi pekerja penuh waktu di ASP (Association of Surfing Professional) atau Asosiasi Profesional Peselancar. “Berada di lautan, ciptaan Tuhan, seperti hadiah yang Dia berikan untuk kita nikmati,” katanya mengenai berselancar.
Hamilton tidak takut untuk tetap berselancar dan berserah pada Tuhan.

Dia tidak trauma tapi malah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Gadis yang membintangi film Soul Surfer ini tidak menyerah pada nasibnya dan malah membagikan berkat buat semua, seperti dalam I Am Second. Gerakan I Am Second ditemukan oleh e3 Partners yang mencari jawaban dari pertanyaan yang sering diajukan mengenai kehidupan nyata setiap orang yang menemukan jawaban di dalam Kristus.   Mereka lalu membagikan kesaksian mereka melalui video dengan bermacam pergumulan, dari kekerasan sampai keegoisan, dan bagaimana mereka menemukan Yesus dan hidup penuh di dalam-Nya.(cp/jc)

Gender dan Kekuasaan Picu Kekerasan

Jumlah perempuan yang mengalami Kekerasan Berbasis Gender (KBG) masih tinggi, bahkan jumlah kasus yang didata masih merupakan fenomena gunung es. Ada banyak kasus KBG yang tidak dilaporkan atau diliput oleh media. Begitulah kata Dina Lumbantobing, Kepala Kajian dan Pengembangan Kapasitas Perkumpulan Sada Ahmo & Aliansi Sumut Bersatu (Pesada) ini.

Bukan tanpa alasan kalau KGB masih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan Data kasus Women Crisis Center/WCC Sinceritas–PESADA mulai Januari- Oktober 2010 menunjukkan bahwa dari total 85 kasus yang ditangani, 59 atau 69 persen di antaranya adalah KDRT (kekerasan dalam rumah tangga).

“UU PKDRT sudah ada sejak tahun 2004 namun perempuan korban kekerasan enggan melaporkan kasusnya. Aparat penegak hukum masih banyak yang belum peka gender dalam penanganan kasus. Dari 55 kasus KDRT di 2009, meningkat menjadi 65 kasus di tahun 2010 di Sumut,” ujar wanita yang hobi baca ini.
Bicara soal KDRT, Dina bilang, dari analisis yang ia pakai, yakni analisis gender dan kekuasan, ada kekuasaan yang timpang antara laki-laki dan perempuan karena masih memakai pola pikir patriarki yang dibawa perempuan maupun laki-laki yang jadi pemicu kekerasan terhadap perempuan. “Bahkan faktanya, di negara maju seperti Amerika, tinggi sekali kekerasan dalam rumah tangga dan kematian istri,” ujar ibu dari dua anak ini.

Memang, kata Dina, patriarki  atau cara pandang yang melihat kedudukan perempuan lebih rendah dari laki-laki, dimana cara pandang yang diukur dari mata dan pikiran laki-laki membuat posisi perempuan dalam hal ini sebagai istri kurang mendapatkan hak-haknya sebagai perempuan.

“Perempuan juga masih berkembang dengan pola pikir patriarki yang merasa dirinyalah yang harus memelihara nilai-nilai keluarga. Untuk itu Pesada melakukan pendekatan dengan penyadaran hak-hak terhadap perempuan. Kami dikenal sebagai lembaga yang sangat konsen penyadaran gender dengan analisis gender dan kekuasaan,” kata dia.
Yang sangat disesalkan Dina, bila laki-laki melakukan kesalahan, seperti melakukan KDRT, malah dianggap hal biasa dan bukan menjadi persoalan berat. “Inikan sangat aneh. Nah, kami mencoba memberikan pendidikan-pendikan publik, membangun kesadaran untuk feminis muda dan semua perempuan Indonesia soal gender, ” paparnya.

Menurutnya, bias gender juga sering dilakukan aparat penegak hukum saat menangani perempuan yang menjadi korban kekerasan rumah tangga. Saat perempuan korban kekerasan rumah tangga melaporkan ke polisi, justru aparat polisi yang menerima pengaduan korban malah menyalahkan korban dengan cara pemeriksaaan yang masih patriarki. “Kenapa kok bisa dipukul, telat masak ya? Lupa mandi ya? Lupa pakai make up ya? Dan pertanyaan lain yang justru menyudutkan perempuan yang sudah jadi korban KDRT,” kata Dina.

Begitu juga terhadap perempuan korban perkosaan juga masih menggunakan sistem patriarki. “Pakai baju apa saat kejadian? Apa baju kamu tersingkap waktu tidur? Pertanyaan apa seperti ini! Ini tidak menghargaain perasaan perempun sebagai korban dalam pelaporan,” ketus dia lagi.

Pada akhirnya, lanjut Dina, perempuan yang korban kekerasan rumah tangga dibujuk untuk berdamai. Padahal, apa yang dilakukan laki-laki dalam hal ini suami, sudah melanggar pidana. “Apa arti perdamaian? Bagi kami perdamaian bukan menghilangkan status kejahatan dan proses hukum harus tetap jalan. Ini keadilan yang sangat timpang,” tegasnya.

Dina tak menampik, banyak juga perempuan menjadi pelaku kekerasan ketika berada di pihak laki-laki. Misalnya, kekerasan itu dilakukan kakak ipar (perempuan), ibu mertua. “Karena banyak perempuan ketika dia berkuasa, dia menjadi poin dua wajah dan merasa berhak melakukan kekerasan terhadap orang lain. Ia memposisikan dirinya lebih tinggi. Ini ditambah dengan dengan fakta-fakta kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan karena minoritas agama dan lainnya,” paparnya.

Untuk itulah, Dina menegaskan kalau yang menjadi akar perhatian Pesada adalah gender dan kekuasaan. Sebab, gender masih terjadi dimana-mana.

Dina mengimbau agar perempuan sadar dengan hak-haknya. “Sadarlah perempuan, kamu setara dengan laki-laki. Ketika kamu punya posisi, punya kekuasaan, jangan tiru cara laki-laki yang menggunakan kekuasaan itu,” imbau  Dina.

Dina berpesan, jika kaum perempuan merasa tidak adil dengan menjadi korban kekerasan, baik kekerasan psisikis, seksual dan KDRT dan lainnya, jangan segan-segan melapor ke penegak hukum. “Dan Pesada siap menjadi advokasinya,” pungkasnya. (laila azizah)

Beli Rumah Jangan Ditunda-tunda

Membeli rumah dengan harga murah tentu dambaan semua orang. Namun, untuk mendapatkan rumah dengan harga murah dan berkualitas bukan perkara mudah. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan, termasuk yang paling utama adalah dari sisi keuangan. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membeli rumah murah untuk tempat tinggal.

Minta tolong kepada orang sekitar yang menguasai kondisi lingkungan. Jangan malu minta informasi dan pertolongan untuk dicarikan rumah murah yang sedang dijual di lokasi tersebut seperti hansip, satpam, tukang ojek, tukang warung, tukang becak, tukang jual makanan keliling, dan lain sebagainya. Dengan begitu kita punya banyak referensi dan pilihan sehingga memudahkan kita mencari rumah murah yang tepat sesuai kondisi keuangan kita. Jangan lupa beri imbalan secukupnya atas bantuan orang yang menolong kita. Selain itu rajin-rajin cari informasi di koran, internet dan agen properti serta balai lelang properti pun bisa jadi sumber informasi yang baik.

Belilah rumah murah dari orang yang butuh uang. Orang yang butuh uang akan berusaha secepat mungkin menjual rumah yang dimilikinya walaupun harga jualnya jauh di bawah harga pasar. Orang yang sedang butuh uang bisa saja kita dekati untuk kita tawar rumahnya dengan cara baik-baik walaupun tidak ada niat dijual. Bisa juga kita mendapat rumah murah jika kita beli dari orang yang kita kenal dekat atau ada hubungan saudara atau famili.

Beli rumah murah tanpa menunggu besok-besok atau nanti-nanti. Jangan tunda pembelian rumah, karena harga rumah akan selalu naik drastis secara otomatis jika kondisi lancar dan terkendali. Rumah murah adalah barang langka yang terbatas jumlahnya dan jumlah orang yang butuh rumah murah untuk tempat tinggal jumlahnya sangat banyak sehingga permintaan lebih banyak dari penawaran. Itulah yang menyebabkan harga rumah mahal. Bisa jadi kenaikan harga rumah tiap tahun lebih besar daripada uang yang mampu kita tabung dalam satu tahun.
Maka dari itu belilah rumah dari sekarang dengan bantuan kredit KPR bank. Jika kita tidak punya cukup yang maka kita bisa minta kekurangan atau pinjam uang sama orangtua untuk membeli rumah murah. Jika tidak ada orang dekat yang bisa kita minta pinjam duitnya, maka kita harus minta tolong pada bank. Sebelum mengambil KPR (akad kredit) sebaiknya lakukan survei ke banyak bank terpercaya untuk membandingkan suku bunga atau marjin, batas jumlah angsuran dari penghasilan, tipe sistem pembayaran bunga, kemungkinan pelunasan dipercepat, sangksi-sanksi, dan lain-lain.

Agar aman, gunakan bank syariah yang jumlah angsurannya tetap setiap bulan namun suku bunga atau marjin lebih tinggi dari bank konvensional. Jika Anda dapat banyak rejeki maka segera lunasi hutang KPR Anda karena biasanya Anda akan mendapat pembebasan pembayaran bunga. (net/jpnn)

Pasha-Adelia Siraman Mengharukan

Menjelang pernikahan Minggu (27/3) hari ini, pasangan Pasha Ungu dan Adelia Wilhelmina menjalani acara adat siraman di rumah Adelia yang akrab disapa Adel, di Jalan Margacinta, Bandung, Sabtu (26/3).

Pasha yang mengenakan kemeja biru dengan jas hitam langsung disambut Adel bersama keluarga besarnya di dalam rumahnya. Gadis yang berprofesi sebagai pramugari itu terlihat anggun mengenakan busana muslim dengan perpaduan warna silver dan ungu muda.

Prosesi acara penyambutan dilakukan di teras rumah Adel. Acara lebih dulu dibuka dengan sambutan dari kedua keluarga besar serta pengajian. Selanjutnya, siraman dilakukan untuk masing-masing calon pengantin yang tertutup bagi wartawan.

Prosesi siraman Adel dilakukan di rumahnya di Jalan Margacinta bernomor 30, sedangkan Pasha menggelar siraman di salah satu rumah yang berjarak sekitar 20 meter dari rumah tempat Adel menggelar siraman.

Wartawan hanya bisa melihat tahap demi tahap acara melalui LCD yang disediakan panitia. Kedua acara tersebut berlangsung penuh haru. Adel terlihat menangis tersedu-sedu saat meminta restu pada kedua orangtuanya. Begitu juga dengan Pasha terlihat kusyuk menjalani prosesi adat Sunda itu.

Kalau Nafsu Sadarkan Dengan Doa

Ayah vokalis Pasha Ungu, Syamsuddin Said, tak mau kalah ketinggalan semangatnya saat upacara Ngeuyeuk Seureuh digelar di kediaman calon istri anaknya, Adelia Wihelmina, di Jalan Margacinta No 180 RT 5 RW 2, Buah Batu, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (26/3). Usai Pasha membelah mayang jambe dan buah pinang lalu menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali yang bermakna, agar di masa depan rumah tangganya bisa saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.

Spontan saja Syamsuddin langsung bersemangat ketika diberi kesempatan Pangeuyeuk untuk menumbukkan alu. Alu yang ditumbukkan ke dalam lumpang sebanyak tiga kali juga mengandung filosofi hubungan intim suami istri yang diridhoi Allah SWT. Karena itulah, Syamsuddin mewanti-wanti Adelia, calon menantunya. “Adelia kalau Pasha lagi nafsu, kau tolak dia. Sadarkan dia untuk segera membaca doa dan shalawat,” pesan Syamsuddin. (net/jpnn)

Bayangan di Bola Matanya

Cerpen: Ahmad Ijazi H

Kupandangi bola mata istriku. Kulihat sebuah bayangan mengambang di sana. Meski hanya samar-samar, aku dapat memastikan, laki-laki yang tengah bersemayam di bola matanya itu adalah aku. Aku yakin sekali.

Tapi, kuperhatikan lagi. Lebih dekat lagi. Aku ingin memastikan, apakah laki-laki di bola mata istriku itu benar-benar aku?

Tapi… hei, sepertinya laki-laki itu bukan aku! Ah, tidak! Bagaimana mungkin bukan aku?
Kuperhatikan lebih lekat. Lagi. Sekali lagi. Kali ini aku benar-benar sesak nafas. Laki-laki di bola mata istriku itu benar-benar bukan aku! Hah, siapa laki-laki itu? Bagaimana mungkin bukan aku? Bukankah aku yang sedang berhadapan dengan istriku saat ini? Harusnya bayangan di bola matanya itu adalah bayanganku.
“Kau kenapa, Roy? Kenapa wajahmu pucat begitu?” tegur istriku mengejutkanku.
“Apa aku sedang bermimpi?”

“Bermimpi?” Istriku menautkan alisnya.
“Eee… di mana kita?” aku mendadak linglung.
Istriku memandangku aneh. Lalu dicubitnya lenganku. Auw, sakit! Aku meringis.
Istriku tertawa memerlihatkan barisan giginya yang putih dan rapih. “Kau ini aneh. Sudah jelas-jelas ini rumah kita.”
“Rumah kita?”
“Iya.”

“Sungguh?”
“Iya!” Istriku menarik pipiku gemas. Mungkin agak jengkel karena mengira aku mempermainkannya.
Kuperhatikan sekeliling. Aku benar-benar merasa aneh. Hampir di setiap dinding rumah ini terpajang lukisan. Ada lukisan bebatuan, hamparan pasir, tanah retak, gurun… Milik siapa itu? Aku tak pernah membelinya, apalagi memajangnya. Aku lebih suka dinding yang polos.
“Siapa yang memajang lukisan-lukisan ini?” Mataku tak berkedip memerhatikan lukisan-lukisan itu dari dekat.
“Bukannya kau yang memajang lukisan-lukisan itu seminggu yang lalu?”
“Aku?”

“Lukisan-lukisan itu hadiah dari Johan, kan?”
“Johan? Siapa dia?”
“Kau ini kenapa, sih?
Aku terdiam. Lama. Kuperhatikan bola mata istriku. Tajam.
Istriku mengernyitkan alis. “Kenapa kau menatapku begitu?”
Ya Tuhan… laki-laki di bola matanya itu benar-benar bukan aku!
“Matamu… sungguh indah!” aku tergeragap.
Kulihat lagi matanya. Lagi. Kali ini laki-laki itu melempar senyum kepadaku. Bah, apa maksudnya begitu? Geram sekali aku. Ingin rasanya menonjok wajahnya hingga bonyok. Dia pasti sedang mengejekku.
Istriku mengamati wajahku. Lama. “Roy… kau sakit?
“Ehh…”

“Wajahmu pucat sekali!” Istriku menjulurkan tangannya mengelus keningku yang hangat berkeringat.
“Aku baik-baik saja!”
“Tapi…”
Aku memandang matanya. Lagi. Dan senyum laki-laki itu benar-benar membuat aku terbakar cemburu!

***
Semalaman aku tak bisa tidur memikirkan bayangan laki-laki yang bersemayam di bola mata istriku. Siapa dia? Dan lagi… lukisan-lukisan itu? Aku tak pernah menyukainya. Tapi kata istriku, aku sendiri yang ingin memajangnya seminggu yang lalu. Kapan itu? Aku berusaha keras mengingat-ngingat, tapi tak pernah bisa.
Segera aku beranjak keluar kamar mencari istriku. Aku ingin melihat matanya. Aku ingin memastikan, apakah bayangan laki-laki itu masih bersemayam di bola matanya?

“Tania… Tania…!” aku memanggil-manggil istriku. “Kau di mana?”
Tak ada sahutan. Ah, ke mana dia? Aku mulai khawatir. Jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya. Kulangkahkan kaki lebar-lebar menuju ruang belakang. Dan… kulihat dia sedang duduk menghadap meja makan dengan dua buah piring berisi roti tawar dan selai kacang.

“Sudah satu jam aku menunggumu,” istriku cemberut.
“Menungguku?”Istriku menatapku dengan padangan aneh.”Kau ini kenapa, sih?”
“Eee…”

“Bukannya setiap hari aku begini? Kau kan yang mau?”
“Aku?”

Istriku membanting pisau selai yang digenggamnya. Lalu berlari meninggalkan meja makan dengan sesengukkan.
“Tania…” aku mengejarnya. Kusambar lengannya. Dia meronta pasrah dengan tangis yang tertahan. Kudekap tubuhnya erat.

“Maafkan aku telah membuatmu marah,” bisikku lembut.
“Selama ini kau tak pernah punya waktu untuk berbincang-bincang denganku kecuali saat sarapan pagi. Padahal aku ingin sekali kau ajak berlibur, atau setidaknya meluangkan waktu lebih banyak bersamaku…” tangis istriku pecah di pundakku.

Kuusap punggungnya lembut. Istriku kian sesengukkan.
Kulepas pelukanku. Kuusap air mata yang membasah di kedua matanya. “Kau jangan menangis lagi. Minggu depan aku usahakan ambil cuti kerja. Kita bisa berlibur sepuasnya.“
“Sungguh?” matanya tampak berbinar-binar.
Aku mengangguk melemparkan seulas senyum. Kulihat, mata istriku kian berbinar-binar. Seketika pula senyumku surut melihat bayangan laki-laki di bola matanya.
Dan bayangan laki-laki itu… bukan aku.

***
Ruangan kantor hari ini terasa amat dingin. Sangat berbeda dari hari-hari biasanya. Berkali-kali kuusap jemariku yang keram. Ah, aku benar-benar gelisah. Wajah istriku menari-nari dalam kepalaku. Sedang apa dia sekarang?
Kuambil handphone-ku. Kucari namanya. Kuhubungi. Tak aktif. Kucoba lagi. Berkali-laki. Tetap tak aktif. Aku semakin gelisah. Segera kutemui atasanku, meminta izin untuk pulang lebih awal.

Setiba di rumah, kudapati pintu terbuka. Dengan sedikit gemetar, aku melangkah masuk. Dari kejauhan, kulihat sebuah benda panjang tergeletak di lantai. Aku melangkah lebih dekat lagi. Ternyata benda panjang itu lukisan. Aku melangkah lebih dekat lagi. Kulihat sepasang kaki dengan sandal yang terlepas, menyembul dari balik lukisan. Aku melangkah lebih dekat lagi. Kulihat percikan darah. Aku melangkah lebih dekat lagi. Aku jongkok, membuka lukisan yang lumayan berat itu dengan tangan gemetar. Seketika, terlihat sesosok wanita dengan tubuh kaku dan wajah yang remuk.
“Tania?!”

***
Kepulan asap membumbung tinggi ke udara. Lidah api yang menjilat-jilat tampak rakus melahap lukisan-lukisan itu. Hatiku tercabik-cabik. Air mataku deras berguguran membasahi wajah istriku yang terbaring beku di pangkuanku.

***
Aku meraung-raung di pusara istriku. Elita menghampiriku. Mengusap pundakku lembut. “Roy, kau tak boleh begini…”

“Aku tahu. Apapun yang aku lakukan tak kan mungkin mengembalikan Tania lagi bukan?”
“Seandainya saja kau tidak membakar lukisan-lukisan itu…” Suara Elita terdengar lirih.
“Lukisan itu telah membunuh istriku!” darahku naik ke ubun-ubun.
“Lukisan itu tak pernah membunuh istrimu. Tuhanlah yang telah menakdirkan kematiannya.”
Aku menelan ludah.

“Seandainya kau tak membakar lukisan-lukisan itu… mungkin Tania masih hidup.”
Aku tertawa. “Kau sudah gila!”

“Terserah kau mau percaya atau tidak. Buktinya, aku masih hidup hingga saat ini juga karena lukisan.”
“Kau benar-benar sudah gila!”

Elita diam. Senyap. Lalu terdengar tangisnya yang menyayat. Mendengarnya, kepalaku pening bukan main. Kepalaku berdenyut-denyut. Sakit luarbiasa. Antara sadar dan tidak, kulihat sekelebat bayangan melangkah menghampiriku.
Laki-laki itu gemar melukis. Melukis bebatuan, hamparan pasir, tanah retak, gurun… Aku kerap menjadikannya selayak istriku, memeluk, mencium, bahkan menggumulinya. Suatu malam yang gerimis, kudengar tangisnya memekat usai mendengar pengakuanku yang akan menikah dengan Tania. Hingga esoknya… pemberitaan di televisi pun gempar menayangkan sesosok mayat yang tewas terjun dari lantai 5 pusat perbelanjaan…
“Roy… Roy…!” Seseorang menguncang-guncang tubuhku.

Aku membuka mataku. Seketika, kutemukan sepasang mata yang indah. Aku tersenyum, membalas senyum laki-laki yang bersemayam di bola matanya.***
Pekanbaru, Desember 2010

Ahmad Ijazi H adalah mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau. Pernah meraih beberapa penghargaan menulis diantaranya: Pemenang 1 lomba menulis puisi nasional HUT Majalah Story,  Pemenang 2 LMCR nasional (Lip Ice-Selsun Golden Award) atas cerpennya yang berjudul “Patung Ibu” tahun 2009, dan pemenang 3 LMCR yang sama atas cerpennya yang berjudul “Biola Arjuna” pada tahun 2010.

Jennifer Kurniawan Kesulitan Pakai Kebaya

KEBAYA yang penuh detail payet dan menjuntai dengan ekor yang panjang membuat penggunanya harus pasang tenaga ekstra, tak terkecuali model profesional seperti Jennifer Kurniawan.

Malang melintang di dunia model ternyata tetap menyisakan kesulitan bagi Jennifer Kurniawan dalam membawakan busana. Apalagi setiap busana itu memiliki tingkat kesulitan masing-masing, sehingga diperlukan kemampuan khusus dalam membawakannya.  Tak heran kalau model sekelas Jennifer Kurniawan pun masih menemui kesulitan saat mengenakan sebuah busana.

Hal tersebut diakui kekasih pemain sepak bola di klub Persema Malang Irfan Bachdim itu ketika diberi kesempatan membawakan busana pengantin tradisional khas Indonesia.

“Kebaya itu berbeda dengan busana lain yang cenderung ringan. Busana ini ternyata lebih berat ketimbang saat saya mengenakan jins atau celana pendek. Apalagi tatanan rambut yang di sanggul seperti ini makin menambah beban berat,” ungkap Jennifer.

Meski demikian, Jennifer mengaku senang atas kesempatan tersebut. “Ini adalah kesempatan pertama saya, tapi saya sangat senang sekali mengenakannya,” tutup Jennifer. (net/jpnn)

Kapan Cobaan itu Berhenti?

Oleh: Ramadhan Batubara

Tampaknya beberapa pekan ini buku tiada henti mendapat cobaan. Setelah didiskreditkan sebagai media bom, kini pusat penyimpanannya pun seakan dibom. Ya, meski tidak menggunakan bahan peledak, tanpa dana yang memadai bukan mustahil Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin akan lenyap kan?

Bagi pegiat budaya, mungkin berita ini bukan barang baru lagi. Tapi, sudahlah, akan saya ulangi untuk sama-sama ingat. Ceritanya begini, di tahun-tahun sebelumnya, PDS HB Jassin sempat memperoleh Rp500 juta tiap tahun. Kemudian, dana turun menjadi Rp300 juta. Tahun lalu, pengelola gudangnya ilmu para seniman, sastrawan, dan peneliti dalam dan luar negeri ini sudah terengah-engah menerima dana yang disunat menjadi Rp164 juta. Kini, lebih terkapar lagi, karena harus menerima hanya Rp50 juta.

Biaya tersebut tentu tidak cukup untuk membiayai seluruh operasional pusat arsip sastra itu. Untuk biaya pengasapan saja, butuh dana Rp40 juta. Idealnya, pengasapan pun dilakukan setahun dua kali. Belum lagi ditambah biaya 14 pegawai yang sudah setia mengabdi meski bergaji minim. Hm, bukankah itu sama dengan bom?
Entahlah, saya merasa apa yang dialami PDS HB Jassin ini sebuah keadaan yang sangat menyedihkan. Ayolah, meski Indonesia besar dengan budaya lisan, bukan berarti sesuatu yang berbentuk tulisan harus dihilangkan kan? Buktinya, sesuatu yang lisan di Nusantara ini pun lambat laun sudah dipindahkan ke tulisan. Dan, dokumen negara juga berbentuk tulisan kan? Ya, kecuali Supersemar yang fisik tulisannya sampai kini masih misteri. Nah, apakah pengurangan PDS HB Jassin juga sebuah usaha untuk meng’Supersemar’kan sastra?

Atas nama kebudayaan yang tentunya menjadi pondasi berdirinya sebuah bangsa hingga menjadi negara, sastra (baik lisan maupun tulisan) tampaknya bukan musuh yang memang harus dibasmi. Dana untuk menjaga koleksi sastra tersebut sejatinya tak begitu besar dibanding dana yang banyak disimpan orang tak bertanggung jawab di luar negeri sana kan? Tapi, entahlah, saya seakan kehabisan kata-kata untuk membahas ini. Apalagi, ketika saya sadar, yang tersimpan di sana bukan karya sembarangan. Ah…

Soal pusat dokumentasi semacam PDS HB Jassin, tentunya banyak yang telah mendapat manfaatnya. Salah satunya adalah saya. Ya, meski bukan PDS HB Jassin, saya sempat merasa sangat beruntung dengan tempat semacam itu.
Ceritanya pada 2001 lalu. Kala itu, saya ke Banda Aceh dalam rangka mencari bahan skripsi. Nah, tujuan saya adalah Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy (YPAH). YPAH menyimpan koleksi khusus naskah-naskah kuno yang mulai dihimpun pada 1992 oleh Ali Hasjmy, salah seorang budayawan, ulama, dan politisi terkemuka Aceh yang wafat pada 1998. Naskah-naskah tersebut umumnya diperoleh dari masyarakat Aceh sendiri, tentunya atas dasar kepercayaan kepada tokoh yang mereka hormati, Ali Hasjmy.
Berdasarkan angka tahun yang dibuat oleh pihak perpustakaan, naskah-naskah koleksi YPAH ini diperoleh antara tahun 1992 hingga 1995. Dan, tanpa kesulitan (malah sangat gampang dan murah) saya memperoleh bahan yang saya cari, Hikayat Putri Nurul A’la.Target selesai dan saya langsung pulang.

Nah, keberuntungan saya makin menjadi setelah tiga tahun kemudian, tepatnya ketika gempa dan tsunami Aceh. Pasalnya, saya sempat khawatir, apakah tempat yang menolong studi saya itu baik-baik saja?
Dan, terjawab. Ternyata, tragedi 26 Desember 2004 itu hanya merubuhkan rak-rak lemari penyimpan buku YPAH. Memang, sejumlah koleksi buku berjatuhan dan kemudian terendam air yang masuk setinggi sekitar 10 cm. Namun, dia tidak hancur dan koleksinya tak hanyut hingga kekayaan budaya yang dimiliki YPAH tak hilang.

Dan, saya makin bersyukur karena pada Agustus 2005, delapan bulan setelah tsunami terjadi, sebuah tim dibentuk untuk melakukan inventarisasi, katalogisasi, dan kemudian digitalisasi manuskrip koleksi YPAH ini. Tim tersebut merupakan kerja sama Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, PKPM Banda Aceh, dan Centre for Documentation and Area-Transcultural Studies (C-DATS) Tokyo University of Foreign Studies (TUFS) di bawah koordinasi Oman Fathurahman.
Dalam kegiatan tersebut, semua naskah koleksi YPAH dibaca satu persatu, dicatat, serta dikelompokkan ulang berdasarkan kandungan isinya. Katalog naskah YPAH ini telah diterbitkan pada Januari 2007 lalu oleh Tokyo University of Foreign Studies.

Hasil inventarisasi oleh Tim ini ternyata jauh berbeda dengan pencatatan yang dilakukan oleh Chambert-Loir & Fathurahman pada tahun 1999. Jumlah keseluruhan naskah koleksi YPAH adalah sebanyak 232 buah, dengan 314 teks di dalamnya.

Terus terang, setelah mengetahui kabar tersebut saya sangat bersyukur. Setidaknya saya merasa, kertas yang berisikan kalimat (yang bagi sebagian orang tak penting untuk pembangunan) masih bisa dinikmati generasi berikutnya.

Lalu, bagaimana dengan apa yang dialami PDS HB Jassin? Sumpah saya merasa kekhawatiran lebih hebat hingga tak bisa menerjemahkan pikiran saya. Bagaimana tidak, kalau dia dikalahkan alam mungkin masih bisa terima, tapi dia dikalahkan anggaran! Ah, sampai kapan saya tunggu waktu hingga bisa mengucap syukur karena dia bisa diselamatkan? Ada yang bisa menjawab? (*)
25 Maret 2011

Titi Kamal Ngebet Punya Momongan

Sudah tiga tahun menikah, Titi Kamal masih juga belum diberi momongan. Namun, perempuan bernama lengkap Kurniaty Kamalia ini tak berputus asa. Titi mengaku terus berusaha untuk mendapatkan sang buah hati dari suaminya, Christian Sugiono.

“Sampai sekarang tetap berusaha. Makanya sambil tunggu dikasih sama Allah. Aku menunggunya sambil ada kegiatan, bukan diam saja di rumah,” kata Titi saat ditemui di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta, kemarin.

Belum lama ini, Titi dan suaminya baru pelesirannya ke Cina. Ditanya  apakah momen itu dimanfaatkan usaha memiliki momongan, Titi mengelak. Titi dan Tian memang pelesir ke Cina selama 10 hari. Bukan liburan, tapi kerja.

“Kemarin ada program keliling Cina. Tapi rame-rame nggak berdua saja. lagian acaranya padat banget. Dari jam 06.00 pagi sampai malam, terus tidur dan capek banget. Jadi, enggak ada istirahatnya. Jadi nggak sempat ada berduaan,” papar cewek kelahiran Jakarta ini.  Pemain film Mendadak Dangdut ini mengaku,  pada awal pernikahannya sempat membuat program untuk menunda kehamilan.  “Tadinya kita sempat menunda, tapi  sekarang dikasih yah senang juga,” pungkasnya. (bcg/rm/jpnn)