32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Maimunah, Anak Buruh Tani dari Langkat, Sempat Ragu Bisa Lulus Masuk UGM

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang bagi Maimunah Safitri (18) untuk meraih impiannya bisa masuk perguruan tinggi sekelas Universitas Gajah Mada (UGM), bahkan tanpa tes. Gadis asal Langkat, Sumatera Utara ini berhasil diterima kuliah di D4 Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Sekolah Vokasi UGM lewat jalur SNMPTN undangan.

KELUARGA: Maimunah (kiri), foto bersama adik dan kedua orangtuanya di kediamannya di Desa Banyumas, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Selain menjadi penerima program Kartu Indonesia Pitar (KIP) Kuliah yang membebaskannya dari biaya kuliah hingga delapan semester. “Yang pasti senang sekali bisa diterima di UGM. Dari dulu memang pengin banget kuliah agar masa depan bisa lebih baik dan membantu mengangkat keluarga,” kata dia yang dilansir wartawan dari laman UGM, Selasa (29/6).

Mai biasa disapa itu tumbuh dan besar dari keluarga sederhana di sebuah kampung kecil dekat perkebunan sawit di Desa Banyumas, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Dia merupakan anak sulung dari dua bersaudara pasangan Sawal (45) dan Ponisih (38). Bapaknya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dan menjadi tulang punggung keluarga.

“Bapak dulu sempat kerja di kebun sawit, tapi lama-lama berat kan fisik juga semakin menua. Akhirnya memilih jadi buruh tani, garap kebun milik tetangga kalau ada yang nyuruh. Alhamdulillah selalu saja ada yang dikerjakan oleh bapak,” ujarnya.

Mai mengungkapkan dari menjadi buruh tani, biasanya bapaknya bisa membawa pulang uang sekitar Rp300 ribu setiap minggunya. Meskipun tak banyak, upah tersebut bisa digunakan untuk mencukupi kehidupan keluarga mereka.

Kondisi keluarga yang hidup dalam kondisi pas-pasan tak lantas mematahkan semangat Mai untuk terus berprestasi di setiap jenjang pendidikan.

Gadis yang lahir pada 8 Mei 2003 silam ini selalu menggenggam juara di sekolah hingga bangku SMK. Dia pun berhasil meraih juara umum saat sekolah di SMK Negeri I Stabat jurusan Mesin Permodelan dan Informasi Bangunan.

Tak hanya itu, sejumlah medali dan penghargaan juga berhasil dibawa pulang dari berbagai kompetisi yaitu, medali perak Olimpiade Numeradi dan Literasi Indonesia (ONLI) POSI 2021, medali perak Kompetisi Sains Indonesia (KSI) POSI 2021, medali perak Olimpiade Biologi Nasional 2021.

Meskipun telah mengantongi berbagai penghargaan tak lantas mejadikan Mai jumawa. Dia tetap saja menjadi gadis kecil yang rendah hati. Keraguan sempat menghinggapinya saat akan mendaftar masuk UGM melalui SNMPTN Undangan.

Kegamangannya itu bukanlah tanpa sebab, karena dia berasal dari SMK yang menurutnya banyak orang sulit untuk tembus SNMPTN. “Saat daftar SNMPT Undangan sama guru BK sempat disarankan untuk tidak pilih UGM. Katanya berat kalau dari SMK, sayang nilai udah bagus kalau tidak luluskan sedih,” tuturnya.

Namun, akhirnya dia tetap pada pendirianya. Hasilnya, dia pun dinyatakan lulus diterima di UGM. Capain itu bahkan menjadi tonggak sejarah baru bagi sekolahnya.

Dia menjadi siswa pertama di sekolahnya yang berhasil diterima kuliah di UGM. “Yang tembus SNMPTN di Jawa baru saya,” kata Mai. 

Perawakan Mai memang tergolong kecil, namun dia merupakan anak yang ulet dan pekerja keras. Sudah setahun berjalan, dia mengambil kerja sembari sekolah secara daring. Bukan hal yang mudah bagi dirinya untuk membagi waktu sekolah, bekerja, dan menyiapkan diri menghadapi ujian kelulusan sekolah dan masuk perguruan tinggi.

“Sampai sekarang masih kerja di Binjai, dari Senin sampai Sabtu jadi drafter di workshop/perusahaan alat-alat listrik,” sebut dia. Kegembiraan pastinya dirasakan oleh keluarga Mai. Kedua orangtuanya bahagia karena impian putrinya semakin dekat dengan kenyataaan.

Meski bukan dari keluarga berada mereka ingin anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Tidak seperti bapaknya yang hanya bisa sekolah sampai tingkat SD dan mamak sampai SMP.

“Bapak mamak senang sekali tau Mai diterima di UGM. Bahkan, mamak sudah mencicil belikan barang-barang seperti koper untuk persiapan kuliah di Jogja jauh-jauh hari sebelum pengumuman. Saya sempat gak enak, gimana kalau besok tidak diterima,” kata Ponisih, ibu dari Mai. (bbs/azw)

Ponisih mengatakan, pada awalnya dia dan suami tidak setuju dengan keinginan putrinya untuk kuliah di luar kota bahkan di luar Pulau. Mereka ingin Mai kuliah tak jauh dari tempat tinggalnya.(bbs/azw)

“Anak memang sejak SMP pengin bisa kuliah. Lalu, saya bilang jangan jauh-jauh Mamak gak ada duit, tapi Mai bilang bisa nanti ada beasiswa,” terangnya. Saat ini, Ponisih hanya bisa berdoa yang terbaik untuk putrinya.

Dia berharap nantinya Mai bisa kuliah di UGM dengan lancar dan lulus tepat waktu serta bisa meraih apa yang menjadi cita-citanya. (bbs/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang bagi Maimunah Safitri (18) untuk meraih impiannya bisa masuk perguruan tinggi sekelas Universitas Gajah Mada (UGM), bahkan tanpa tes. Gadis asal Langkat, Sumatera Utara ini berhasil diterima kuliah di D4 Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil Sekolah Vokasi UGM lewat jalur SNMPTN undangan.

KELUARGA: Maimunah (kiri), foto bersama adik dan kedua orangtuanya di kediamannya di Desa Banyumas, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Selain menjadi penerima program Kartu Indonesia Pitar (KIP) Kuliah yang membebaskannya dari biaya kuliah hingga delapan semester. “Yang pasti senang sekali bisa diterima di UGM. Dari dulu memang pengin banget kuliah agar masa depan bisa lebih baik dan membantu mengangkat keluarga,” kata dia yang dilansir wartawan dari laman UGM, Selasa (29/6).

Mai biasa disapa itu tumbuh dan besar dari keluarga sederhana di sebuah kampung kecil dekat perkebunan sawit di Desa Banyumas, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Dia merupakan anak sulung dari dua bersaudara pasangan Sawal (45) dan Ponisih (38). Bapaknya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dan menjadi tulang punggung keluarga.

“Bapak dulu sempat kerja di kebun sawit, tapi lama-lama berat kan fisik juga semakin menua. Akhirnya memilih jadi buruh tani, garap kebun milik tetangga kalau ada yang nyuruh. Alhamdulillah selalu saja ada yang dikerjakan oleh bapak,” ujarnya.

Mai mengungkapkan dari menjadi buruh tani, biasanya bapaknya bisa membawa pulang uang sekitar Rp300 ribu setiap minggunya. Meskipun tak banyak, upah tersebut bisa digunakan untuk mencukupi kehidupan keluarga mereka.

Kondisi keluarga yang hidup dalam kondisi pas-pasan tak lantas mematahkan semangat Mai untuk terus berprestasi di setiap jenjang pendidikan.

Gadis yang lahir pada 8 Mei 2003 silam ini selalu menggenggam juara di sekolah hingga bangku SMK. Dia pun berhasil meraih juara umum saat sekolah di SMK Negeri I Stabat jurusan Mesin Permodelan dan Informasi Bangunan.

Tak hanya itu, sejumlah medali dan penghargaan juga berhasil dibawa pulang dari berbagai kompetisi yaitu, medali perak Olimpiade Numeradi dan Literasi Indonesia (ONLI) POSI 2021, medali perak Kompetisi Sains Indonesia (KSI) POSI 2021, medali perak Olimpiade Biologi Nasional 2021.

Meskipun telah mengantongi berbagai penghargaan tak lantas mejadikan Mai jumawa. Dia tetap saja menjadi gadis kecil yang rendah hati. Keraguan sempat menghinggapinya saat akan mendaftar masuk UGM melalui SNMPTN Undangan.

Kegamangannya itu bukanlah tanpa sebab, karena dia berasal dari SMK yang menurutnya banyak orang sulit untuk tembus SNMPTN. “Saat daftar SNMPT Undangan sama guru BK sempat disarankan untuk tidak pilih UGM. Katanya berat kalau dari SMK, sayang nilai udah bagus kalau tidak luluskan sedih,” tuturnya.

Namun, akhirnya dia tetap pada pendirianya. Hasilnya, dia pun dinyatakan lulus diterima di UGM. Capain itu bahkan menjadi tonggak sejarah baru bagi sekolahnya.

Dia menjadi siswa pertama di sekolahnya yang berhasil diterima kuliah di UGM. “Yang tembus SNMPTN di Jawa baru saya,” kata Mai. 

Perawakan Mai memang tergolong kecil, namun dia merupakan anak yang ulet dan pekerja keras. Sudah setahun berjalan, dia mengambil kerja sembari sekolah secara daring. Bukan hal yang mudah bagi dirinya untuk membagi waktu sekolah, bekerja, dan menyiapkan diri menghadapi ujian kelulusan sekolah dan masuk perguruan tinggi.

“Sampai sekarang masih kerja di Binjai, dari Senin sampai Sabtu jadi drafter di workshop/perusahaan alat-alat listrik,” sebut dia. Kegembiraan pastinya dirasakan oleh keluarga Mai. Kedua orangtuanya bahagia karena impian putrinya semakin dekat dengan kenyataaan.

Meski bukan dari keluarga berada mereka ingin anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Tidak seperti bapaknya yang hanya bisa sekolah sampai tingkat SD dan mamak sampai SMP.

“Bapak mamak senang sekali tau Mai diterima di UGM. Bahkan, mamak sudah mencicil belikan barang-barang seperti koper untuk persiapan kuliah di Jogja jauh-jauh hari sebelum pengumuman. Saya sempat gak enak, gimana kalau besok tidak diterima,” kata Ponisih, ibu dari Mai. (bbs/azw)

Ponisih mengatakan, pada awalnya dia dan suami tidak setuju dengan keinginan putrinya untuk kuliah di luar kota bahkan di luar Pulau. Mereka ingin Mai kuliah tak jauh dari tempat tinggalnya.(bbs/azw)

“Anak memang sejak SMP pengin bisa kuliah. Lalu, saya bilang jangan jauh-jauh Mamak gak ada duit, tapi Mai bilang bisa nanti ada beasiswa,” terangnya. Saat ini, Ponisih hanya bisa berdoa yang terbaik untuk putrinya.

Dia berharap nantinya Mai bisa kuliah di UGM dengan lancar dan lulus tepat waktu serta bisa meraih apa yang menjadi cita-citanya. (bbs/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/