SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara membutuhkan penguatan literasi dan numerasi. Dari hipotesa sederhana, di pesisir pantai timur sepanjang Selat Malaka dan pesisir pantai barat Samudera Indonesia termasuk perlu mendapatkan perhatian khusus terhadap literasi dan numerasi siswa.
Proses pembelajaran di satuan pendidikan tidak bisa lagi mengabaikan literasi dan numerasi sebagai dasar berpikir. Festival Literasi dan Numerasi Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sumatera Utara ini sebagai momentum untuk bersama-sama mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua.
Hal ini diungkapkan Kepala BPMP Sumatera Utara Tajuddin Idris SSI MT pada lokakarya Festival Literasi dan Numerasi BPMP Sumut, Senin (4/11).
Festival diadakan pada 3-6 November 2024 di BPMP Provinsi Sumatera Utara dengan berbagai kegiatan. Selain lokakarya, ada juga olimpiade literasi serta numerasi bagi guru dan siswa SD, SMP dan SMA sederajat. Lalu peresmian perpustakaan BPMP Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian lomba pantun antar-siswa SMP, lomba membaca dan menulis puisi antar-siswa SMA, lomba guru bercerita, lomba dongeng jenjang SD dan lomba menulis surat untuk menteri Dikdasmen RI. Kegiatan juga dimeriahkan musik, quis dan doorprize.
Kepala BPMP Sumatera Utara Tajuddin Idris SSI MT mengutarakan bahwa untuk penguatan literasi dan numerasi di sekolah dibutuhkan sinergi dan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Disinilah, urgensi BPMP Provinsi Sumatera Utara sebagai kepanjangan tangan Kemendikdasmen dan Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota untuk menjalankan peran pendampingan di satuan pendidikan.
Termasuk juga pada seluruh pemangku kepentingan yang beririsan seperti Kemendagri, Kemenag, Kemensos, Kemenkes dan pihak terkait lain untuk memperkuat sinergitas. Salah satunya, melalui Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) sebagai wadah kolaboratif pemangku kepentingan di daerah.
Kepala BPMP Provinsi Sumatera Utara menyebutkan bahwa keberadaan TPLD sangat strategis dalam penguatan literasi dan numerasi di sekolah. Strategi implementasi di ranah fisik, sosial afektif dan akademik menjadi pintu masuk bagi terciptanya budaya literasi di sekolah.
”Sekolah akhirnya menjadi simpul kolaborasi yang bertujuan membangun warga sekolah sebagai pembelajar sepanjang hayat,” harapnya.
Dalam kesempatan ini, Tajuddin Idris SSI MT juga menjelaskan bahwa dari Dapodik berdasar hasil verifikasi wilayah individu peserta didik terdapat 255.824 siswa kategori Anak Tidak Sekolah (ATS).
”Rinciannya, kategori drop out 57.101 siswa. Lulus tidak melanjutkan sekolah 63.728 siswa dan belum pernah bersekolah 134.995 siswa,” ujarnya.
Berdasarkan Panduan Literasi dan Numerasi di Sekolah Tahun 2021, Kemendikbudristek RI telah melakukan survey. Hasilnya 67,11 persen guru, mengalami kendala dalam mengoperasikan perangkat digital. Kemudian 88,7 persen siswa kekurangan fasilitas pendukung. Seperti laptop, listrik, jaringan internet dan gawai. Dampaknya, siswa tidak konsentrasi dalam belajar 51,1 persen.
”Salah satu langkah yang akan dilakukan yakni memperkuat kerja sama dengan perguruan tinggi dengan meminta mahasiswa kampus mengajar/Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk membantu melakukan pendataan siswa ATS di desa-desa dan juga membantu mengajar pada satuan pendidikan,” ujar kepala BPMP Provinsi Sumatera Utara.
Nara sumber pada lokakarya literasi dan numerasi antara lain Stuart Weston (dari Inggris), pakar literasi Prof Dr Sri Minda Murni, Wakil Rektor III UMSU Prof Assoc Dr Rudianto, Kepala Perpustakaan USU Laila Hadri Nasution SSos MP, Dr Asrul Daulay MSi dipandu moderator Dr Agus Marwan.
Hadir pada lokakarya tersebut, Penggiat Literasi dan Numerasi yang juga mantan Bupati Serdangbedagai Ir Soekirman, mantan Wakil Bupati Pakpakbharat Dr Matsuhito Solin MPd, kepala Cabang Dinas Pendidikan Provsu, para guru.
Untuk kegiatan olimpiade diikuti 1.230 siswa dan guru dari 24 kabupaten/kota. Diantaranya dari Medan, Asahan, Tebingtinggi, Deliserdang, Nias Barat, Nias Selatan, Pematangsiantar, Padangsidempuan, Tanjungbalai, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara. (dmp)