25 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 15451

Gara-gara Ibu tak Pulang

Perasaan Freddy Sihombing (16), warga Perumnas Mandala, Gang Bersama, Medan Tembung, saat ini gundah gulana. Pasalnya, uang sewa rumah belum dibayar sementara ayahnya sudah meninggal dunia dan ibunya pergi ke Berastagi tak pulang-pulang. Akhirnya, dia pun menempuh jalan pintas dengan mencuri sepeda motor untuk membayar biaya sewa rumah. Akibatnya, Freddy kini mendekam di sel Mapolsekta Medan Kota.

“Saat itu aku pusing memikirkan biaya sewa rumah Bang. Bapak ku sudah meninggal dan ibu ku pergi meninggalkan kami, tidak pulang-pulang dari Brastagi,” kata Freddy kepada wartawan Sumut Pos di Mapolsekta Medan Kota, kemarin (22/3).

Nah, di saat hatinya sedang resah memikirkan uang sewa rumah, datang seorang teman yang mengatakan, ada sepeda motor yang bisa dicuri di depan Warnet Orange Jalan Bintang. Tanpa pikir panjang, Freddy pun langsung menjalankan aksinya. Dia berhasil mencuri sepeda motor Vega R BK 6676 UU milik Budiman Tanjung (27), warga Jalan FL Tobing/Bintang, Medan Timur.

Namun sial, aksinya tersebut ternyata terekam kamera CCTV yang terpasang di depan warnet tersebut. Nah, berkat bantuan rekaman CCTV tersebut lah Freddy berhasil diringkus Unit Reskrim Polsekta Medan Kota, setelah Budiman Tanjung mengadukan kasus tersebut ke polisi.

“Dari tangan pelaku, polisi menyita satu unit sepeda motor yang dicuri tersangka di depan Warnet Orange. Dari CCTV itu, ternyata ada masyarakat yang mengenali pelaku. Kemudian kita mencari keberadaannya hingga berhasil diringkus,” jelas Kapolsekta Medan Kota Kompol Sandy Sinurat.(adl)

Curanmor, Desertir TNI Ditangkap Brimob

MEDAN BARU- Oknum Disertir TNI AD dari kesatuan Batalyon 121 Macan Kumbang, terpaksa berurusan dengan Resmob Poldasu. Pasalnya oknum tersebut, Praka Romeldin Damanik (28) diduga terlibat dalam sejumlah aksi pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) di wilayah hukum Polresta Medan. Tak tanggung-tanggung, sedikitnya Romeldin berhasil menyikat 65 unit sepeda motor sejak 2006 lalu.

Tertangkapnya Romeldin bermula dari laporan Agung Triaman Hasibuan (17), warga Komplk Perumahan Villa Marindal III ke Mapolsek Patumbak, Senin (21/3) lalu. Dalam laporannya, Agung mengungkapkan, saat itu dia baru saja pulang sekolah dan berniat ke rumah temannya mengendarai sepeda motor Satria F BK 2491 AAR. Namun, sesampainya di Jalan STM, dia dihentikan tersangka yang saat itu mengenakan seragam TNI lengkap.

Tersangka meminta Agung untuk mengantarnya ke Pool Sampagul di Jalan SM Raja. Tanpa curiga, Agung memenuhi permintaan tersangka. Namun, belum sampai di tujuan, Romeldin tiba-tiba minta berhenti dan mengaku bahwa tas ranselnya tertinggal di Pool Bus Intra Terminal Amplas. Lantas, tersangka pun meminjam sepeda motor tersebut untuk mengambil tas ranselnya tersebut. Lagi-lagi, tanpa curiga, Agung memberikan sepeda motornya kepada tersangka.

Setelah ditunggu empat jam lamanya, namun tersangka tak juga kembali. Barulah dia menyadari kalau dirinya sudah ditipu oleh oknum berpakaian TNI tersebut. Agung pun membuat laporanya ke Mapolsek Patumbak dengan menumpang becak bermotor.

Namun pada Selasa (22/3) dini hari pukul 01.30 WIB, Agung melintas di depan Pool Bus Sampagul. Tanpa diduganya, dia melihat Praka Romeldin duduk di atas sepeda motor satria miliknya. Melihat itu, Agung langsung menghubungi temannya, anggota Brimob. Dengan cepat, tiga personel Brimob berpakaian sipil langsung menuju Pool Bus Sampagul dan berusaha menangkap tersangka.

Namun, Praka Romeldin melakukan perlawanan dan mengancam akan memanggil beberapa kawannya dari Bataliyon 121 Galang. “Kok berani kali kalian menangkap aku. Mau kupanggil kawanku dari 121 sana,” ujarnya. Namun ancaman tersebut tak ditanggapi, ketiga personel Brimob tersebut berusaha untuk memborgol tangan tersangka. Meski begitu, Romeldin masih tetap melakukan perlawanan dan sempat memukul seorang oknum Brimob yang hendak memborgol tanganya. Akhirnya, personel Brimob tersebut berhasil meringkus Romeldin dan langsung diboyong ke Mako Brimob Jalan KH Wahid Hasyim Medan.

Romeldin mengaku akan membawa sepeda motor Satria milik Agung itu dengan menggunakan bus Sampagul dan akan dijualnya kepada rekannya di Galang seharga Rp2 juta. Lelaki berbadan tegap ini juga mengaku selalu menggunakan seragam TNI lengkap untuk mengelabui para korbanya. “Yah percaya diri aja, karena aku kan masih TNI, cuma udah gak pernah masuk Bang,” celotehnya lagi. Romeldin mengaku, lari dari kesatuan sejak 2006 lalu. (mag-8)

Biaya Pra UN Dibebankan ke Siswa

Kalangan Pemerhati Dunia Pendidikan Salahkan Eddy Syofian

TEBING TINGGI- Hebohnya pesan dan gambar Pj Wali Kota Tebing Tinggi Eddy Syofian yang tertulis di lembar sampul soal pra Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat di Kota Tebing Tinggi mengundang reaksi berbagai kalangan.

Banyak kalangan yang kecewa dengan sikap Eddy Syofian. “Pesan tersebut bukan pesan mendidik, pesan tersebut sudah jelas muatan politisnya.

Karena masih banyak lagi pesan mendidik untuk siswa-siswi dan Pj Wali Kota salah penempatan,” ungkap pelaku dunia pendidikan yang enggan namanya dipublikasikan dengan alasan jabatan.

Sementara itu sumber di Dinas Pendidikan Tebing Tinggi menyebutkan dana pelaksanaan Pra UN tingkat SMA dinilai telah mencederai siswa. Soalnya dana pembuatan soal dibebankan kepada siswa yakni Rp5.000 per mata pelajaran. Sementara dalam pra UN tersebut ada enam mata pelajaran.

Dengan demikian setiap siswa dikenakan Rp30 ribu. “Disinilah Pj Wali Kota mengintruksikan rekanan pembuat soal ujian untuk mencetak gambar dan pesan Eddy Syofian,” uang sumber tersebut.

Sementara itu, sesuai rencana untuk Pra UN SMP dan SD dananya dibebankan dari BOS. Sementara tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan pra UN tidak pernah digelar.

Tak hanya itu, sumber tersebut juga memprotes pembuatan baliho yang bergambar Eddy Syofian dan pesan-pesan pendidikan yang disampaikannya. Soalnya, dana itu tidak ada di anggarkan dalam APBD. “Ini sudah menyalai aturan, masa mau kampanye untuk menjadi Wali Kota harus mengorbankan para siswa-siswi,” ujarnya.
Ketua LIRA Kota Tebing Tinggi, Syaiful Amuan berang melihat tindakan Eddy Syofian yang tidak etis memilah mana kepentingan siswa dan mana kepentingan politik.

“Hendaknya Eddy Syofian jangan memancing di air yang keruh, jangan dijadikan kesempatan tersebut sebagai media politik,” katanya. Terkait masalah ini, sambung Syaiful Dinas Pendidikan juga harus mengambil sikap. Syaiful juga menilai tindakan Eddy Syofian selama menjabat sebagai PJ Wali Kota Tebing Tinggi terjadi tindakan yang sewenang-wenang.
Sementara itu Kadis Pendidikan Kota Tebing Tinggi Pardamean Siregar mengaku bahwa permasalahan pesan dan gambar Pj Wali Kota Eddy Syofian tidak ada muatan politisnya.

“Pesan tersebut termasuk mendidik dan memotivasi siswa agar giat belajar,” ungkapnya.
Sebelumnya kepala sekolah salah satu SMK Negeri di Tebing Tinggi mengaku kebenaran pesan dan gambar Pj Wali Kota Eddy Syofian di lembar soal jawaban Pra UN tersebut.

Pertama membuka lembar Pra UN kerjasama dengan Bimbingan Tes Bima membuat dia terkejut. Dan bahkan siswa dan guru juga demikian. “Ada apa ini, kok lain modelnya. Setelah itu kepala sekolah memohon agar jangan memberikan keterangan, bisa bahaya nanti dengan jabatan,” terangnya.

Salah seorang siswa SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi yang menjadi peserta UN mengaku heran melihat lembar soal Pra Ujian Nasional bergambar dan pesan Pj Wali Kota tersebut.

Sebelumnya, Pj Wali Kota Tebing Tinggi, Eddy Syofian ketika dikonfirmasi Sumut Pos  mengatakan, jangan semua kegiatan yang dilakukan diartikan dengan kepentingan politik dan jangan selalu berpikiran negatif. (mag-3)

Warga Ujung Padang Desak Pemekaran

UJUNG PADANG- Komunitas Masyarakat Ujung Padang (Komupad) melakukan unjuk rasa mendesak Bupati Simalungun JR Saragih segera merealisasikan pemekaran Kabupaten Simalungun menjadi dua yakni Simalungun Hataran dengan ibukota Perdagangan serta Kabupaten Simalungun dengan ibukota Raya sebagai induk.

Massa yang berjumlah sekitar 200-an orang tersebut, mendatangi kantor Camat Ujung Padang, Rabu (23/3), bertepatan dengan adanya rencana kunjungan Bupati Simalungun ke daerah tersebut.

Massa yang dipimpin Tedo Suprapto dan Syahrul Efendi SE, dalam orasinya mendesak Pemerintah Kabupaten Simalungun benar-benar serius memperjuangkan pemekaran di tingkat pusat sampai final Simalungun dibagi dua.
Dalam orasi, disampaikan juga, Ujung Padang adalah daerah yang paling jauh dari Raya ibukota Simalungun. Masyarakat termasuk perangkat kecamatan harus menempuh 125 km, sehingga setiap berurusan ke ibu kota Kabupaten harus mengorbankan banyak waktu termasuk tenaga dan materi. Sementara jika pemekaran terjadi ke Perdagangan hanya memiliki jarak tempuh 30 km, sementara ke Batubara sekitar 20 km.

“Hanya satu kata mekarkan Simalungun atau kami bergabung ke Kabupaten Batubara. Sudah saatnya Simalungun dimekarkan, jangan hanya sekadar slogan pemilukada,” kata Suprapto menyampaikan isi spanduk yang dibawa rombongan.

M Iksan Lubis menyetkan Bupati Simalungun DR JR Saragih komit dengan pemekaran. Hal tersebut telah disampaikan dalam beberapa kesempatan termasuk ketika BP2KS mengadakan audiensi.(esa/smg)

Pejabat Terlibat Bakal Dipanggil Paksa

MEDAN- Kasus dugaan korupsi pembangunan tujuh gedung satuan kerja perangkat daerah (SKPD) senilai Rp4,8 miliar di Pemkab Batubara terus disidik. Tapi, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sumatera Utara kesulitan memanggil pejabat yang terlibat dalam kasus ini, meskipun sejak Februari 2011 tahapannya sudah naik ke tingkat penyidikan.
“Seharusnya hari ini (Rabu) ada jadwal pemeriksaan pejabat yang terlibat kasus ini, namun tidak datang dengan alasan sibuk di lapangan. Hal ini memang sudah berkali-kali menjadi alasan mereka,” ungkap Kepala Seksi Penyidikan Pidsus Kejatisu Jufri SH.

Lantas apa yang dilakukan Kejatisu? Ditanya begitu Jufri menjawab jalan satu-satunya adalah memanggil yang bersangkutan secara paksa. “Inilah teknisnya sedang kita rumuskan dan memang dalam waktu dekat juga kasusnya akan kita ekspos guna penetapan tersangka,” kata Jufri.   Disebutkannya, rencana pejabat yang akan dipanggil adalah pejabat pembuat komitmen (PPK), bendahara dan bahkan kontraktor. Soalnya dari hasil penyelidikan pembangunan tujuh gedung ini bermasalah.

Sesuai kontrak dana  yang dikucurkan tersebut direncanakan untuk membangun gedung permanen, namun tidak demikian yang terjadi di lapangan. Bangunan gedung tersebut dibangun dengan konstruksi kayu, sementara anggaran di kontrak sama dengan konstruksi beton. “Ini kan sudah menyalahi dan berpotensi terjadi kerugian negara,” ungkapnya.  Ketujuh kantor  SKPD yang dibangun adalah Dinas PU dan Pertambangan, Dinas Perikanan, Badan Kepegawaian Daerah, Dinas Pertanian, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Dinas Kehutanan. (dra/rud)

Kantor tak Terawat, Karyawan tak Gajian

Melihat Kondisi PD Pembangunan Binjai

Hidup segan mati tak mau.  Inilah yang terjadi di tubuh Perusahaan Daerah (PD) Pembangunan milik Pemerintah Kota (Pemko) Binjai, yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Bandar Senembah, Kecamatan Binjai Barat.
Rabu (23/3), sekitar pukul 12.15 WIB, wartawan koran ini mencoba mengunjungi kantor PD Pembangunan. Setibanya di lokasi, suasana tampak ramai, tetapi bangunannya terkesan tidak terawat. Dimana, hawa di dalam gedung terasa lembab dan kumuh disebabkan tidak ada penerangan.

Setelah lama memperhatikan, akhirnya wartawan koran ini bertemu dengan Ir Ayub Saipul, yang tak lain adalah Direktur PD Pembangunan. Untuk selanjutnya wartawan koran ini dipersilahan masuk ke ruangan di Bagian Umum dan bercerita tentang PD Pembangunan.

Menurut Ir Aub Saipul, ia menjabat Direktur PD Pembangunan sekitar 7 bulan. Bahkan, setelah ia menempati PD Pembangunan itu, situasi juga sudah terlihat kacau.

“Bagaimanalah saya bilang kacau, karyawan sudah tidak bergaji lagi, dan usaha yang ada sudah banyak yang tidak beroperasi. Sementara, gaji karyawan ini diambil dari penghasilan usaha yang ada,” ungkapnya.
Dikatakan Ayub, semenjak ia masuk ke PD Pembangunan, usaha demi usaha terus dilakukannya untuk kembali menghidupkan usaha yang kurang optimal.

Mulai dari  menghidupkan usaha air mineral dan perumahaan, sampai menggaji karyawannya.  “Usaha yang ada sekarang ini tinggal dua, yakni air mineral dan perumahan. Dari dua usaha ini, saya dapat menggaji karyawan saya Rp5 ribu per hari,” cetusnya.

Lebih jauh dikatakan Ayub, semenjak ia menjabat sebagai Dirut PD Pembangunan, belum pernah dikucurkan anggaran sedikitpun untuk mengelola usaha-usaha yang sudah dibuat.(dan)

UN tak Bisa Jadi Tolok Ukur

Kesenjangan mutu pendidikan di perkotaan dan di pedesaan menjadi salah satu faktor mengapa ujian nasional (UN) tidak bisa dijadikan sebagai ukuran dalam kelulusan siswa.

Karenanya, pihak sekolah diharapkan dapat mencari tolok ukur yang lain dalam menentukan kelulusan seorang siswa.

Hal ini disampaikan Dosen Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen Jinner Sidauruk SH MH kepada wartawan Sumut Pos Jhonson P Siahaan, beberapa hari lalu. Berikut petikan wawancaranya.

Apakah Anda setuju dilaksanakannya UN?
Saya selaku pengajar, sangat tidak setuju dilaksanakannya UN, apalagi hasil UN itu dijadikan dasar penilaian kelulusan siswa. Ini jelas tidak bisa. Karena, soal yang diujikan dalam UN berasal dari pusat, sementara mutu pendidikan di perkotaan dan pedesaan atau di daerah tentunya jauh berbeda, karena pendidikan di daerah memiliki keterbatasan dalam berbagai hal. Jadi, ini tidak bisa disamaratakan.

Lalu, bagaimana dengan nilai standar kelulusan UN 5,5?
Sah-sah saja kalau nilai kelulusan UAN itu 5,5. Tapi, jangan disamakan semua nilai kelulusan UN itu anara siswa di perkotaan dengan siswa yang ada di pedesaan, karena di daerah itu masih ada yang mutu dan kualitas pendidikannya sangat rendah.

Jadi, jika UN tidak dijadikan dasar penilaian kelulusan siswa, lalu apa saja yang bisa dijadikan dasar penilaian?
Seperti yang saya katakan tadi, UN belum bisa sepenuhnya dijadikan sebagai tolok ukur kelulusan siswa. Masih banyak yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur, di antaranya nilai ujian sekolah, ujian setiap bulannya, nilai tugas dan kerajinan siswa itu sendiri.

Bicara soal mutu pendidikan, menurut Anda, apa saja yang harus dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan?
Cukup banyak yang harus dilakukan. Pihak sekolah paling tidak harus melengkapi sarana dan prasana yang ada di sekolah itu sendiri. Tidak hanya itu, mutu guru juga perlu ditingkatkan lagi. Dan yang paling perlu, gaji guru perlu juga dinaikkan sehingga para guru dapat mengajar dengan serius dan tenang.(*)

Selalu Minta Makan Usai Tampil Ceramah

Syifa A Harahap, Dai Cilik yang Bersinar

Intonasi nada yang tegas di setiap ucapan mengundang decak kagum seluruh audiens Festival Anak Sholeh Indonesia ke-VIII 2011 di Pendopo Universitas Sumatera Utara (USU), Rabu (23/3). Bagaimana tidak, karena semua itu datang dari Syifa Arikah Harahap yang bertubuh mungil.

INDRA JULI, MEDAN

Saat namanya disebut, gadis kecil yang serasi dengan baju kurung putih itu menemui ibunya untuk menjabat tangan serta menciumnya terlebih dahulu. Langkahnya pun tegas saat menaiki panggung mengambil mikrophone dan menyapa seluruh audiens dengan sebait pantun.

“Saudara-saudara pasti punya idola. Apakah idola Anda karena rupanya yang rupawan atau suaranya yang merdu? It’s no problem. Taukah Anda idola saya?” ucap putri Roni Alfiansyah Harahap dan Juli ini.

Naskah pidato bertemakan Muhammad SAW Idolaku pun dibawakan dengan fasih. Demikian pula gerakan tubuh yang menyempurnakan maksud dan tujuan dari naskah. Hanya saja waktunya yang singkat, yaitu tujuh menit tidak cukup untuk memperlihatkan aksi putri ketiga dari empat bersaudara ini seluruhnya.

Kepada Sumut Pos, Syifa yang merupakan siswi kelas IV Misguppi ini mengaku bila aksi yang dipertunjukkan merupakan hasil persiapan selama dua minggu. Meskipun begitu tidak sedikit pun terlihat rasa gugup sepanjang penampilannya. Aksi penutup yang dilakukan pun disambut aplaus dari audiens.

Syifa sudah menyukai kegiatan berpidato sejak duduk di Taman Kanak-kanak. Hal itu pun terus diasah dengan latihan yang konstan. Hasilnya ratusan piala diraih dari setiap kejuaraan yang digelar di Kota Medan. Seperti Juara I Pidato Dai Cilik yang digelar dalam rangka perayaan hari jadi H Anif di Masjid Al Musanif Cemara Asri belum lama ini.
Syifa yang bercita-cita menjadi ustadzah ini juga keluar sebagai Juara I di acara Ramadan Fair Piala Bupati Deli Serdang 2010 lalu. Juara I Pidato Dai Cilik di Merdeka Walk Medan 2010. Juara I MTQ Kota Medan, Juara I Busana Muslim Kota Medan, Baca Hafalan Surat yang dilaksanakan Pemuda Muslim Indonesia di Menteng VII 2010.
“Dia memang suka pidato. Kalau ada orang ceramah dia juga suka memperhatikan trus dicoba di rumah. Kalau piala sudah seratusan lebih ada di rumah,” ucap sang ibu, Juli.

Meskipun begitu, Syifa tetaplah anak-anak kebanyakan. Mereka masih suka dimanja dan akan kecewa bila ada keinginan yang tidak dipenuhi. Terlebih saat dirinya meraih prestasi yang membanggakan. Begitu juga Syifa yang suka minta dibelikan makanan setiap usai lomba.

Seperti usai tampil di FASI 2011 itu, Syifa langsung minta dibelikan ayam penyet kepada kedua orangtuanya yang setia menemani. Namun kali ini keinginan itu pun harus ditunda sementara mengingat hasil lomba belum lagi diumumkan. Uang hadiah yang diharapkan untuk memenuhi keinginannya pun belum terlihat.

Namun sesuai dengan kerudung putih yang dikenakan, Syifa pun memiliki hati yang putih. Tampaknya dirinya memahami penghasilan sang ayah sebagai anggota Satuan Polisi Pamong Praja di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Dirinya lalu mengalihkan perhatian dengan bermain balon bersama temannya.

“Dia memang suka minta makanan setiap habis tampil. Karena keinginan anak kita, kadang uang hadiah yang ada kita belanjakan beli ayam penyet kesukaannya. Yang penting Syifa nya senang dan lebih bersemangat. Di sekolah juga dia masuk 12 besar kok,” ucap sang ayah, Roni Alfiansyah Harahap.

Ya, Syifa Arikah Harahap masih berusia sembilan tahun duduk di kelas IV Misguppi namun sudah meraih banyak prestasi. Syifa pun bertekad menjadi wakil Kota Medan pada FASI 2011 tingkat Provinsi yang akan dilaksanakan Juli mendatang. Semoga sukses dai cilik dari Kota Medan. (*)

Ada Lubang di Pasar I

08126481xxx
informasi pak, tolong disampaikan ada lubang di dekat Pasar 1 Padang Bulan ada lubang galian tak ada tanda, sudah sering orang kecelakaan. Terima kasih dari Simon Petrus Munthe.

Akan Diperbaiki

Terimakasih informasinya, kami akan koordinasikan dengan Dinas Bina Marga Kota Medan terkait jalan berlobang ini. Sebab, kami di Pemko Medan komitmen melakukan pembangunan yang terbaik untuk infrastruktur Kota Medan. Kami akan tugaskan Dinas Bina Marga segera menurunkan petugas, khususnya armada yang bergerak setiap saat agar segera memperbaikinya.

Syaiful Bahri
Sekda Medan

Jangan Dibiarkan

Kerusakan jalan di Kota Medan belum juga bisa diperbaiki, padahal sebenarnya seluruh jalan di Kota Medan harus baik. Apabila tetap dibiarkan rusak, tanpa segera mungkin diperbaiki. Tentunya hal itu sia-sia saja.
Selanjutnya, kami sangat berharap kepada Pemko Medan untuk menerapkan pembangunan yang berkualitas, hal ini supaya fasilitas publik lebih baik di Kota Medan.

Saya tegaskan, di Kota Medan tidak ada orang yang boleh celaka akibat kerusakan fasilitas publik. Maka, dari itu setiap fasilitas publik harus dijaga dan tetap dipelihara.  Terimakasih.

Ikrimah Hamidy
Wakil Ketua DPRD Medan

Dana Beasiswa Bidikmisi

087868028xxx

Assalamualaikum kepada yth Bapak pembantu Rektor USU, kenapa sampai sekarang dana beasiswa Bidrikmisi belum juga tersalurkan kepada kami, padahal menurut peraturan dananya akan disalurkan awal bulan tolong penjelasannya Sumut Pos jaya trus.

Tunjukkan Jati Diri

Terimakasih laporannya,  kami jelaskan untuk dana beasiswa di USU ada yang diserahkan langsung ke rekening mahasiswa dan adapula diserahkan melalui rekening rektorat USU. Memang, bantuan beasiswa itu baru ada ada 2010. Kami, mohon diberikan tentang kejelasan jati dirinya, angkatan berapa dan program studi apa. Saya akan cek langsung.

Bisru Hafi
Kepala Humas USU