26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

PTN Buka Tiga Jalur Seleksi, PTS Menjerit

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Langkah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan membuka tiga jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, ternyata berdampak bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS). PTS mengalami kesulitan untuk mendatangkan mahasiswa baru.

MEMBELUDAK: Seleksi masuk PTN selalu diikuti peserta dengan jumlah banyak.

Kondisi ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M Budi Djatmiko dalam diskusi Seleksi Ujian Mandiri PTN buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS di Jakarta, kemarin.

Budi mengatakan, operasional PTN selama ini sudah ditanggung negara. Karena itu, PTN tidak perlu mencari uang lagi dengan menerima mahasiswa sebanyak-banyaknya. Bahkan, PTN sampai menggelar seleksi mandiri untuk menerima mahasiswa baru.

“PTN tidak seharusnya mati-matian menerima mahasiswa baru sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, PTN seharusnya lebih fokus mengejar status sebagai perguruan tinggi kelas dunia,” tegasnya.

Ditambahkan, PTN juga harus kreatif membuka program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Sehingga bisa menjalankan fungsinya untuk menyelesaikan problem bangsa Indonesia.

Budi mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan akan membatasi kuota mahasiswa baru di PTN. Dengan begitu, PTN tidak berorientasi mengejar kuantitas mahasiswa, tetapi lebih ke kualitas pembelajarannya. Sayangnya, sampai sekarang keinginan itu belum terlaksana.

Dia mengatakan, negara tidak perlu repot-repot menyediakan anggaran besar untuk membantu PTS. Dengan membatasi penerimaan mahasiswa baru di PTN saja, Budi menyebut PTS sudah sangat bersyukur. Sebab, jumlah mahasiswa baru di PTS bisa bertambah banyak. Kemudian, operasional PTS bisa hidup dengan sehat serta kualitas pembelajarannya semakin baik.

“Di lapangan memang banyak PTS yang memiliki mahasiswa sangat banyak. PTS seperti ini umumnya dalam kondisi sehat. Tetapi, mayoritas PTS memiliki jumlah mahasiswa sedikit. Kondisi kampus-kampus swasta yang memiliki mahasiswa kurang dari seribu orang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Sedangkan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek Nizam menyatakan, setiap PTN tentu memiliki kapasitas masing-masing. Sehingga PTN tidak bisa menerima mahasiswa baru terlalu banyak sampai melebihi kapasitasnya. Namun, dia mengakui saat ini terjadi tren penurunan jumlah mahasiswa baru. “Data 2020, terjadi tren penurunan mahasiswa baru. Baik itu di PTN maupun PTS,” ujarnya.

Untuk tahun ini, datanya belum final. Guru besar UGM Jogjakarta itu mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah mahasiswa baru. Menurut Nizam, mahasiswa baru di PTS mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada periode 2017 sampai 2019. Kemudian menurun pada 2020.

Nizam mengakui PTN di Indonesia memiliki kapasitas yang besar. Namun, lanjut dia, pekerjaan rumah saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas PTS maupun PTN di Indonesia. (bbs/dek)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Langkah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan membuka tiga jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru, ternyata berdampak bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS). PTS mengalami kesulitan untuk mendatangkan mahasiswa baru.

MEMBELUDAK: Seleksi masuk PTN selalu diikuti peserta dengan jumlah banyak.

Kondisi ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M Budi Djatmiko dalam diskusi Seleksi Ujian Mandiri PTN buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS di Jakarta, kemarin.

Budi mengatakan, operasional PTN selama ini sudah ditanggung negara. Karena itu, PTN tidak perlu mencari uang lagi dengan menerima mahasiswa sebanyak-banyaknya. Bahkan, PTN sampai menggelar seleksi mandiri untuk menerima mahasiswa baru.

“PTN tidak seharusnya mati-matian menerima mahasiswa baru sebanyak-banyaknya. Sebaliknya, PTN seharusnya lebih fokus mengejar status sebagai perguruan tinggi kelas dunia,” tegasnya.

Ditambahkan, PTN juga harus kreatif membuka program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Sehingga bisa menjalankan fungsinya untuk menyelesaikan problem bangsa Indonesia.

Budi mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan akan membatasi kuota mahasiswa baru di PTN. Dengan begitu, PTN tidak berorientasi mengejar kuantitas mahasiswa, tetapi lebih ke kualitas pembelajarannya. Sayangnya, sampai sekarang keinginan itu belum terlaksana.

Dia mengatakan, negara tidak perlu repot-repot menyediakan anggaran besar untuk membantu PTS. Dengan membatasi penerimaan mahasiswa baru di PTN saja, Budi menyebut PTS sudah sangat bersyukur. Sebab, jumlah mahasiswa baru di PTS bisa bertambah banyak. Kemudian, operasional PTS bisa hidup dengan sehat serta kualitas pembelajarannya semakin baik.

“Di lapangan memang banyak PTS yang memiliki mahasiswa sangat banyak. PTS seperti ini umumnya dalam kondisi sehat. Tetapi, mayoritas PTS memiliki jumlah mahasiswa sedikit. Kondisi kampus-kampus swasta yang memiliki mahasiswa kurang dari seribu orang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.

Sedangkan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek Nizam menyatakan, setiap PTN tentu memiliki kapasitas masing-masing. Sehingga PTN tidak bisa menerima mahasiswa baru terlalu banyak sampai melebihi kapasitasnya. Namun, dia mengakui saat ini terjadi tren penurunan jumlah mahasiswa baru. “Data 2020, terjadi tren penurunan mahasiswa baru. Baik itu di PTN maupun PTS,” ujarnya.

Untuk tahun ini, datanya belum final. Guru besar UGM Jogjakarta itu mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi salah satu penyebab menurunnya jumlah mahasiswa baru. Menurut Nizam, mahasiswa baru di PTS mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada periode 2017 sampai 2019. Kemudian menurun pada 2020.

Nizam mengakui PTN di Indonesia memiliki kapasitas yang besar. Namun, lanjut dia, pekerjaan rumah saat ini adalah bagaimana meningkatkan kualitas PTS maupun PTN di Indonesia. (bbs/dek)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/