26 C
Medan
Thursday, December 25, 2025
Home Blog Page 15533

Upacara Terakhir

Cerpen :  Panda MT Siallagan

Malam menjelang Lebaran di kampung kami selalu berlangsung eksotis. Usai takbiran, hampir seluruh warga memilih terjaga sambil menunggu detik-detik suci keesokan harinya. Anak-anak biasanya bermain riang di halaman, kaula muda berkumpul di warung kopi antara ngobrol dan menonton televisi, sedangkan orang-orangtua berbincang tenang di rumah bersama sanak saudara yang pulang dari rantau. Suasana itu terasa lebih unik karena obor biasanya dinyalakan di halaman setiap rumah. Lepas tengah malam, anak-anak dan kaula muda akan kembali ke rumah. Kampung itu segera sepi.

Dulu, aku masih bagian dari anak-anak itu. Bertahun-tahun kemudian, aku berubah jadi bagian dari kaula muda itu. Kini usiaku 35 tahun, sudah kehilangan tempat. Saat pulang tahun ini, kulihat anak-anak dan kaula muda berduyun-duyun ke tanah lapang SD di kampung itu. Konon ada tontonan menarik. Terdorong keinginan menikmati angin malam desa yang kerap memicu rindu di tanah rantau, aku ikut bersama rombongan. Di tanah lapang, anak-anak muda berkerumun, berdiri membentuk formasi lingkaran. Semua mata tertuju ke pusat lingkaran.

Pusat lingkaran itu adalah seorang lelaki yang sedang duduk bersila di tanah. Di depannya menyala dua lilin kecil sebagai penerang. Mata lelaki itu menatap tajam ke langit malam, mulutnya meracau memuntahkan kalimat-kalimat kacau. Awalnya kupikir pertunjukan sirkus. Tapi perlahan, racauan lelaki itu makin jelas. Aku mendengar, lelaki itu berteriak, cintaku yang elok, cintaku yang indah, datanglah, datanglah. Orang-orang yang menonton mulai cekikikan. Aku semakin penasaran. Kusibak barisan anak-anak itu, mencoba menerobos ke tengah. Tiba-tiba, dengan gerakan cepat, lelaki itu mendongakkan kepala, meludah ke udara, lalu berteriak, “Anjingggg. Pergi kalian semua. Setaannn. Kalian nggak ngerti sakitku. Aarrrggghhh…..”

Astaga! Aku kenal lelaki itu. Tapi bagaimana aku harus bercerita? Nama lelaki itu Jogal. Warga kampung kami akan selalu ingat, ia adalah hantu penebar resah. Saat berusia lima tahun, ia sudah mahir memanjat pohon-pohon tinggi. Jika pohon petai tua dekat balai desa berbuah, Jogal selalu mendapat peran memanjatnya. Dengan arit terselip di pinggang, ia tangkas menaklukkan dahan demi dahan, berpindah dari ranting ke ranting, memotong tangkai-tangkai, lalu berjatuhanlah buah-buah petai itu. Kadang orang-orang ingin menangis menahan nafas, gerun menyaksikan tubuhnya menggelantung di ranting-ranting kecil.

Di sekolah, Jogal kerap jadi sasaran kemarahan guru, sebab ia suka memanjat tiang bendera sambil menyanyikan Indonesia Raya. Berkali-kali disebat, ia bertahan melakukan hobinya itu hingga suatu hari tiang bendera bambu itu patah. Itulah sejarah berdirinya tiang bendera besi di SD itu dan hingga kini masih terpatri kokoh. Ia juga kerap memanjat dinding sekolah, menjebol asbes, naik ke loteng, lalu membawa turun anak-anak burung gereja. Di hadapan teman-teman, ia membunuh anak-anak burung gereja itu secara menyedihkan. Aku sedih dan marah setiap mengingat itu.

Keahlian memanjat itu kemudian digunakannya untuk mencuri, memetik cengkeh, mangga, jambu, rambutan, kelapa dan pinang milik warga. Ia menjual hasil bumi itu kepada tengkulak yang datang setiap akhir pekan. Tetua-tetua kampung kerap memanggil abah dan emaknya untuk dimintai pertanggungjawaban. Jika sudah begitu, alamat Jogal kena bantai. Abah akan menghantam punggungnya dengan kayu, bahkan betisnya kerap dilibas dengan rantai sepeda hingga berdarah-darah. Aku pernah melihatnya dan gemetar setiap mengenang hal itu. Konon, setelah tanah ulayat milik leluhur mereka terjual kepada pengusaha dari kota, abahnya kehilangan pekerjaan dan beralih menjadi sopir truk. Tapi profesi itu tak lama digeluti dan abahnya pulang ke desa tanpa membawa harapan. Sejak itu, ia suka berjudi, menenggak tuak, berkelahi dengan sesama pemabuk, juga kerap memukuli istrinya, terlebih ketika wanita kurus itu tak gesit mencari upahan ke kebun sawit untuk dihabiskan di meja judi. Sangat menyedihkan.
Akibat kenakalannya, Jogal harus menjalani SD selama 9 tahun. Saat lulus, teman-teman sebayanya sudah SMA dan mulai berserak ke berbagai kota. Jogal tidak melanjut ke SMP dan mendadak berubah baik, membantu emak mencari nafkah sebagai pekerja upahan.

Suatu hari, saat anak-anak sekolah liburan, Jogal menyatakan cinta kepada Mirna, putri kepala dusun, si cantik yang pintar. Kabar itu menyebar di seantero kampung dan Jogal dicela sebagai lelaki tak tahu diri. Secara bersamaan, menyebar pula kabar bahwa emak Jogal memiliki banyak utang kepada si kepala dusun. Jogal pergi dari desa itu, merantau ke Lampung, mengikuti pamannya, pedagang pengumpul karet. Lama tak ada kabar, hingga suatu hari ia pulang membawa perempuan bunting. Abah dan emak meradang murka, tapi nasi sudah jadi bubur. Jogal dinikahkan dengan perempuan itu.

Untuk menghidupi istrinya, ia bekerja sebagai buruh harian di perkebunan kelapa sawit milik swasta, dan tidak ada masalah sejauh itu. Ia tampak sayang sangat pada istrinya, rajin bekerja, dan jarang pergi ke kedai atau berjudi sebagaimana kebiasaan abah. Saat putri pertamanya lahir, warga menyaksikan, Jogal sangat telaten mencuci, mengangkut air dari pancuran, memasak, dan memandikan bayinya. Entah apa yang terjadi beberapa tahun kemudian, istrinya tewas bakar diri. Jogal agaknya hanya baik di mata khalayak, tapi di rumah ia kerap menganiaya istrinya, hingga depresi dan akhirnya bunuh diri. Tapi ada yang bilang, istrinya bukan bunuh diri, tapi sengaja dibakar Jogal.

Aku sudah kuliah waktu itu. Cerita mengerikan ini kudengar dari ibu ketika pulang liburan. Menurut ibu, tak lama setelah istrinya tewas, Jogal raib lagi dari kampung, sementara abah dan emak menutup diri, malu pada orang sekampung.

Setahun berselang, kehidupan orangtuanya kembali normal. Ayahnya kembali mengunjungi kedai. Ibunya, sambil menggendong Lumi (putri Jogal), kembali bercampur dengan ibu-ibu lain. Sejak itu pula, nama Jogal jadi bahan pembincangan, tapi dengan citra berbeda. Konon Jogal sudah sukses di Pekanbaru, berhasil jadi pengusaha di kota bertuah itu, dan sudah memiliki rumah dan mobil. Sekedar diketahui, ada kebiasaan buruk berlaku umum di kampung kami, yaitu kebiasaan menggadang-gadang anak di rantau: sudah punya rumah, mampu beli ini-itu, meski kenyataannya taklah demikian. Orangtua sangat bangga menceritakan kepada seisi kampung bahwa anaknya mengirimi mereka uang setiap bulan, dan itu disengaja agar muncul kesan bahwa anaknya itu benar-benar sudah sukses. Perantau juga memiliki keburukan serupa, selalu mengirim uang ke kampung agar tersiar kesuksesannya, sementara di kota mereka hanya makan mi instan campur nasi. Maka cerita tentang kesuksesan Jogal tak sepenuhnya dipercaya. Orang-orang menduga, itu sengaja dilakukan orangtuanya untuk memulihkan harga diri. Tapi ketika orangtuanya membangun rumah, orang-orang tersentak dan mulai percaya, meski tetap ada yang curiga sebab Jogal tak pernah pulang. Sebab lumrah juga perantau pulang setiap Lebaran, menyewa mobil, merayakan hari kemenangan itu dengan hura-hura. Tapi kita tahu, sekembalinya ke kota, mereka pontang-panting bayar utang. Tapi, bagaimanapun, Jogal telah berhasil menorehkan gelar sebagai perantau sukses. Saat itu aku sudah sarjana dan bekerja sebagai supervisor di sebuah supermarket, meski latar belakang pendidikanku adalah sarjana pendidikan. Sebenarnya aku ingin mengabdi sebagai guru, tapi itu tak mungkin sebab honor sebagai guru tiada pernah cukup untuk biaya sehari-hari, sementara untuk jadi pegawai negeri sipil, abah tak punya uang membayar pelicin. Sudah berkali-kali aku ikut ujian dan mengikutinya tanpa kesulitan, nyatanya aku tak pernah lulus.
Secara fisik, Jogal termasuklah budak beruntung. Tubuhnya tinggi besar, hidung mancung, bulu dan alis menghias lebat pada mata yang bersorot kokoh dan tajam. Ia mewarisi tubuh abah, mengambil bagian-bagian elok dari emak seperti alis dan mata itu. Waktu duduk di kelas tiga SD, tubuhnya sudah sebanding dengan anak-anak SMP, sehingga ia berkuasa sebagai ‘bos’ di sekolah. Tiada seorangpun punya berani menantang dia punya kekuasaan, sebab ia bertenaga sangatlah kuat dan teramat suka ia berkelahi. Sedikit saja ia punya teman berbuat salah, ia akan memukul. Maka, ketika ia berubah sikap daripada yang jahat setamat SD itu, orang sekampung merasa lega dan lapang hati.

Tapi tiada yang tahu, di sebalik itu, aku merasa terteror. Suatu hari Jogal mencegat masa balik dari sekolah, dan memberikan sepucuk surat yang menyatakan denyut cintanya padaku. Aku tiada menanggapi surat itu, hingga di waktu lain, ia kembali memberikan lagi sepucuk surat lainnya. Isinya sama, tapi lebih berani. Ia mengatakan hendak memperistri aku, dan ihwal perubahan diri jadi elok daripada yang jahat, ia sebut sebagai wujud keseriusannya mencintaiku. Percampuran jijik dan rasa takut menjalari penuh hatiku masa itu. Meski diam-diam aku mulai tertarik pada budak lelaki, tapi cara terang-terangan seperti Jogal punya laku itu membuatku ngeri. Amat tegas, melalui surat juga, kutolak hasrat dan inginnya. Ia tiada mengatakan apa-apa, tapi tak berapa lama, pernyataan cintanya kepada Mirna menyebar. Dari Lampung, ia berkirim surat ke sekolahku. Ia mengaku pergi dari desa karena malu atas perlakuan Mirna yang turut menghina kemiskinan abahnya. Dan, katanya, ihwal pernyataan cinta itu sengaja ia lakukan mencari perhatianku sebab ia sangat kecewa menghadapi penolakanku. Surat itu diakhiri dengan ancaman, bahwa hidupnya akan hancur jika aku tetap menolaknya. Setahun kemudian, ia pulang membawa perempuan bunting itu.

*****
“Anjinggg! Kalian pikir aku gila? Setannn! Ayo bubar kalian,” Jogal terus berteriak. Orang-orang perlahan menjauh. Tiba-tiba ia meniup lilin di hadapannya. Tanah lapang sekolah itu gulita seketika. Bersama orang-orang, aku bergegas meninggalkan tempat itu. Di kegelapan, Jogal berteriak lagi, “Kalian dengar, ini ritual terakhir. Ini ritual terakhir. Tak akan ada lagi penderitaan. Matahari menjilat peluh, sebaik jatuh dikuras letih. Siang jadi peta neraka. Angin jiwa anak menyeru sejuk. Truk berpunggung kayu, menderu diburu amarah bara. Seperti datuk dikepung api, meradang keringkan jiwa. Untai doa, pulangkanlah uap peluh. Tibakanlah ringai alam murka bah, hujan badai mata hati bocah. Tidur melayang dari benak anak. Dengkur luka abah dan emak menerbangkan uap tikar pandan. Keluar dia menemani dingin, bertembang bersama bulan. Alam kosong, berucap mulutmu. Bumi gersang, berkedip matamu. Jika mati kampung, berhembus nafasmu. Jika punah tanah,  mengelus tanganmu. Aku bocah menadah tangan di tanah leluhur. Tanah leluhur, jiwa kosong. Tanah ziarah, gersang ruh. Tanah leluhur, kampung mati. Tanah ziarah, tanah mati. Tanah punah. Tapi aku selalu pulang menggelombang, menjilat bibir bandar, meneguk aliran hidup di mata pelacur. Kuawankan rasa, kemendungkan mata, kuhujankan rindu. Kuingin jantung tak menyala tapi alkohol membakar jiwa. Dayu lagu tak henti menyulut kenangan jadi bara jadi abu.

Usai berteriak-teriak macam orang tak waras, sayup-sayup terdengar Jogal sesunggukan. Aku hampir tergoda untuk membujuknya, tapi kubulatkan niat meninggalkan tempat itu. Setiba di rumah, emak bercerita, sudah hampir setahun Jogal pulang. Saat ia tiba di kampung, kisah indah tentang kesuksesannya berganti jadi cemoohan-cemoohan menyakitkan. Reputasinya sebagai perantau sukses runtuh seketika. Ia pulang sebagai lelaki sampah, dengan tubuh sangat kurus, wajah disemaki cambang, mata cekung, dan rambut acak-acakan. Ia menderita batuk akut, membuang dahak di sembarang tempat. Seperti mencari hal-hal yang hilang, ia selalu keluyuran pada malam hari di jalan-jalan kampung. Sejak ia pulang, kabar-kabari menyebar. Ada yang bilang, ia adalah perampok kelas kakap selama merantau. Sebagian berkata, ia pengedar narkoba lintas provinsi, sekaligus pemakai, sebab itu otak dan tubuhnya hancur. Tak kalah menyakitkan, ada yang menyebut ia germo, penjual anak-anak gadis ke Malaysia dan Singapura melalui Batam. Yang terakhir ini, aku tak percaya sebab aku tahu ia tak pernah menginjakkan kaki di pulau Batam. Tiba-tiba aku merasa bersalah.

Emak melanjutkan cerita. Saat tiba di kampung, kondisi Jogal belum terlalu parah. Ia mulai suka berteriak beberapa minggu belakangan dan lari-lari telanjang di jalanan kampung. Berkali-kali dipasung, tapi selalu berhasil membebaskan diri. Adakalanya ia waras, dan menjadi sangat ramah pada setiap orang. Hari hampir subuh, emak terus bercerita, termasuk kepergian bapak-ibunya dari desa itu karena tak tahan menanggung malu. Tiba-tiba, saat emak asyik bercerita, terdengar ketukan di pintu rumah kami. Saat kubuka, Jogal berdiri dengan pakaian rapi. Kami sangat terkejut. Secara refleks, bapak mengambil golok untuk jaga-jaga. Emak bergetar menahan rasa takut. Tapi Jogal tersenyum dan meminta kami tidak takut. Kebisuan menyergap, lalu pecah saat Jogal berkata, “Syukurlah kau pulang. Hanya kau yang kutunggu. Aku mencintaimu.”

Setelah mengucapkan itu, Jogal pergi. Bapak dan ibu tak bertanya tentang apapun. Esok harinya, Jogal ditemukan tewas gantung diri di kamarnya. Aku menangis dan hambur ke pelukan ibu. Lama aku tak pernah sesedih itu.
Pematangsiantar, Oktober 2008

Perempuan Masa Kini Tak Bisa Memasak dan Menyetrika

Perempuan saat ini semakin berdaya, dan mampu bersaing dalam karier. Perusahaan tak ragu menempatkan perempuan di level manajerial dengan gaji yang tinggi.

Sayangnya, tak banyak dari kaum perempuan masa kini yang mampu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak atau bersih-bersih. Para peneliti mengatakan, hanya 51 persen perempuan di bawah 30 tahun yang bisa memasak sesuatu yang dipanggang, dan hanya 82 persen dari perempuan yang lahir dari era baby boomer yang tahu pasti cara memasaknya.

“Perempuan masa kini cenderung lebih sibuk, harus menanggung peran ganda, dan cukup siap berkompromi dengan pekerjaan rumah tangga untuk menghemat waktu,” jelas peneliti sosial, Mark McCrindle, pada Courier-Mai Australia.
Ia menambahkan, karena sekarang sudah banyak tempat laundry dan toko kue, kaum perempuan merasa tidak perlu membuat kue atau menyetrika pakaian sendiri.

“Kita hidup dalam budaya dimana, ketimbang memperbaiki sesuatu -meskipun itu cuma menisik atau memasang kancing yang lepas- lebih baik kita membeli yang baru,” tukasnya.

Sepertinya, banyak perempuan yang akhirnya kehilangan kemampuan ini. Bila ada sesuatu yang ingin dibetulkan, perempuan masa kini akan mengirimnya ke drycleaner saja, karena mereka sibuk dan tidak mampu melakukannya.
Lucunya, meskipun perempuan tak menguasai lagi ketrampilan yang feminin seperti memasak atau menyetrika, kini mereka lebih mampu mengerjakan tugas-tugas yang maskulin.

Penelitian yang sama menunjukkan, lebih dari 70 persen perempuan di bawah 30 tahun yang biasa membuang sampah, memotong rumput, atau mencuci mobilnya sendiri.

Nah, hal inilah yang perlu dipertanyakan. Apakah tugas-tugas yang khas dilakukan kaum perempuan memang lebih sulit dikerjakan, atau membutuhkan ketrampilan khusus (memasak atau menyetrika hingga licin, misalnya)?
Ataukah mereka hanya tak ingin memilih antara pekerjaan maskulin dan feminin, dan mengerjakan apa yang mereka kuasai saja? Bagaimana dengan Anda sendiri? Apa pekerjaan rumah tangga yang masih Anda lakukan sendiri? (net/jpnn)

Tanah Kami Subur Tuhan…

Oleh: Ramadhan Batubara

Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Tuk bebaskan rakyat

Lagi, saya harus mengutip lirik lagu untuk lantun ini. Ya, ada sesuatu yang langsung masuk ke kepala begitu sebuah peristiwa terjadi. Yang masuk ke kepala itu tak lain adalah sebuah lagu. Persis ketika beberapa waktu lalu, saya sibuk mengutip lagunya Iwan Fals, Kla Project, dan sebagainya. Entahlah, ketika sesuatu masuk ke kepala saya, seperti peristiwa yang menyesakkan, langsung saja ada lirik lagu di kepala.

Tapi, sudahlah. Setidaknya, saat ini, lantun kembali dimulai dengan lirik lagu. Ya, lirik ‘Darah Juang’ langsung mengemuka dalam bayangan begitu saya membaca bentrokan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Manunggal di Desa Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan dengan PTPN II-PT KIM II yang melibatkan Brimob. Perhatikanlah liriknya, pas kah?

Rangkaian kata yang mengarah hingga terkaparnya beberapa petani dalam bentrok tersebut seakan membawa saya kembali pada sekian kejadian yang memang tidak pro rakyat. Ayolah, sengketa tanah tersebut secara hukum telah dimenangkan kaum petani, namun atas nama pembangunan atau pertumbuhan ekonomi atau apalah, hak atas tanah itu menjadi sesuatu gamang.

Namanya gamang berarti tak mapan yang akhirnya membuat tak nyaman. Ujung-ujungnya, ketika kegamangan terus dihadirkan, maka yang korban mereka yang lemah juga. Masalahnya lagi, seharusnya petani adalah pihak yang kuat karena didukung oleh hukum. Tapi begitulah, seperti lirik ‘Darah Juang’ tadi (Mereka dirampas haknya), kekuatan itu bisa berarti banyak; tidak hanya hukum yang bicara bukan?

Soal ‘Darah Juang’ ini bukan lagi suatu yang asing bagi seorang aktivis pergerakan, khususnya mereka yang bergerak era akhir 1990-an. Lagu penumbuh semangat ini pertama kali dinyanyikan secara resmi dan massal saat Kongres I Forum Komunikasi Mahasiswa Yogyakarta (FKMY) 1991 lalu. Sejak itu, ‘Darah Juang’ bak hymne wajib bagi aktivis, puncaknya ketika mahasiswa se-Indonesia berhasil menumbangkan rezim Soeharto.

Menariknya, ketika sibuk menghubungkan ‘Darah Juang’ dengan perjuangan Gapoktan Desa Manunggal tersebut, saya baru sadar, bukankah lagu yang bersejarah itu diciptakan oleh putera Sumatera Utara? Ya, dialah Johnsoni Marhasak Lumbantobing, atau dikenal dengan panggilan akrabnya John Tobing. Lelaki kelahiran Binjai (Sumatra Utara), 1 Desember 1965 ini adalah alumni Fakultas Filsafat UGM angkatan 1986.

Langsung saja bulu kuduk saya berdiri. Memang, saat menciptakan ‘Darah Juang’, dirinya dibantu Dadang Juliantara dan Budiman Sujatmiko untuk urusan lirik, tapi terbayang dalam otak saya tentang harapan seorang John  Tobing soal negeri Indonesia yang permai. Ya, kenapa bisa menyedihkan semacam ini.
Dalam lifestyle.kompasiana.com, Odi Shalahuddin menuliskan, John Tobing beberapa tahun lalu berada di Pekanbaru bersama istri dan anak-anaknya. Ia terlibat dalam sebuah partai besar dan menjadi wakil ketua untuk kepengurusan tingkat provinsi.

“Ia memang belum berubah. Posisinya yang strategis di dalam partai tidak ia manfaatkan untuk kepentingannya sendiri. Ia justru menghindar. Sama halnya dengan gosip-gosip yang bertebaran, yang telah menjadi rahasia umum, pastilah orang-orang macam dia akan senantiasa mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, diintrik dan disingkirkan,” tulis Odi. Kini, lanjut Odi, dia telah kembali ke Yogyakarta dan terus berkarya.

Begitulah John Tobing, lagu yang diciptakannya memang lebih populer dari namanya sendiri. Namun, bagi saya karya yang baik adalah karena memang baik, jadi bukan karena dari mana dia berasal. Seperti ‘Darah Juang’ tadi, bait yang saya kutip tersebut berhasil menggambarkan penderitaan warga yang berasal dari negeri hebat ini.
Perhatikan juga bait lainnya: Di negeri permai ini//Berjuta rakyat bersimbah luka//Anak kurus tak sekolah//Pemuda desa tak kerja. Bagaimana, adakah bentrok yang terjadi baru-baru ini di Percut Sei Tuan itu tidak terasa menyedihkan?

Kalau mau jujur, soal perampasan hak, rebutan hak, pencurian hak, atau apapun itu sudah menjadi cerita basi di negeri ini. Perhatikanlah media cetak maupun elektronika, pernahkah dalam sepekan tak ada berita soal hal itu? Ya, kejadian di Percut Sei Tuan saja bukan untuk pertama kalinya, bagimana dengan Indonesia? Entahlah, seperti ada yang salah di negeri ini. Kayaknya, untuk sebuah keinginan, segala cara bisa ditempuh. Bagaimana cara mencapai keinginan tersebut menjadi urusan belakang, yang penting dapat dulu.

Ukh, jadi teringat proposal sebuah masjid yang pencairannya disunat hingga enam puluh persen. Ya, di tempat yang sama, di Sumatera Utara. Apakah tak ada lagi cerita yang tak membuat kecewa?
Tapi begitulah, ketika hukum yang diciptakan manusia bisa disalahgunakan oleh manusia, maka tunggulah Tuhan bicara. Harapan memang tinggal pada-Nya bukan? Seperti bait pertama ‘Darah Juang’ karya John Tobing: Di sini negeri kami//Tempat padi terhampar//Samuderanya.. kaya raya//Tanah kami subur Tuhan…. (*)
4 Maret 2011

Launching Yamaha Lexam, She dan Marcel Hibur Pengunjung

MEDAN- Yamaha kembali meluncurkan produk terbarunya dengan teknologi tercanggih. Yamaha Lexam, kemarin diperkenalkan kepada publik Kota Medan di Atrium Cambridge Plaza, Sabtu (5/3). Selain menampilkan produk terbaru, Yamaha juga menghibur pengunjung dengan menghadirkan grup band wanita She dan Marcel.

Acara ini dikemas dengan sangat menarik. Dimulai pukul 16.00 WIB, dengan penampilan She yang membawakan enam lagu. Para pengunjung larut dengan penampilan She dengan hits mereka “Jomblowati”.

Sekira pukul 19.30 WIB, sejumlah penari menghibur pengunjung. Selanjutnya, para penari ini membuka kain berwarna abu-abu yang menutupi Yamaha Lexam. Saat kain penutup dibuka, pengunjung bertepuk tangan dipandu MC.

Ada beberapa kelebihan pada Yamaha Lexam ini. Seperti bentuknya yang mirip motor 4 tak, padahal motor ini adalah matik. Selain itu, kelebihan Yamaha Lexam ini terletak pada mesin YCAT (Yamaha Compact Automatic Transmision).
Di acara pamungkas, Marcel menghibur pengunjung dengan membawakan enam lagu. Dibantu dengan dua pemain gitar dan satu backing vokal, para pengunjung larut dalam alunan musik dan lirik lagu-lagu yang dibawakan Marcel. Apalagi, ketika Marcel membuka jaket kulit yang dikenakannya, sebagian pengunjung wanita histeris.

Saat Marcel menyanyikan lagu berjudul “Peri Cintaku” dia turun mengajak pengunjung untuk bernyanyi bersama. Sebelum mengakhiri penampilannya di atas panggung, Marcel menyanyikan lagu “Takkan Terganti”. Suara penonton pun mulai memenuhi Atrium Cambridge. Acara yang digelar selama dua hari yakni Sabtu (5/3) dan Minggu (6/3) akan tetap menampilkan band-band akustik. Selain itu, bila membeli Yamaha Lexam dalam pameran ini akan mendapatkan diskon sebesar Rp200 ribu dari harga normal.(mag-9)

Pelajar Digerebek Lagi Mesum, Adegannya Direkam di Handphone

LUBUKPAKAM- Erwin Syahputra Talambanua (20), warga Kampung Temberua, Nias digerebek warga saat mesum dengan kekasihnya Nurjannah (15), pelajar SMP di Lubuk Pakam yang tinggal di Desa Pasar V, Kebun Kelapa, Beringin, Lubuk Pakam, di rumah kos Erwin di Gang Buntu, Desa Sekip, Lubuk Pakam, kemarin (4/3) sekira pukul 15.00 WIB. Ironisnya lagi, adegan itu direkam Erwin dengan kamera handphonenya.

Informasi yang dihimpun, warga sebelumnya sudah curiga dengan tingkah Nurjannah yang mengenakan seragam SMP kerab mendatangi rumah kos Erwin. Karena curiga, diam-diam warga mengintai. Kemarin, warga meliahat Nurjanah masuk ke rumah kos Erwin. Begitu masuk, Erwin langsung mengunci pintu .

Setelah menunggu sesaat, warga mendobrak pintu rumah kos. Begitu pintu terbuka, warga melihat keduanya sedang berbuat mesum. Saat itu posisi Nurjanah masih memakai baju sekolah, namun rok dan pakaian dalamnya sudah terbuka, sedang Erwin sudah bugil. Keduanya langsung digiring warga dan diserahkan ke Polsek Lubuk Pakam, namun diserahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Sat Reskrim Polres Deli Serdang.

Kepada petugas, Erwin mengaku, dia dan Nurjanah menjalin hubungan asmara. Keduanya juga mengaku sudah 3 kali berbuat mesum di kamar kosnya. Selain itu Erwin juga mengaku siap menikahi Nurjanah. Hanya saja, niat Erwin tak mendapat restu dari kedua orangtua Nurjannah. Buktinya, kedua orangtua Nurjanah membuat pengaduan seputar perbuatan cabul yang dilakukan Erwin terhadap putri mereka. Akibatnya, Erwin meringkuk di tahanan Mapolres Deli Serdang.

Adegan mesum di lantai semen beralaskan karpet di dalam kamar kos Erwin itu ternyata direkam pelaku dengan kamera handphone. Menurut Turiman (30), warga yang ikut menggerebek mengatakan, sebelum digerebek dia sempat mendengar percakapan keduanya. Kala itu, Nurjannah bilang,” Jangan direkam bang, nanti kita kayak Ariel dan Luna Maya.”

Sayangnya saat penggerebekan handphone tersebut tak ditemukan warga. Warga berharap polisi menyita handphone yang diduga kuat digunakan untuk merekam perbuatan mesum itu. Kasat Reskrim Polres Deliserdang, AKP Anggoro Wicaksono SH SiK menyatakan, pihaknya hingga kini masih melakukan pemeriksaan terhadap Erwin. (pas/smg)

Perempuan Sudah Jadi Kepala Keluarga

Membuat 75 Persen Keputusan di Rumah

Ini bukti betapa kuatnya pengaruh istri atau ibu dalam rumah tangga. Survei yang dilakukan Ginsters, perusahaan pembuat kue di Cornwall, Inggris, menunjukkan, perempuan membuat 75 persen keputusan penting dalam rumah tangga.

Keputusan tersebut meliputi masalah keuangan, di mana keluarga akan tinggal, dan kapan akan mulai memprogram kehamilan. Perempuan juga mengatur keputusan sehari-hari, seperti bagaimana harus mengisi waktu luang dan kapan waktunya tidur.

Di lain pihak, pria cenderung membuat keputusan mengenai mobil apa yang perlu dimiliki atau apa yang mereka tonton di televisi. “Tampaknya pria bukan lagi kepala rumah tangga dan mereka menyadari hal itu,” kata juru bicara Ginsters, Larry File.

“Kami terkejut, betapa jujur dan terbukanya kaum pria mengenai kurangnya peran mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi kebanyakan pria tampaknya tidak keberatan jika harus bertanya dulu (pada istri) sebelum melakukan banyak hal,” tuturnya.

Hasil penelitian ini juga mendapati bahwa enam dari 10 pria mengaku bahwa pasangan mereka memiliki kontrol penuh mengenai kapan dan seberapa sering mereka harus berhubungan seks.

Kemudian, 66 persen pria mengaku betul-betul tergantung pada pasangannya mengenai kapan dan apa yang akan mereka konsumsi. “Ide mengenai pria menjadi kepala rumah tangga jelas merupakan masa lalu karena kebanyakan pasangan saat ini sepakat bahwa perempuan adalah pembuat keputusan kunci,” kata  File.

Survei yang melibatkan 3.000 pasangan ini juga mengungkapkan, perempuan menggunakan teknik manipulasi untuk membujuk pasangannya menyetujui keputusan yang dibuatnya. (jpnn)

PSSI Sergai Gelar Kompetisi

SERDANG BEDAGAI-Pengurus Cabang Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia Kabupaten Serdang Bedagai (Pengcab PSSI Sergai) menggelar kompetisi yang yang berlangsung di stadion mini “Desa Pantai” Dusun VI Desa Nagur KecamatanTanjung Beringin, Jumat sore (4/5).

Pada kesempatan itu Bupati Sergai H T Erru Nuradi mengatakan bahwa saat ini sepak bola sudah bisa menjadi industri. Karenanya, ke depan, tak tertutup kemungkinan pemain asal Sergai bisa berlaga di ajang ISL maupun Liga Premier hingga akhirnya menjadi punggawa timnas.

“Tapi terpenting bagi seorang pemain yang ingin memiliki karir cemerlang sebagai pesepak bola adalah harus mampu menjunjung tinggi sportifitas. Tanpa itu semua mustahil seorang pemain dapat berkarir secara maksimal,” bilang Bupati.

Selanjutnya untuk mendukung minat pemain asal Sergai agar lebih serius berlatih, Bupati memaparkan bahwa saat ini pihaknya berencana membangun stadion mini yang diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp800 juta.
Sebelumnya Ketua Pengcab PSSI Sergai Syafrul Hayadi mengatakan bahwa kompetisi  ini bertujuan menjaring pemain berbakat yang ke depannya dapat mengharumkan nama Sergai, bukan hanya di tingkat Sumut, tapi juga di tingkat nasional.

“Selain menggelar even ini, rencananya Pengcab PSSI Sergai juga menggelar kompetisi antar klub U-13 dan U-15. “Prestasi tidak dapat diraih dengan cara instan. Itu bisa diraih lewat pembinaan yang berjenjang dan berkesinambungan, tepatnya lewat pola pembinaan usia muda,” bilang Syafrul yang juga Anggota DPRD Sergai.
Hadir pada acara pembukaan itu Ketua KONI Sergai Darma Wijaya, Kaispora Sergai Drs Joni W Manik, H Saiful Amri, serta para undangan yang sebagian besar di antaranya adalah pengurus dan pembina olah raga di Sergai.
Adapun kompetisi kali ini terbagi dalam beberapa grup, yakni grup A yang terdiri dari PS Gunung Para, PS Binjai Utara, PS Pabatu Putra, PS Bina Remaja Tanah Besi, PS Karindo Sakti, PS Dess Pamela. Seluruh tim ini bertanding di lapangan PTPN3 Gunung Para Kec. Dolok Merawan.

Sedangkan grup B terdiri dari PS Bina Tunas Bang Abing, PS Indah Poncan, PS Merah Putih Adolina, PS Bintang Muda Melati, PS Merpati Socfindo. Grup B ini bertanding di lapangan Perkebunan Deli Muda PT Indah Poncan Kec. Perbaungan.

Untuk grup C terdiri dari PS Rambung Sialang, PS Sinah Kasih, PS Agtagana Adolina, PS Bazoka Bingkat, PS Kebun Sei Parit, PS Rajawali Dolmas, PS Dolmas Putra. Grup ini bertanding di lapangan PTP Lonsum Rambung Sialang Kec. Sei Rampah.

Selanjutnya grup D berisikan PS Garuda Mata Pao, PS Persitara Tanah Raja, PS Bedagai FC, PS Firdaus FC, PS Pon Putra, PS Desfilla FC Firdaus, PS WMC Mangga Dua dan  PS TS Firdaus .
Grup ini bertanding di lapangan Desa Pantai, Desa Nagur Kec. Tanjung Beringin dan lapangan bola kebun PT Socfindo Mata Pao Kec. Teluk Mengkudu pada pertandingan penyisihan hingga 13 Maret mendatang. Pada laga perdana kemarin PS  Karindo Sakti Tebing Tinggi mengalahkan PS Desser Gunung Pamela dengan skor 3-2. (mag-15)

HKBP Pendidikan Medan Membangun Gedung dan Jemaat

MEDAN-Gereja HKBP Resort Pendidikan Medan, Jalan AR Hakim Gang Pendidikan, Medan Area yang sedang gencar melakukan pembangunan. Tidak hanya membangun gerejanya tetapi juga membangun manusianya.

Pdt Liberty Tampubolon STh, pendeta di HKBP Pendidikan Medan menegaskan, renovasi dan pembangunan gereja HKBP Pendidikan yang saat ini dilakukan harus diimbangi dengan pembangunan kerohanian jemaat. “Ayat-ayat yang mengatur tentang pembangunan manusia dan gedungnya tertulis di dalam injil Matius 16:16 dan Efesus 6:4. Pembangunan gereja ini juga seiring dengan pembangunan manusianya,” kata Pdt Liberty didampingi Guru Huria HKBP Pendidikan, Gr J Nadapdap, Jumat (4/3) siang saat ditemui di depan gereja.

Pemangunan kerohanian jemaat saat ini diprioritaskan kepada sekolah minggu, remaja dan muda-mudi/naposo gereja. “Sekali sebulan kita memberikan pelatihan kepada guru sekolah minggu agar kualitas guru sekolah minggunya mendidik anak-anak sebagai generasi penerus gereja dan penerus kerjaan Allah Bapa nantinya, kian meningkat,” terang gembala gereja tersebut.

Selain itu, HKBP Pendidikan juga mengirimkan jemaatnya untuk meningkatkan pengetahuan rohani dengan belajar di gereja lain di lingkungan HKBP. “HKBP Pendidikan sendiri mengirimkan 12 orang untuk mengikuti pendidikan di Gereja HKBP Seksama sesuai dengan Kurikulum Pendidikan Agama Kristen versi HKBP dalam mendidik anak-anak sekolah minggu, remaja dan muda-mudi/naposonya. Tidak hanya itu, kita juga mengarahkan agar remaja dan muda-mudi/naposonya agar menjadi aktivis didalam gereja yang berbentuk pelayanan rohani, koor, vokal group dan memainkan alat musik gereja,” tuturnya.

Selain mempersiapkan pembangunan kerohanian, HKBP Pendidikan juga sedang melakukan renovasi degung gereja. “Supaya anak-anak sekolah minggu, remaja dan muda-mudi/nasposo serta kaum ibu dan bapak bisa mendapatkan kebangunan rohani dengan sepenuhnya,” ujar Pdt Liberty lagi. Renovasi gedung sendiri direncanakan dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu 2-3 tahun kedepan. Untuk tahap awal, renovasi dan pembangunan gereja ini seyogyanya selesai 2011 ini.

“Perlu diingat, gedung gereja sebagai simbol kehadiran dan kenampakkan tubuh Kristus didunia ini maka dari itu selain kualitas dari gedungnya, rancangan gereja itu haruslah yang layak dan baik karena merupakan wujud dari peribadahan yang tentram, damai dan tenang. Tidak kala pentingnya, pembangunan manusianya dimulai sejak dari usia dini sebab semuanya ada ditangan generasi-generasi anak-anak dan muda/mudi sekarang,” ujarnya.
Dikatakan Pendeta Liberty Tampubolon lagi, agar kesediaan dan partisipasi semua pihak khususnya orang tua, majelis gereja termasuk panitia untuk menggalang semua potensi umat dan gereja termasuk dari luar yang tidak mengikat.

Ketua Panitia Pembangunan Gereja HKBP Pendidikan, Drs JE Lumbangaol disela-sela juga menghimbau agar semua anak-anak jemaat HKBP Pendidikan yang ada dirantau turut serta dalam pembangunan gereja dan pembangunan manusianya.  “Saya himbau kepada anak-anak jemaat HKBP Pendidikan yang ada dirantau atau dimana pun turut serta dalam pembangunan kali ini,” imbaunya.

Pendeta Liberty Tampubolon yang didampingin Guru Huria, Gr J Nadapdap meminta dengan sangat agar semua anak-anak jemaat baik alumni dari SD Swasta HKBP Pendidikan atau pun alumni sekolah minggu untuk bahu-membahu dalam pembangunan gereja dan pembangunan manusianya.
“Diminta kepada alumni SD Swasta HKBP Pendidikan dan alumni anak-anak Sekolah Minggu Gereja HKBP Pendidikan saling membantu membangun gedung gereja, renovasi gedung gereja dan pembangunan manusianya,” tutupnya.(jhonson siahaan)

Berharap Costas

Pro Titan VS PSLS

MEDAN-Pro Titan yakin bisa mengamankan tiga angka di kandang sendiri ketika menjamu PSLS Lhokseumawe sore ini di Stadion Teladan. Tak hanya ingin menang, Pro Titan berharap bisa mencetak gol lebih dari dua untuk menguji ketajaman lini depan. Dan harapan besar ditumpukan kepada striker asing baru, Mario Costas dan Antonio Teles.
Dick Buetelar, Arsitek Pro Titan berulang kali menegaskan bahwa timnya bermasalah di lini depan. Peran pemain depan sejauh ini masih didominasi oleh talenta muda seperti Ghazali Muharam dan Tambun Naibaho. Secara fisik, mereka sangat kuat dan cepat. Namun soal pengalaman, belum teruji. Sejauh ini baik Ghazali dan Tambun tak lebih mengoleksi dari dua gol.

Kini dengan hadirnya legiun impor seperti Mario Costas dan Antonio Teles, harapan kembali tajam terbuka. Apalagi kedua pemain ini sudah tak asing lagi di sepak bola nasional. Costas bahkan pernah menjadi andalan utama di lini depan PSMS di putaran kedua ketika PSMS main di Super Liga 2008 silam. Tak mengecewakan, Costas berhasil jadi tukang gedor subur meski tak mampu membawa PSMS bertahan di Super Liga. Berikutnya ada nama Antonio Teles yang juga tak diragukan kemapanannya di lini depan.

“Sejauh ini lini depan yang diisi oleh pemain muda seperti Ghazali Muharram dan Tambun Naibaho sudah lumayan bagus hanya saja masih kurang pengalaman dalam bermain. Untuk itu dengan masuknya dua pemain asing seperti Mario Costas dan Antonio Teles di lini depan diharapkan mampu mendongkrak penyerangan tim,” sebut Yahya Broer.

Bahkan Yahya juga menuturkan jika Pro Titan mulai memaksimalkan bola-bola mati di setiap pelatihan, yang selama ini dianggap bisa menambah pundi gol bagi skuadnya.

“Ada beberapa nama yang memiliki kualitas bagus dalam mengeksekusi bola mati, seperti Suyatno, Ansyari Lubis dan Antonio Teles. Melihat kemampuan tersebut selama latihan kita maksimalkan anak-anak untuk terus melatih kemampuannya menciptakan gol melalui bola mati itu,” ungkap Yahya. Disinggung mengenai kekuatan PSLS yang akan menjadi lawan dalam laga berikutnya, Yahya mengatakan jika tim tersebut memiliki materi pemain yang cukup bagus. Namun untuk menghadapi tim asal Lhokseumawe itu skuad Pro Titan  akan menerapakan permainan cepat. Sementara itu Asisten Pelatih PSLS Lhokseumawe, Darmasnyah tetap optimis anak asuhnya akan mampu mengimbangi permainan cepat yang diperagakan anak-anak Pro Titan.(uma)

Waspadai, Atheis Sedang Bangkit

Pasang Iklan: Anda Tidak Perlu Tuhan

Iman kita sepertinya diuji coba dalam tahun-tahun terakhir ini. Di sinilah kita perlu dimurnikan dan kuat di dalam Kristen. Pasalnya, sekelompok grup kemanusiaan mengadakan kampanye beberapa hari yang lalu bahwa orang atheis dan orang yang tidak beragama bisa hidup dengan baik, penuh makna meski tanpa Tuhan. ”Anda tidak butuh Tuhan, untuk berharap, untuk peduli, untuk mencintai, untuk hidup,” kata salah satu iklan dalam kampanye itu. Kampanye yang diselenggarakan oleh Center for Inquiry ini, berbasis di New York dimana misi mereka adalah mengasuh masyarakat sosial yang berlandaskan ilmu pasti, alasan, kebebasan bertanya, dan nilai kemanusiaan.
Washington DC merupakan kota pertama dari tiga kota lain yang memasang iklan ”Anda Tidak Perlu Tuhan”. Sejak beberapa waktu yang lalu, sebanyak 15 poster dipasang di bus-bus dan dua stasiun Metro yaitu Dupont Circle dan Farragut West. Minggu depan, akan dipasang juga iklan tersebut di Indianapolis dan Houston. Masyarakat atheis sepertinya semakin berkembang dan meneriakkan keyakinan mereka kemana-mana.

Bahkan tahun lalu dalam sebuah kampus dimana berdiri sebuah grup atheis, mereka mencari perhatian dengan mengatakan, ”Tukar Alkitab Anda dengan pornografi” di Texas. Selama tiga hari, mereka memberikan majalah porno bagi mereka yang menukarkan setiap teks agamawi seperti Alkitab. Mereka mengatakan bahwa Alkitab menuliskan kekerasan, perang, dan perlakuan yang tak adil terhadap wanita karena itu Alkitab tidak lebih baik dari pornografi.
Grup itu kemudian ditentang oleh para murid Kristen. Mereka mengajukan protes dan mereka membawa tanda seperti ”Yesus Penyelamat” dan ”Yesus Cinta Atheis” sementara yang lain menyanyikan lagu kidung.

Presiden sekaligus CEO CFI Ronald A. Lindsay mengatakan bahwa iklan ini ditujukan buat meluruskan bebeberapa kesalahpahaman mengenai orang yang tak beragama.

”Salah satu mitos yang umum adalah bahwa atheis hanya membawa kekosongan, ketidakberartian, egois, hidup untuk diri sendiri. Ini bukan tentang salah benar, ini sangat lucu…” katanya dalam sebuah pernyataan. “Tidak menguntungkan jika banyak orang yang menerima mitos ini hanya karena mereka mendengar tentang para atheis.” Dia menegaskan bahwa orang-orang tak beragama bisa menemukan arti di dalam kehidupan yang berpusat pada manusia dan bahwa hal-hal supernatural tidak diperlukan.

Mitos lain yang ingin dihilangkan adalah bahwa orang tak beragama sama dengan tidak bermoral, atau setidaknya mereka tidak bisa membedakan mana yang baik seperti orang yang beragama. “Satu alasan kenapa mengakar dalam umat percaya adalah karena mereka melihat Tuhan mereka sebagai dasar dari emosi seperti harapan, perhatian, dan cinta,” kata organisasi tersebut. “Kami tidak menyangkal bahwa para umat percaya bisa menemukan inspirasi di dalam kepercayaan mereka, namun mereka tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa menerima kepercayaan mereka sangat diperlukan untuk melengkapi hidup.”

Craig Hazen, direktur dari MA Program in Christian Apologetics di Universitas Biola, Kalifornia Selatan tentu saja membantah hal ini. Dia mengatakan bahwa tidak ada dasar dari apa yang dikatakan oleh orang atheis. “Anda bicara soal kebahagiaan dan kesenangan, dan kebaikan, dan seterusnya. Jika Anda memakai kata-kata itu dan Anda tidak punya sumber dasar kenapa hal itu bisa ada, dengan kata lain, jika Anda tidak percaya dalam hal hukum pemberi moral yang memberikan arti buat yang baik dan jahat, Anda bisa taruh di papan iklan sepanjang hari tanpa arti apa-apa,” menurut Hazen.(cp/jc)