Bupati Nias Drs Sokhiatulo Laoli MM menghadiri wisudawan Mahasiswa Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli Sumatera Utara (Sumut) yang digelar di Auditorium STT Sunderman BNKP Jalan Pendidikan Kelurahan Ilir Kota Gunungsitoli, Sabtu (4/8). Sebanyak 112 mahasiswa IKIP yang diwisuda merupakan sarjana pendidikan IKIP Gunungsitoli periode I Tahun 2018.
“Dengan wisuda hari ini, maka IKIP Gunungsitoli pada umur 52 tahun, secara keseluruhan telah meluluskan alumni sebanyak 6.680 orang dengan rincian, sarjana muda 442 orang, diploma tiga 451 orang, strata satu (Sarjana) 5787 orang. Dan perlu diketahui bahwa para alumni IKIP Gunungsitoli hampir 80 persen bertugas sebagai tenaga pendidik atau guru,” jelas Rektor IKIP Gunungsitoli Desman Telaumbanua dalam laporannya.
Desman menjelaskan bahwa IKIP Gunungsitoli milik Pemerintah Kabupaten Nias didirikan pada 15 November 1965. Dipimpin pertama sekali oleh Drs H Chandra Telaumbanua menjabat dari tahun 1965-1966.
Pada kesempatan itu hadir Ketua Umum Yayasan Perguruan Tinggi (Yaperti) Nias Drs F Yanus Larosa MAP. Yunus mengatakan, bahwa Yaperti Nias mewadahi dua satuan pendidikan tinggi, yaitu IKIP Gunungsitoli dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pembnas Nias. Keduanya telah berupaya me-ningkatkan mutu dan kualitas pendidikan melalui peningkatan program studi.
“Pada IKIP Gunungsitoli, enam program studi telah memperoleh akreditasi B, dan 2 program studi akan reakreditasi pada Tahun 2019, sementara pada STIE Pembnas Nias dua program studi, 1 di antaranya telah memperoleh akreditasi B dan direncanakan pada Tahun 2019 pembukaan program studi baru S1 Akuntansi,” paspar Yanus Larosa yang juga menjabat Sekretaris Daerah (sekda) Kabupaten Nias.
Sementara, Bupati Nias Drs Sokhiatulo Laoli MM pada arahannya menekankan agar yang wisuda mampu berkompetisi dalam merebut kesempatan dan peluang kerja.
Dia juga beraharap ke depan IKIP Gunungsitoli senantiasa berorientasi pada standar kompetisi nasional.
“Wisuda harus bisa menjadi refleksi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, dan tidak dianggap hanya sebagai acara rutin atau seremonial belaka. Wisuda juga harus disikapi secara arif dan bijak sebagai koreksi terhadap proses manajerial pendidikan, baik itu dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian serta hasil yang telah dicapai,” urainya.
Pada kesempatan itu juga Sokhiatulo me-ngajak mahasiswa yang baru diwisuda untuk menyadari bahwa kehidupan moderen di era global ini semakin komplek. Dan, masyarakat semakin terbuka, tingkat kompetisi semakin tajam serta tiada lagi ruang dan waktu tanpa kompetisi.
“Untuk itu, kesadaran mahasiswa berinovasi itu sangat penting, belajar dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan harus selalu melekat, jangan pernah merasa puas dengan ilmu yang telah dipelajari, akan tetapi teruslah belajar, belajar, dan belajar lagi,” pungkasnya. (mag-5/azw)