24 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 15588

Beli Rumah Tanpa DP

MEDAN-CV Diamond Catur Buana selaku pengembangan Perumahan Xenia Village di DusunAsuh III, Desa Sudirejo, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang, memberikan penawaran menarik bagi konsumen.

Untuk bisa memiliki Perumahan Xenia Village, konsumen tak perlu repot mengeluarkan uang muka atau DP yang berbeda dengan perumahan lainnya.

Irfan BA, Pimpinan CV Diamond Catur Buana mengatakan, Perumahan Xenia Village akan dibangun dua tipe, yakni tipe 36/72, harganya Rp65.500.000.

‘’Langsung Kredit Perumahan Rakyat (KPR) tanpa DP. Untuk mendapatkan KPR dengan melengkapi syarat fotokopi KTP suami dan istri, fotokopi kartu keluarga, fotokopi surat nikah, fotokopi rekening tabungan tiga bulan terakhir, fotokopi nomor pokok wajib pajak (NPWP), fotokopi slip gaji dan surat keterangan kerja,” jelas Irfan.

Mengenai spesifikasi rumah, Irfan menyebut, rumah memiliki pondasi cor beton 1:3:5+20 persen coral. Sedangkan slof, ring balok dan kolom menggunakan ring bertulang, teras dan selasar menggunakan rolling bata.

Lantai memakai keramik ukuran 30×30, lantai kamar mandi keramik ukuran 20×20, kusen pintu memakai kayu keras atau sejenisnya, kerangka atap memakai baja ringan atau sejenisnya, penutup atap memakai genteng multi roof, plafon gypsum, instalasi listrik 900 watt dan instalasi air bersih.
Untuk keterangan lebih lanjut, menurut Irfan, calon pembeli Perumahan Xenia Village dapat menghubungi Ucok (081361339877) dan Mitha (081263737313).

Dalam kesempatan itu, CV Diamond Catur Buana selaku pengembangan Perumahan Xenia Village menggelar sykuran di lokasi perumahan, Minggu (20/2) lalu.

Acara ini mengundang lansia dan anak yatim piatu yang tinggal di sekitar lokasi perumahan mendapatkan santunan tali asih. (rel/omi)

Hutan Mini di Pekarangan Depan

Hutan mini bisa diciptakan di pekarangan depan hunian. Misalnya, pekarangan rumah  berukuran 5mx7m. Tak ada pagar antara pekarangan ini dengan jalan perumahan. Tanaman ditata sedikit berliku dan mengikuti bentuk luar ban gunan.

Sebagian besar lahan pekaran gan ini ditutup rumput manila. Sisi dalamnya yang berada di depan fasad, ditanami pepoho nan dengan permainan gradasi tinggi dan warna. Permainan gradasi tinggi rendah tanaman dimaksudkan untuk menciptakan nilai keindahan.  Bagian depan area tanaman, ditanami jenis tanaman rendah, seperti lili paris.  Bagian belakangnya ditanami jenis perdu serta cemara udang.

Tak hanya tanaman, taman ini juga memanfaatkan bebatuan sebagai percantikan. Tepi taman dibatasi dengan batu-batu koral yang disusun rapi membentuk lengkung seirama posisi tumbuh tanaman.

Batu-batuan itu, pada sisi luarnya berbatasan lagi dengan rumput manila. Di tengah-tengah hamparan rumput, ada stepping stone dari batu candi yang disusun dua-dua.
Untuk menambah aksesoris, bisa diberikan tanduk rusa (Platycerium) dan paku-pakuan yang ditumpangkan pada batang pohon palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate). Dengan begitu, tak hanya taman yang asri, keberadaan hutan mini ini juga membuat rumah menjadi semakin memikat.  (net/jpnn)

Kata Populer dan Kata Ilmiah

Kata populer merupakan kata umum yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kata ilmiah merupakan kata yang biasa digunakan oleh kalangan tertentu dalam situasi tertentu pula, seperti penulisan karya ilmiah dan pertemuan resmi/ilmiah.

Kata Populer =>     Kata Ilmiah
sesuai    =>  harmonis
bukti =>   argumen
kiasan =>   analogi
maju =>   modern
susunan  =>  formasi
rasa kecewa =>   frustasi
bentuk, wujud =>  figur
gelandangan =>   tunakarya


Sumber: Balai Bahasa Medan
(*)

Laba-laba Suka Bau Kaus Kaki

Spesies laba-laba yang mangsa utamanya nyamuk pembawa penyakit malaria, yakni Anopheles gambiae, sangat tertarik dengan bau keringat di kaus kaki. Peneliti asal Inggris dan Kenya membuktikannya dalam sebuah eksperimen. Mereka menggunakan kaus kaki bekas pakai untuk mengetahui apakah laba-laba memiliki sifat yang sama dengan sifat mangsanya.(net/jpnn)

Masih Praktik Kerja,Sudah Dilirik Dunia Usaha

SMK BM Yayasan Pendidikan Keluarga

Untuk meningkatkan kompetensi siswa sesuai permintaan dunia usaha dan insdustri (Dudi) SMK Bisnis Manajemen (BM) Yayasan Pendidikan Keluarga (YPK) Medan menggelar praktik lapangan tambahan di sekolahnya.
S    ekolah yang berada di Jalan Sakti Lubis Gang Perguruan No 25 Medan ini memiliki fasilitas, sarana dan prasarana yang sangat mendukung untuk itu. “Seperti memiliki laboratorium komputer untuk Jurusan Akuntansi, laboratorium model kantor untuk Jurusan Administrasi Perkantoran dan laboratorium pemasaran untuk Jurusan Administrasi Pemasaran.

Kepala SMK BM YPK Medan Zuraidah mengatakan, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan siswa di sekolah tersebut. “Secara utuh kita ingin mutu siswa kita semakin meningkat, khususnya di bidang keahliannya. Dengan meningkatnya mutu maka meningkat pula kompetensi mereka, dan itulah tujuan kita,” ungkapnya, Selasa (22/2).

Menurut Zuraidah, saat ini dapat kita amati sendiri, lulusan-lulusan SMK banyak yang bersaing mendapatkan lapangan kerja. “Bagaimana kita membimbing mereka ke arah itu, jika mereka tak memiliki kemampuan yang diharapkan berbagai perusahaan. Sementara saat ini lulusan-lulusan yang memiliki kompetensi cukup saja juga bersaing ketat,” katanya.

Zuraidah mengharapkan, peran orangtua juga sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya untuk lebih fokus ke pendidikannya. “Orangtua jangan hanya sibuk mencari uang untuk membiayai sekolah anak. Tapi mereka juga harus lebih memperhatikan perkembangan pendidikan anak, karena itu sangat perlu,” ujarnya.
Sekolah yang memiliki jumlah siswa sekitar 1.040-an orang ini diasuh 50 orang guru yang semuanya telah bergelar sarjana dan 1 diantaranya telah S-2. “Dengan guru-guru yang berkompeten, maka siswa yang dihasilkan juga akan bermutu. Maka, guru juga diharapkan meningkatkan kompetensi pribadinya, banyak baca banyak tahu,” terang Zuraidah.

Untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan lebih lanjut kepada siswa, pihak sekolah juga telah menjalin kerjasama dengan berbagi dudi. Diantaranya, CV Johor Tunggal Mandiri, Bank Bukopin, Astra dan sebagainya. “Banyak alumni kita yang pada waktu praktik kerja industri (Prakerin) di satu perusahaan akhirnya direkrut oleh perusahaan tersebut seetalah siswa lulus. Karena mereka berpikir, lulusan SMK BM YPK Medan memang memenuhi kompetensi yang dibutuhkan,” jelas Zuraidah.

Tak hanya itu, lanjut Zuraidah, pihak sekolah juga mengembangkan program ekskul yang saat ini juga sedang gencar-gencarnya menghasilkan berbagai prestasi. “Kita tak mau membatasi bakat dan kemampuan siswa, baik di bidang akademiknya maupun di bidang bakatnya. Untuk itu kami menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana untuk itu,” tuturnya. (saz)

Belajar Waktu Hening

Terkadang, suasana hening dan kondusif sangat mempengaruhi konsentrasi seseorang dalam mencerna materi pekerjaan. Nah, itu pula yang dilakukan Rizky siswa kelas XI Administrasi Perkantoran (AP) SMK BM YPK Medan. Siswa bernama lengkap Rizky Airina Tanjung ini selalu belajar, pada waktu sepi alias belajar malam.

Paling tidak gadis kelahiran Medan 7 Juni 1995 ini memulai belajar pukul 21.00 WIB. Mungkin pada jam itu, anak seusianya sudah memulai tidur lelapnya untuk mempersiapkan diri bangun pagi pada esok hari.

Tak sedikit waktu pula yang dihabiskannya untuk belajar, paling cepat Rizky menghabiskan waktu selama 1 jam untuk belajar, bahkan mungkin bisa hingga 3 jam. “Kalau sudah sepi baru saya belajar. Karena pada waktu itu saya lebih mudah menangkap pelajaran, dan jika ada hafalan biasanya sangat mudah nempel di otak,” jelasnya, Selasa (22/2).
Tak pelak, anak kedua dari 4 bersaudara pasangan H Rusli Tanjung dan Jumairah ini meraih juara umum pada kelas X lalu. Dari prestasinya ini Ia akhirnya meraih beasiswa selama 10 bulan. “Sejak September 2010 lalu hingga Juni 2011 nanti, saya bebas uang sekolah. Orangtua dan saya sendiri merasa sangat senang akan hal ini, dan mereka mengingatkan untuk tetap memperthankan prestasi,” ujarnya.

Namun, walau sudah mendapatkan beasiswa, Rizky tetap mendapatkan uang tambahan dari orangtuanya. Tapi itu digunakan untuk mengikuti les Bahasa Inggris. “Biar mahir Bahasa Inggris,” katanya menirukan perkataan orangtuanya.
Menurut Rizky, bagian tersulit dalam belajar adalah saat harus melakukan presentasi di depan kelas. “Karena itu membutuhkan wawasan yang luas untuk mengemukakan pendapat-pendapat dan pemikiran kita. Jadi untuk menaklukkan kesulitan ini, saya memang harus lebih banyak membaca,” terangnya.

Rizky juga memiliki hobi yang selalu dilakukannya 2 kali sebulan, yakni berenang. “Selain berangkat bersama teman-teman dari sekolah, kadang saya juga sering pergi sendiri. Berenang saya lakukan untuk menambah tinggi badan saya,” ujarnya. (saz)

Dinobatkan Jadi Juara Umum

Dalam menghadapi ujian perlu kiat-kiat khusus. Hal ini pulalah yang diterapkan Rini Mariani Siregar. Siswa kelas XI Administrasi Pemasaran (AP) SMK BM YPK Medan, ini hanya perlu mencatat kembali poin-poin materi pelajaran yang menurutnya perlu dalam ujian. Dengan begitu seiring menulis materi pelajaran, bersamaan dengan itu pula secara otomatis dia akan mengingat materi pelajaran tersebut.

Berkat kiat yang selama ini dilakukannya, gadis kelahiran Si Bondar (Sidimpuan) 27 Juni 1994 ini di sekolah selalu juara. Pada kelas X lalu semester 1 dan 2,  Rini meraih juara pertama di kelasnya dan dinobatkan sebagai juara umum di kelas X Jurusan AP di sekolahnya.

Anak ke-9 dari 10 bersaudara pasangan Mahruddin Siregar dan Mahewan Harahap ini juga memiliki kiat yang sedikit unik dalam belajar. Karena Ia tak memiliki waktu khusus untuk belajar baik pada siang atau malam hari. “Saya belajar di sekolah, jika ada tugas pada masing-masing mata pelajaran, pada waktu istirahat saya langsung mengerjakannya waktu istirahat. Karena saya membawa bekal makanan dari rumah, jadi waktu istirahat tak perlu jajan lagi ke bawah,” terang Rini, Selasa (22/2), sambil menunjukkan kelasnya yang berada di lantai 3.

Dengan prestasi-prestasi yang diraihnya ini, ternyata orangtua Rini tak begitu antusias lagi dan menanggapinya biasa saja. “Soalnya dari SD sudah juara terus, jadi mereka cuma bilang pertahankan prestasi yang sudah didapat itu. Tapi kalau rankingnya anjlok saya tetap dimarahi,” ujarnya tertawa sambil menutup mulutnya.

Rini berharap, pihak sekolah tetap memberikan fasilitas yang mendukung kemajuan siswanya, baik dalam memperdalam materi maupun praktik. “Dengan begitu, mutu pendidikan siswa juga bisa semakin meningkat dan mampu bersaing dengan sekolah lain. Dan tentunya, dengan mutu yang tinggi kami akan semakin mudah mendapatkan perkerjaan setelah lulus nanti,” katanya. (saz)

Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah

Pendidikan Bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah. Tak heran apabila mata pelajaran ini kemudian diberikan sejak masih di bangku SD hingga lulus SMA.

Dari situ diharapkan siswa mampu menguasai, memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa. Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Kemudian pada saat SMP dan SMA siswa juga mulai dikenalkan pada dunia kesastraan. Dimana dititikberatkan pada tata bahasa, ilmu bahasa, dan berbagai apresiasi sastra. Logikanya, telah 12 tahun mereka merasakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah. Selama itu pula mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak pernah absen menemani mereka.

Tetapi, luar biasanya, kualitas berbahasa Indonesia para siswa yang telah lulus SMA masih saja jauh dari apa yang dicita-citakan sebelumnya. Yaitu untuk dapat berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.Hal ini masih terlihat dampaknya pada saat mereka mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan apalagi tulisan yang klise masih saja terlihat. Seolah-olah fungsi dari pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tidak terlihat maksimal. Saya penah membaca artikel dosen saya yang dimuat oleh harian Pikiran Rakyat. Dimana dalam artikel tersebut dibeberkan banyak sekali kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh para mahasiswa saat penyusunan skripsi.

Hal ini tidak relevan, mengingat sebagai mahasiswa yang notabenenya sudah mengenyam pendidikan sejak setingkat SD hingga SMU, masih salah dalam menggunakan Bahasa Indonesia.  Lalu, apakah ada kesalahan dengan pola pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah? Selama ini pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah cenderung konvesional, bersifat hafalan, penuh jejalan teori-teori linguistik yang rumit.

Serta tidak ramah terhadap upaya mengembangkan kemampuan berbahasa siswa. Hal ini khususnya dalam kemampuan membaca dan menulis.

Pola semacam itu hanya membuat siswa merasa jenuh untuk belajar bahasa Indonesia. Pada umumnya para siswa menempatkan mata pelajaran bahasa pada urutan buncit dalam pilihan para siswa. Yaitu setelah pelajaran-pelajaran eksakta dan beberapa ilmu sosial lain. Jarang siswa yang menempatkan pelajaran ini sebagai favorit. Hal ini semakin terlihat dengan rendahnya minat siswa untuk mempelajarinya dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Saya menyoroti masalah ini setelah melihat adanya metode pengajaran bahasa yang telah gagal mengembangkan keterampilan dan kreativitas para siswa dalam berbahasa. Hal ini disebabkan karena pengajarannya yang bersifat formal akademis, dan bukan untuk melatih kebiasaan berbahasa para siswa itu sendiri.

Pelajaran Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah sejak kelas 1 SD. Seperti ulat yang hendak bermetamorfosis menjadi kupu-kupu. Mereka memulai dari nol.

Pada masa tersebut materi pelajaran Bahasa Indonesia hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya mulai merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib.

Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. Saya mengambil contoh dari data tes yang dilakukan di beberapa SD di Indonesia tentang gambaran dari hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD.

Dengan demikian apresiasi dari pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi jelas tampak prakteknya dalam kehidupasn sehari-hari. Bila diberikan bobot yang besar pada penguasaan praktek membaca, menulis, dan apresiasi sastra dapat membuat para siswa mempunyai kemampuan menulis jauh lebih baik Hal ini sangat berguna sekali dalam melatih memanfaatkan kesempatan dan kebebasan mereka untuk mengungkapkan apa saja secara tertulis, tanpa beban dan tanpa perasaan takut salah.

Setelah melihat pada ilustrasi dari pola pengajaran tersebut saya melihat adanya kelemahan – kelemahan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah. KBM belum sepenuhnya menekankan pada kemampuan berbahasa, namun lebih pada penguasaan materi. Hal ini terlihat dari porsi materi yang tercantum dalam buku paket lebih banyak diberikan dan diutamakan oleh para guru bahasa Indonesia. Sedangkan pelatihan berbahasa yang sifatnya lisan ataupun praktek hanya memiliki porsi yang jauh lebih sedikit. Padahal kemampuan berbahasa tidak didasarkan atas penguasaan materi bahasa saja, tetapi juga perlu latihan dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pandangan atau persepsi sebagian guru, keberhasilan siswa lebih banyak dilihat dari nilai yang diraih atas tes, ulangan umum bersama (UUB) terlebih lagi pada Ujian Akhir Nasional (UAN). Nilai itu sering dijadikan barometer keberhasilan pengajaran. Perolehan nilai yang baik sering menjadi obsesi guru karena hal itu dipandang dapat meningkatkan prestise sekolah dan guru.

Untuk itu, tidak mengherankan jika dalam KBM masih dijumpai guru memberikan latihan pembahasan soal dalam menghadapi UUB dan UAN. Apalagi dalam UUB dan UAN pada pelajaran bahasa Indonesia selalu berpola pada pilihan ganda. Dimana bagi sebagian besar guru menjadi salah satu orientasi di dalam proses pembelajaran mereka. Akibatnya, materi yang diberikan kepada siswa sekedar membuat mereka dapat menjawab soal-soal tersebut, tetapi tidak punya kemampuan memahami dan mengimplementasikan materi tersebut untuk kepentingan praktis dan kemampuan berbahasa mereka. Pada akhirnya para siswa yang dikejar-kejar oleh target NEM-pun hanya berorientasi untuk lulus dari nilai minimal atau sekadar bisa menjawab soal pilihan ganda saja. Perlu diingat bahwa soal-soal UAN tidak memasukan materi menulis atau mengarang (soal esai).

Peran guru Bahasa Indonesia juga tak lepas dari sorotan, mengingat guru merupakan tokoh sentral dalam pengajaran. Peranan penting guru juga dikemukakan oleh Harras (1994). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia, dilaporkannya bahwa guru merupakan faktor determinan penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan pencapaian prestasi para siswanya . Sarwiji (1996) dalam penelitiannya tentang kesiapan guru Bahasa Indonesia, menemukan bahwa kemampuan mereka masih kurang. Kekurangan itu, antara lain, pada pemahaman tujuan pengajaran, kemampuan mengembangkan program pengajaran, dan penyusunan serta penyelenggaraan tes hasil belajar. Guru Bahasa Indonesia juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa yang langsung berhubungan dengan aspek pembelajaran menulis, kosakata, berbicara, membaca, dan kebahasaan .Rupanya guru juga harus selalu melakukan refleksi agar tujuan bersama dalam berbahasa Indonesia dapat tercapai.

Selain itu, siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apreasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra (Horison) yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran Bahasa Indonesia. Kurangnya buku-buku pegangan bagi guru, terutama karya-karya sastra mutakhir (terbaru) dan buku acuan yang representatif merupakan kendala tersendiri bagi para guru. Koleksi buku di perpustakaan yang tidak memadai juga merupakan salah satu hambatan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah perpustakaan sekolah hanya berisi buku paket yang membuat siswa malas mengembangkan minat baca dan wawasan mereka lebih jauh.

Menyadari peran penting pendidikan bahasa Indonesia, pemerintah seharusnya terus berusaha meningkatkan mutu pendidikan tersebut. Apabila pola pendidikan terus stagnan dengan pola-pola lama, maka hasil dari pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan oleh siswa juga tidak akan bepengaruh banyak. Sejalan dengan tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia supaya siswa memiliki kemahiran berbahasa diperlukan sebuah pola alternatif baru yang lebih variatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Agar proses KBM di kelas yang identik dengan hal-hal yang membosankan dapat berubah menjadi suasana yang lebih semarak dan menjadi lebih hidup. Dengan lebih variatifnya metode dan teknik yang disajikan diharapkan minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia meningkat dan memperlihatkan antusiasme yang tinggi. Selain itu guru hendaknya melakukan penilaian proses penilaian atas kinerja berbahasa siswa selama KBM berlangsung. Jadi tidak saja berorientasi pada nilai ujian tertulis. Perlu adanya kolaborasi baik antar guru Bahasa Indonesia maupun antara guru Bahasa Indonesia dengan guru bidang studi lainnya. Dengan demikian, tanggung jawab pembinaan kemahiran berbahasa tidak semata-mata menjadi tanggung jawab guru Bahasa Indonesia melainkan juga guru bidang lain. Apabila, sistem pembelajaran Bahasa Indonesia yang setengah-setengah akan terus begini, maka metamorfosis sang ulat hanyalah akan tetap menjadi kepompong. Awet dan tidak berkembang karena pengaruh formalin pola pengajaran yang masih berorientasi pada nilai semata. (*)

Oleh:
M Raudah Jambak
Staf Pengajar di Panca Budi, Budi Utomo dan UNIMED

Laga Panas

INTER MILAN vs BAYERN MUNCHEN

MILAN-Pertandingan yang akan berlangsung di Giuseppe Meazza, dini hari nanti merupakan laga yang paling ditunggu-tunggu, sebab mempertemukan dua finalis Liga Champions musim lalu, Inter Milan kontra Bayern Munchen

Ya, kedua tim ini memang saling jajal pada partai puncak musim lalu. Dua gol Diego Milito mengantarkan Nerrazuri (julukan Inter Milan) tampil sebagai juara Liga Champions.

Dengan kekalahan itu, apakah lantas para pemain Die Rotten (julukan Bayern Munchen) ingin menuntaskan dendamnya dini hari nanti?

“Pertandingan ini bukanlah misi balas dendam. Kami tidak sedang mempertaruhkan trofi Liga Champions, tapi pertaruhan untuk merebut tiket ke babak selanjutnya,” tukas Mario Gomez, striker Bayern Munchen.
Hal senada diungkapkan oleh gelandang Bayern Munchen Thomas Mueller. Pemain 21 tahun itu sudah melupakan pahitnya kekalahan dan kini menatap kemenangan untuk melaju ke perempatfinal.

“Jelas, ini tidak akan jadi partai yang mudah, tapi melihatnya secara obyektif, kami bisa lolos. Mereka bukan tim yang tidak terkalahkan. Artinya, lawan kami adalah diri kami sendiri,” cetus Mueller.

Tak salah jika Muller berkata seperti itu. Pasalnya, saat ini kondisi Die Rotten di kompetisi domestik tidak terlalu bagus. Anak asuh Louis van Gaal itu hanya menempati peringkat ketiga dengan poin 42, atau tertinggal 13 angka dari pemuncak klasemen yang ditempati Borussia Dortmund.

Jadi, sah-sah saja jika kemudian fokus pemain Bayern beralih ke Liga Champions. Arjen Robben dkk memastikan mereka total agar bisa mengamankan gelar Liga Champions yang nyaris mereka dapatkan musim lalu.
Bayern masih akan menggunakan komposisi terbaik mereka, minus Ivica Olic yang masih absen hingga akhir musim. Di lini tengah, masih dipercayakan kepada Arjen Robben dan Frank Ribbery guna mendongkrak ketajaman Mario Gomez di lini depan.

Sedangkan di kubu Inter Milan, Diego Milito masih harus absen. Tempatnya mungkin akan diisi oleh Goran Pandev untuk mendampingi Samuel Eto’o di lini depan. Sedangkan Wesley Sneijder dan Lucio, yang sempat absen di akhir minggu, kemungkinan besar bisa diturunkan.
“Saya masih ingat bagaimana kami mengalahkan mereka pada partai final Liga Champions. Namun pertandingan kali ini akan berbeda. Semuanya terasa semakin sulit karena kami masih berlaga di babak knock out,” bilang Zavier Zanetti, kapten Inter Milan.  “Untuk mencapai target yang dicanangkan, maka kami harus mengerahkan semua kemampuan terbaik,” tambah pemain asal Argentina itu. (jun/bbs)

Milik Stankovic atau Ribbery

DUA gelandang elegan Dejan Stankovic dan Frank Ribbery akan saling jajal pada babak 16 besar Liga Champions di Stadion Giuseppe Meazza dini hari nanti.

Ya, meski memiliki banyak pemain hebat, namun Leonardo, allenatore Inter Milan tak berani memberi kesempatan kepada pemain lain untuk mengatur ritme permainan Nerrazuri.

Mantan play maker timnas Brasil dan AC Milan itu akan menempatkan Dejan Stankovic sebagai playmaker La Benneamata (sebutan lain Inter Milan). Artinya, pemain kelahiran Serbia ini akan menjajal Frank Ribbery yang diplot Louis van Gaal sebagai play maker Die Rotten.

Sesungguhnya, antara Stankovic dan Ribbery memiliki tipikal permainan yang nyaris tak berbeda.
Hanya saja, jika mengacu pada agresifitas permainan di lini tengah, tampaknya Stankoviic lebih baik dari pada Ribbery. Ini bisa dilihat dari banyaknya tendangan mengarah ke gawang yang dilesakkannyaStankovic.

Namun jika berkaca pada efektifitas permainan, jelas Ribbery lebih unggul dari pada Stankovic.
Lihatlah dua gol yang telah dilesakkannya, ketika Stankovic justru hanya mampu mencetak satu gol ke gawang lawan. (jun)