SMP Negeri 23 Medan
SMP Negeri 23 Medan baru saja mendapatkan predikat sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Berkaitan dengan itu, sekolah yang beralamat di Jalan Raya Medan Tenggara Ujung ini terus berbenah.
Kepala SMP Negeri 23 Medan, Nilam Cahaya Hasibuan MPd mengatakan predikat SSN diperoleh dari Kementerian Pendidikan RI, sekitar tahun 2010 lalu.
Ini merupakan prestasi yang harus dipertahankan dan bahkan menjadi target lagi untuk lebih meningkatkan mutu anak didik pada tahun berikutnya.
“Sejauh ini setidaknya baru tiga sekolah lanjutan tingkat pertama di Medan yang mencapai predikat SSN. Meskipun kita tidak pernah menyangka akan mendapatkan predikat ini, namun ini menjadi motivasi bagi para staf pendidik untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik mungkin saja beberapa tahun ke depan kita bias meraih predikat sebagai sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI),”ungkapnya.
Sementara itu untuk memenuhi hal tersebut, lanjut Nilam bukanlah hal yang mudah, selain harus memenuhi delapan kriteria sebagai sarat SSN, seperti kurikulum, proses pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, penilaian serta yang terakhir adalah kultur sekolah. Untuk mendapatkan predikat (RSBI), Nilam mengaku, setiap sekolah juga harus memiliki staf pengajar yang mampu menguasai bahasa asing.
“Yang mana setiap guru harus mempunyai nilai TOEFL kurang lebih 600. Selain itu, 30 persen dari pendidik di sekolah menengah harus S2 atau S3 sesuai dengan pendidikan yang diajarkan,” ujarnya.
Alasan itulah yang menjadikan SMPN 23 Medan ini untuk terus membenahi para staf pengajarnya.
Yakni dengan memberikan program pelatihan komputer dan Bahasa Inggris kepada setiap guru, serta mengikuti berbagai workshop maupun seminar tentang pendidikan.
Tak hanya memasang target, SMPN 23 perlahan membenahi sarana dan prasarana sekolah dengan membangun laboratoriunm komputer dan laboratorium IPA. SMPN 23 juga tengah mempersiapakan kelas efektif yakni diisi maksimal 32 murid dan seorang guru dalam mata pelajaran di setiap kelasnya.
“Sejauh ini kita memiliki sebuah kelas yang hanya diisi 20 siswa untuk melihat sejauh mana efektifitas proses belajar mengajar yang diterapkan dengan memaksimalkan jumlah peerta didik di tiap kelas. Sehingga pembenahan akan terus kita lakukan,” ungkapnya.(uma)