29 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Ubah Diri ke Paikem Gembrot

Pada 2006 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam bermitra dengan Decentralized Basic Education Thre (DBE3). Bersama program yang dirancang oleh USAID Indonesia itu, SMP Negeri 2 Lubuk Pakam melaksanakan program Student Center.

Menariknya dari jalinan kerjasama itu, guru-guru mendapat pelatihan dari narasumber yang berperan sebagai fasilitator. Bahkan, pada setiap sesi fasilitator selalu melaksanakan tugas berdua (team teaching).
Saat kegiatan pelatihan peserta duduk dalam kelompok sesuai dengan mata pelajaran masing-masing, kemudian diberikan tugas serta diskusi bersama-sama, dan dipresentasikan. Pembelajaran dilakukan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta peserta gembira.

Ya, sejak tahun 1977 (sekolah berdiri) sampai dengan berakhirnya tahun pelajaran 2007/2008, SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, melaksanakan proses pembelajaran secara konvensional yang telah mendarah daging bagi para pendidik, di mana seluruh siswanya  menghadap satu arah, yaitu menghadap ke depan (baca, guru) dalam setiap proses pembelajaran.

Guru menjadi satu-satunya sumber belajar dan menjadi pustakawan berjalan. Guru mendominasi pembelajaran, tanpa mempedulikan keberagaman dan keaktifan siswa. Dengan kata lain, guru adalah segala-galanya bagi siswa serta proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred). Hingga, tanpa guru. siswa tidak pernah memiliki keberanian untuk berkembang.

Model semacam itu pun kini diubah menjadi Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan Gembira dan Berbobot (Paikem Gembrot). “Ini menjadi tantangan bagi kepala sekolah untu mendorong terciptanya perubahan pembelajaran secara menyeluruh,” bilang Kepala di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, Drs H Adi Mutia MPd.
Adi Mutia menambahkan, kepala sekolah, guru, dan pegawai adalah tiga sejarangan (menurut pepatah minang). Di mana, peran masing-masing saling mendukung, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Mereka semua dijadikan sebagai keluarga atau teman tanpa membedakan antara satu dengan lainnya.

Sewaktu akan memasuki tahun pelajaran baru, diadakan pertemuan dengan seluruh stakeholder sekolah untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan dan  merancang program yang akan dilaksanakan satu tahun ke depan. Pertemuan ini  dimaksudkan adalah untuk mencari masukan, untuk dijadikan sebagai analisis kebutuhan bagi guru mata pelajaran (mapel) masing-masing. Guru dapat mengajukan kebutuhan akan mapel yang akan diajarkannya satu tahun ke depan seperti alat peraga, media pembelajaran. Semua itu didiskusikan untuk menentukan skala prioritas agar direalisasikan. (btr)

Pada 2006 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam bermitra dengan Decentralized Basic Education Thre (DBE3). Bersama program yang dirancang oleh USAID Indonesia itu, SMP Negeri 2 Lubuk Pakam melaksanakan program Student Center.

Menariknya dari jalinan kerjasama itu, guru-guru mendapat pelatihan dari narasumber yang berperan sebagai fasilitator. Bahkan, pada setiap sesi fasilitator selalu melaksanakan tugas berdua (team teaching).
Saat kegiatan pelatihan peserta duduk dalam kelompok sesuai dengan mata pelajaran masing-masing, kemudian diberikan tugas serta diskusi bersama-sama, dan dipresentasikan. Pembelajaran dilakukan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta peserta gembira.

Ya, sejak tahun 1977 (sekolah berdiri) sampai dengan berakhirnya tahun pelajaran 2007/2008, SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, melaksanakan proses pembelajaran secara konvensional yang telah mendarah daging bagi para pendidik, di mana seluruh siswanya  menghadap satu arah, yaitu menghadap ke depan (baca, guru) dalam setiap proses pembelajaran.

Guru menjadi satu-satunya sumber belajar dan menjadi pustakawan berjalan. Guru mendominasi pembelajaran, tanpa mempedulikan keberagaman dan keaktifan siswa. Dengan kata lain, guru adalah segala-galanya bagi siswa serta proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centred). Hingga, tanpa guru. siswa tidak pernah memiliki keberanian untuk berkembang.

Model semacam itu pun kini diubah menjadi Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan Gembira dan Berbobot (Paikem Gembrot). “Ini menjadi tantangan bagi kepala sekolah untu mendorong terciptanya perubahan pembelajaran secara menyeluruh,” bilang Kepala di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, Drs H Adi Mutia MPd.
Adi Mutia menambahkan, kepala sekolah, guru, dan pegawai adalah tiga sejarangan (menurut pepatah minang). Di mana, peran masing-masing saling mendukung, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Mereka semua dijadikan sebagai keluarga atau teman tanpa membedakan antara satu dengan lainnya.

Sewaktu akan memasuki tahun pelajaran baru, diadakan pertemuan dengan seluruh stakeholder sekolah untuk mengevaluasi program yang telah dilaksanakan dan  merancang program yang akan dilaksanakan satu tahun ke depan. Pertemuan ini  dimaksudkan adalah untuk mencari masukan, untuk dijadikan sebagai analisis kebutuhan bagi guru mata pelajaran (mapel) masing-masing. Guru dapat mengajukan kebutuhan akan mapel yang akan diajarkannya satu tahun ke depan seperti alat peraga, media pembelajaran. Semua itu didiskusikan untuk menentukan skala prioritas agar direalisasikan. (btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/