32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Soal UN Mirip Try Out

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SD yang digelar 10 hingga 12 Mei 2011 lalu, seluruh siswa SD Namira Medan mampu untuk mengerjakannya. Pasalnya, soal UN dengan soal try out yang digelar di sekolah sangat mirip.
Kepala SD Namira Medan, Hevy Anna Lubis berharap semua siswa kelas VI di sekolah yang dipimpinnya bisa lulus.
“Dari 50 siswa yang ikut UN tahun ini, harapannya ya bisa lulus 100 persen. Karena persiapan kami untuk menghadapi UN tersebut juga tak main-main,” jelasnya, Selasa (17/5).

Lebih lanjut Anna menjelaskan, kemungkinan kelulusan 100 persen para siswanya itu dikuatkan dengan adanya try out yang sangat sering digelar bagi siswa.

“Tak hanya dari sekolah secara mandiri, tapi juga pihak dinas menyelenggarakan try out bagi siswa kami. Dan saat dicocokkan antara soal UN dan soal try out yang diikuti siswa, soalnya sangat mirip.

Karenanya, siswa pasti tak terkejut dengan soal UN dan mudah-mudahan mereka bisa mengerjakan soal UN tersebut dengan baik pada waktu itu,” katanya. Pihaknya juga sangat bersyukur atas try out yang digelar pihak dinas pendidikan.

“Dari tiga mata ujian yang diikuti siswa pada UN, yang paling mirip dengan soal try out adalah pada mata uji IPA. Sedangkan Matematika dan Bahasa Indonesia tak begitu mirip,” terang Anna.

Disamping itu SD Namira Medan yang beralamat di Jalan Setia Budi Pasar I No 76 Tanjung Sari Medan Selayang sedang mempersiapkan diri menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Hal ini setelah pada 2010 ini SD Namira terpilih sebagai sekolah yang dibiayai untuk menerapkan Sekolah Standar Nasional (SSN) oleh Kemendiknas.

Anna mengatakan, adapun beberapa syarat agar sekolah dapat dinaikkan tingkatannya menjadi RSBI yakni, luas lahan minimal 5000 meter persegi, kualifikasi guru telah semuanya sarjana, sarana dan prasarana tingkat nasional, memiliki prestasi akademik maupun non akademik yang sangat menonjol, nilai rata-rata ujian akhir sekolah (UAS) 2 tahun terakhir adalah 7 dan menunjukkan kecenderungan meningkat, dan lainnya.
Menurut Anna, jika sekolah tersebut sebelumnya telah berstatus SSN, maka untuk menjadi RSBI akan lebih mudah. “Karena untuk menjadi RSBI sebagian kriterianya telah terpenuhi saat sekolah telah berstatus SSN,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, untuk menuju status RSBI, sekolah juga harus memiliki rencana kerja sekolah, rencana strategis jangka menengah dan rencana operasional, serta telah memiliki RAPBS.

Saat ini, Anna mengaku, pihaknya tinggal menunggu keputusan dari Disdik Medan dalam hal persetujuan realisasi SD Namira Medan berstatus RSBI. “Setelah dari Disdik Medan langsung tinggal tunggu keputusan dari Kemendiknas,” terangnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga telah melengkapi berbagai fasilitas di sekolahnya yang ditenggat selama 3 tahun. Misalnya, unuk kelas internasional, SD Namira Medan harus melengkapi komputer hingga infokus.
SD Namira Medan juga memiliki 20 orang guru yang telah sarjana. “Mereka juga harus lancar berbahasa Inggris dan harus memiliki nilai TOEFL minimal 500,” paparnya.

Saat ini, sekolah yang berada di bawah asuhan Yayasan Fajar Islam ini memiliki siswa sebanyak 423 orang. Sekolah yang berdiri pada 2000 lalu ini mempunyai kelebihan tersendiri yang menjadikannya lebih unggul dari sekolah lain. Seperti, memiliki kelas unggulan, guru-guru yang berkompeten di bidangnya, dan memiliki kegiatan ekstrakurikuler sebagai penampung dan penyalur bakat siswa.

Kelas unggulan yang dimiliki SD Namira ini selain mempunyai kurikulum yang ditambah dan berbeda, bahasa penyampaian hingga proses belajar mengajarnya siswa dan guru diharuskan menggunakan Bahasa Inggris. Kurikulum yang digunakan di kelas plus ini merupakan kurikulum dari Diknas, Depag, Internasional dan Muatan Lokal. Diharapkan guru dan siswa bisa mengaplikasikan Bahasa Inggris di dalam kelas .

maupun di luar kelas. “Dengan hal tersebut maka guru dan siswa nantinya akan terbiasa menggunakan bahasa internasional dan tak lagi canggung dalam kesehariannya,” harap Anna.

Pada muatan lokal di kelas plus siswa juga diberikan tambahan untuk pelajaran komputer dan Bahasa Inggris. Sedangkan pada kelas reguler, selain komputer dan Bahasa Inggris juga diberikan penambahan pelajaran mengaji. (saz)

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SD yang digelar 10 hingga 12 Mei 2011 lalu, seluruh siswa SD Namira Medan mampu untuk mengerjakannya. Pasalnya, soal UN dengan soal try out yang digelar di sekolah sangat mirip.
Kepala SD Namira Medan, Hevy Anna Lubis berharap semua siswa kelas VI di sekolah yang dipimpinnya bisa lulus.
“Dari 50 siswa yang ikut UN tahun ini, harapannya ya bisa lulus 100 persen. Karena persiapan kami untuk menghadapi UN tersebut juga tak main-main,” jelasnya, Selasa (17/5).

Lebih lanjut Anna menjelaskan, kemungkinan kelulusan 100 persen para siswanya itu dikuatkan dengan adanya try out yang sangat sering digelar bagi siswa.

“Tak hanya dari sekolah secara mandiri, tapi juga pihak dinas menyelenggarakan try out bagi siswa kami. Dan saat dicocokkan antara soal UN dan soal try out yang diikuti siswa, soalnya sangat mirip.

Karenanya, siswa pasti tak terkejut dengan soal UN dan mudah-mudahan mereka bisa mengerjakan soal UN tersebut dengan baik pada waktu itu,” katanya. Pihaknya juga sangat bersyukur atas try out yang digelar pihak dinas pendidikan.

“Dari tiga mata ujian yang diikuti siswa pada UN, yang paling mirip dengan soal try out adalah pada mata uji IPA. Sedangkan Matematika dan Bahasa Indonesia tak begitu mirip,” terang Anna.

Disamping itu SD Namira Medan yang beralamat di Jalan Setia Budi Pasar I No 76 Tanjung Sari Medan Selayang sedang mempersiapkan diri menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).

Hal ini setelah pada 2010 ini SD Namira terpilih sebagai sekolah yang dibiayai untuk menerapkan Sekolah Standar Nasional (SSN) oleh Kemendiknas.

Anna mengatakan, adapun beberapa syarat agar sekolah dapat dinaikkan tingkatannya menjadi RSBI yakni, luas lahan minimal 5000 meter persegi, kualifikasi guru telah semuanya sarjana, sarana dan prasarana tingkat nasional, memiliki prestasi akademik maupun non akademik yang sangat menonjol, nilai rata-rata ujian akhir sekolah (UAS) 2 tahun terakhir adalah 7 dan menunjukkan kecenderungan meningkat, dan lainnya.
Menurut Anna, jika sekolah tersebut sebelumnya telah berstatus SSN, maka untuk menjadi RSBI akan lebih mudah. “Karena untuk menjadi RSBI sebagian kriterianya telah terpenuhi saat sekolah telah berstatus SSN,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, untuk menuju status RSBI, sekolah juga harus memiliki rencana kerja sekolah, rencana strategis jangka menengah dan rencana operasional, serta telah memiliki RAPBS.

Saat ini, Anna mengaku, pihaknya tinggal menunggu keputusan dari Disdik Medan dalam hal persetujuan realisasi SD Namira Medan berstatus RSBI. “Setelah dari Disdik Medan langsung tinggal tunggu keputusan dari Kemendiknas,” terangnya.

Tak hanya itu, pihaknya juga telah melengkapi berbagai fasilitas di sekolahnya yang ditenggat selama 3 tahun. Misalnya, unuk kelas internasional, SD Namira Medan harus melengkapi komputer hingga infokus.
SD Namira Medan juga memiliki 20 orang guru yang telah sarjana. “Mereka juga harus lancar berbahasa Inggris dan harus memiliki nilai TOEFL minimal 500,” paparnya.

Saat ini, sekolah yang berada di bawah asuhan Yayasan Fajar Islam ini memiliki siswa sebanyak 423 orang. Sekolah yang berdiri pada 2000 lalu ini mempunyai kelebihan tersendiri yang menjadikannya lebih unggul dari sekolah lain. Seperti, memiliki kelas unggulan, guru-guru yang berkompeten di bidangnya, dan memiliki kegiatan ekstrakurikuler sebagai penampung dan penyalur bakat siswa.

Kelas unggulan yang dimiliki SD Namira ini selain mempunyai kurikulum yang ditambah dan berbeda, bahasa penyampaian hingga proses belajar mengajarnya siswa dan guru diharuskan menggunakan Bahasa Inggris. Kurikulum yang digunakan di kelas plus ini merupakan kurikulum dari Diknas, Depag, Internasional dan Muatan Lokal. Diharapkan guru dan siswa bisa mengaplikasikan Bahasa Inggris di dalam kelas .

maupun di luar kelas. “Dengan hal tersebut maka guru dan siswa nantinya akan terbiasa menggunakan bahasa internasional dan tak lagi canggung dalam kesehariannya,” harap Anna.

Pada muatan lokal di kelas plus siswa juga diberikan tambahan untuk pelajaran komputer dan Bahasa Inggris. Sedangkan pada kelas reguler, selain komputer dan Bahasa Inggris juga diberikan penambahan pelajaran mengaji. (saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/