28 C
Medan
Thursday, December 5, 2024
spot_img

LPPM USU Berikan Mesin Pengolahan Gula Aren untuk Tigkatkan Kualitas dan Kuantitas

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) di Desa Rumah Sumbul dengan kegiatan utama “Pendampingan Pengembangan Wisata Rumah Gula dan Pemberian Alat Pengolah Gula Aren”. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari Program Desa Binaan LPPM USU tahun 2023.

Kegiatan PPM kali ini dilaksanakan secara bertahap, yaitu pada Selasa, 15 Agustus 2023 bertempat di Kantor Desa Rumah Sumbul, dan pada Sabtu, 2 September 2023 bertempat di pengolahan gula aren milik Jaman Sembiring di Desa Rumah Sumbul.

Penyerahan alat pengolah gula aren pada 15 Agustus 2023 di Kantor Desa Rumah Sumbul dihadiri Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU, Dr Oding Affandi, Dr Bejo Slamet, Dr Ridwanti Batubara, Harisyah Manurung SHut MSi, serta mahasiswa peserta Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) USU. Sementara itu dari pihak desa, hadir Kepala Desa Rumah Sumbul Sobiran Sembiring beserta jajaran pemerintah desa, dan tokoh masyarakat.

Kepala Desa Rumah Sumbul menyampaikan, pihak desa sangat menyambut baik kegiatan program ini. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU yang telah memberikan bantuan alat produksi gula aren ini. Seperti sudah kami sampaikan, di Desa Rumah Sumbul ini banyak terdapat pohon aren penghasil nira milik masyarakat yang bisa diolah menjadi gula aren. Namun demikian, air nira aren ini setelah dipanen oleh pemiliknya langsung dijual airnya untuk dijadikan minuman berupa tuak,” kata Sobiran Sembiring.

Menurut Sembiring, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mengolah air nira ini menjadi gula aren. Di antaranya, pengolahan menjadi gula aren memerlukan waktu lama. Memerlukan alat yang memadai agar dihasilkan gula aren yang baik, dan memerlukan waktu untuk menjualnya ke pasar agar harga jual lebih tinggi.

“Jadi, dengan adanya bantuan alat pengolah gula aren ini, sudah sangat tepat dan akan sangat membantu bagi masyarakat dalam membuat gula aren. Apalagi gula aren dari desa kami ini mempunyai kualitas yang bagus dan murni tanpa campuran bahan yang lain. Sehingga jika dikembangkan dengan baik, ini akan menjadi produk khas dari Desa Rumah Sumbul sekaligus sebagai oleh-oleh bagi masyarakat yang datang berwisata,” sebut Sembiring.

Sementara itu Dr Ridwanti Batubara selaku Koordinator Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha Desa Binaan LPPM USU menyampaikan, pemberian alat pengolah gula ini bertujuan agar produk gula aren yang dihasilkan berkualitas baik dan diproduksi lebih banyak. “Saat ini kami memberi bantuan alat utama pengolah gula aren yaitu belanga (wajan) alumunium dengan kapasitas sekitar 120 liter. Alat baru ini akan menggantikan belanga lama yang berbahan besi dan lebih kecil ukurannya,” kata Ridwanti.

Lebih lanjut dijelaskannya, alumunium ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan besi. Misalnya, alumunium lebih tahan terhadap korosi dan tidak berkarat. “Tentu, ini akan meningkatkan kualitas gula aren. Selain itu, alumunium mempunyai kondusifitas yang tinggi terhadap panas. Jadi ia cepat panas dan dingin. Sehingga dengan sifat ini akan menghemat bahan bakar dan waktu pemasakan,” tegas Ridwanti.

Selain belanga, Tim Program Desa Binaan LPPM USU juga menyerahkan pengaduk gula, saringan, panci, mangkok, piring, sendok, gelas, cerek, dan nampan yang semuanya berbahan alumunium.

Sementara itu, Dr Oding Affandi selaku Ketua Program Desa Binaan LPPM USU menyampaikan, pemberian alat baru pengolah gula aren ini sangat terkait dengan tujuan dikembangkannya Wisata Rumah Gula di Desa Rumah Sumbul. “Kami melalui Program Desa Binaan ini dan tentunya sudah berkoordinasi dengan pihak desa, ke depannya Desa Rumah Sumbul ini akan dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata berbasis sumberdaya alam dan lingkungan serta pendidikan atau kita sebut dengan eduekowisata. Salah satu kegiatan eduekowisata ini yaitu Wisata Rumah Gula,” jelas Dr Oding Affandi.

Nantinya, lanjut Dr Oding, para wisatawan bisa berkunjung dan melihat langsung cara pengolahan gula aren di pondok (rumah) pengolahan gula aren milik warga yang berada di ladang. “Di pondok pengolahan gula aren ini, wisatawan bisa melihat dan belajar langsung bagaimana cara memasak air nira sampai menjadi gula aren. Tentunya, karena pondok pengolahan gula ada di ladang, maka selama perjalanan menuju pondok ini, wisatawan juga bisa menikmati kesegaran alam Desa Rumah Sumbul yang masih hijau, asri dan banyak pepohonan,” ungkapnya.

Adapun pada kegiatan tahap kedua pada Sabtu, 2 September 2023, kegiatan PPM bertempat di pondok pengolahan gula aren milik Jaman Sembiring di Desa Rumah Sumbul. Hadir Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU yaitu Dr Oding Affandi, Dr Ridwanti Batubara, Dr Luthfi Hakim, Harisyah Manurung SHut MSi, serta mahasiswa peserta MBKM USU.

Dari pihak desa dihadiri oleh Kepala Desa Rumah Sumbul beserta jajaran pemerintah desa, tokoh masyarakat dan masyarakat umum dengan total peserta sekitar 30 orang. Fokus kegiatan pada tahap kedua ini yaitu pembuatan tracking (jalur) wisata dari Kantor Desa Rumah Sumbul ke pondok pengolahan aren, pengangkutan alat pengolah aren ke pondok aren, dan penataan pondok aren sebagai tujuan wisata rumah gula.

Acara dimulai dengan pengarahan oleh Dr Luthfi Hakim selaku Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU. “Pada hari ini, kita bersama-sama akan melakukan pengangkutan alat pengolahan gula aren. Jadi masing-masing peserta membawa alat yang mampu dibawa ke pondok gula. Di sana nanti kita akan merapikan dan menata pondok gula menjadi salah satu tujuan wisata di Desa Rumah Sumbul ini. Sambil berjalan kita juga akan membuat titik koordinat pada jalan yang kita lalui dan nantinya akan kita petakan pada peta potensi desa dan di tempat pengolahan gula ini, peserta bisa melihat dan belajar langsung proses pembuatan gula aren,” papar Luthfi.

Menurut Dr Oding Affandi, adanya ragam olahan makanan di rumah gula juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. “Ini sangat menarik, setelah kita berjalan cukup jauh dan lelah, semuanya terobati setelah makan rebus singkong aren ini. Energi kita Kembali dan makanannya sangat sehat dan alami. Mengibaratkan oleh-oleh ‘peuyeum Bandung’ dari Jawa Barat, maka rebus gula aren ini juga bisa diproduksi dan dikemas sehingga bisa dibawa pulang oleh wisatawan. Tentunya hal ini juga akan menambah pendapatan bagi para petani aren lainnya di Desa Rumah Sumbul”, jelas Oding.

Masih menurut Oding, bahwa Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU juga akan mendampingi pengolahan gula aren lebih lanjut seperti pembuatan gula semut, pengemasan dan pemasaran produk olahan gula, perolehan perizinan berusaha, dan pembentukan legalitas badan usaha pelaku usaha gula aren. (adz)

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat (PPM) di Desa Rumah Sumbul dengan kegiatan utama “Pendampingan Pengembangan Wisata Rumah Gula dan Pemberian Alat Pengolah Gula Aren”. Kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari Program Desa Binaan LPPM USU tahun 2023.

Kegiatan PPM kali ini dilaksanakan secara bertahap, yaitu pada Selasa, 15 Agustus 2023 bertempat di Kantor Desa Rumah Sumbul, dan pada Sabtu, 2 September 2023 bertempat di pengolahan gula aren milik Jaman Sembiring di Desa Rumah Sumbul.

Penyerahan alat pengolah gula aren pada 15 Agustus 2023 di Kantor Desa Rumah Sumbul dihadiri Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU, Dr Oding Affandi, Dr Bejo Slamet, Dr Ridwanti Batubara, Harisyah Manurung SHut MSi, serta mahasiswa peserta Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) USU. Sementara itu dari pihak desa, hadir Kepala Desa Rumah Sumbul Sobiran Sembiring beserta jajaran pemerintah desa, dan tokoh masyarakat.

Kepala Desa Rumah Sumbul menyampaikan, pihak desa sangat menyambut baik kegiatan program ini. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU yang telah memberikan bantuan alat produksi gula aren ini. Seperti sudah kami sampaikan, di Desa Rumah Sumbul ini banyak terdapat pohon aren penghasil nira milik masyarakat yang bisa diolah menjadi gula aren. Namun demikian, air nira aren ini setelah dipanen oleh pemiliknya langsung dijual airnya untuk dijadikan minuman berupa tuak,” kata Sobiran Sembiring.

Menurut Sembiring, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mengolah air nira ini menjadi gula aren. Di antaranya, pengolahan menjadi gula aren memerlukan waktu lama. Memerlukan alat yang memadai agar dihasilkan gula aren yang baik, dan memerlukan waktu untuk menjualnya ke pasar agar harga jual lebih tinggi.

“Jadi, dengan adanya bantuan alat pengolah gula aren ini, sudah sangat tepat dan akan sangat membantu bagi masyarakat dalam membuat gula aren. Apalagi gula aren dari desa kami ini mempunyai kualitas yang bagus dan murni tanpa campuran bahan yang lain. Sehingga jika dikembangkan dengan baik, ini akan menjadi produk khas dari Desa Rumah Sumbul sekaligus sebagai oleh-oleh bagi masyarakat yang datang berwisata,” sebut Sembiring.

Sementara itu Dr Ridwanti Batubara selaku Koordinator Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Usaha Desa Binaan LPPM USU menyampaikan, pemberian alat pengolah gula ini bertujuan agar produk gula aren yang dihasilkan berkualitas baik dan diproduksi lebih banyak. “Saat ini kami memberi bantuan alat utama pengolah gula aren yaitu belanga (wajan) alumunium dengan kapasitas sekitar 120 liter. Alat baru ini akan menggantikan belanga lama yang berbahan besi dan lebih kecil ukurannya,” kata Ridwanti.

Lebih lanjut dijelaskannya, alumunium ini memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan besi. Misalnya, alumunium lebih tahan terhadap korosi dan tidak berkarat. “Tentu, ini akan meningkatkan kualitas gula aren. Selain itu, alumunium mempunyai kondusifitas yang tinggi terhadap panas. Jadi ia cepat panas dan dingin. Sehingga dengan sifat ini akan menghemat bahan bakar dan waktu pemasakan,” tegas Ridwanti.

Selain belanga, Tim Program Desa Binaan LPPM USU juga menyerahkan pengaduk gula, saringan, panci, mangkok, piring, sendok, gelas, cerek, dan nampan yang semuanya berbahan alumunium.

Sementara itu, Dr Oding Affandi selaku Ketua Program Desa Binaan LPPM USU menyampaikan, pemberian alat baru pengolah gula aren ini sangat terkait dengan tujuan dikembangkannya Wisata Rumah Gula di Desa Rumah Sumbul. “Kami melalui Program Desa Binaan ini dan tentunya sudah berkoordinasi dengan pihak desa, ke depannya Desa Rumah Sumbul ini akan dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata berbasis sumberdaya alam dan lingkungan serta pendidikan atau kita sebut dengan eduekowisata. Salah satu kegiatan eduekowisata ini yaitu Wisata Rumah Gula,” jelas Dr Oding Affandi.

Nantinya, lanjut Dr Oding, para wisatawan bisa berkunjung dan melihat langsung cara pengolahan gula aren di pondok (rumah) pengolahan gula aren milik warga yang berada di ladang. “Di pondok pengolahan gula aren ini, wisatawan bisa melihat dan belajar langsung bagaimana cara memasak air nira sampai menjadi gula aren. Tentunya, karena pondok pengolahan gula ada di ladang, maka selama perjalanan menuju pondok ini, wisatawan juga bisa menikmati kesegaran alam Desa Rumah Sumbul yang masih hijau, asri dan banyak pepohonan,” ungkapnya.

Adapun pada kegiatan tahap kedua pada Sabtu, 2 September 2023, kegiatan PPM bertempat di pondok pengolahan gula aren milik Jaman Sembiring di Desa Rumah Sumbul. Hadir Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU yaitu Dr Oding Affandi, Dr Ridwanti Batubara, Dr Luthfi Hakim, Harisyah Manurung SHut MSi, serta mahasiswa peserta MBKM USU.

Dari pihak desa dihadiri oleh Kepala Desa Rumah Sumbul beserta jajaran pemerintah desa, tokoh masyarakat dan masyarakat umum dengan total peserta sekitar 30 orang. Fokus kegiatan pada tahap kedua ini yaitu pembuatan tracking (jalur) wisata dari Kantor Desa Rumah Sumbul ke pondok pengolahan aren, pengangkutan alat pengolah aren ke pondok aren, dan penataan pondok aren sebagai tujuan wisata rumah gula.

Acara dimulai dengan pengarahan oleh Dr Luthfi Hakim selaku Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU. “Pada hari ini, kita bersama-sama akan melakukan pengangkutan alat pengolahan gula aren. Jadi masing-masing peserta membawa alat yang mampu dibawa ke pondok gula. Di sana nanti kita akan merapikan dan menata pondok gula menjadi salah satu tujuan wisata di Desa Rumah Sumbul ini. Sambil berjalan kita juga akan membuat titik koordinat pada jalan yang kita lalui dan nantinya akan kita petakan pada peta potensi desa dan di tempat pengolahan gula ini, peserta bisa melihat dan belajar langsung proses pembuatan gula aren,” papar Luthfi.

Menurut Dr Oding Affandi, adanya ragam olahan makanan di rumah gula juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. “Ini sangat menarik, setelah kita berjalan cukup jauh dan lelah, semuanya terobati setelah makan rebus singkong aren ini. Energi kita Kembali dan makanannya sangat sehat dan alami. Mengibaratkan oleh-oleh ‘peuyeum Bandung’ dari Jawa Barat, maka rebus gula aren ini juga bisa diproduksi dan dikemas sehingga bisa dibawa pulang oleh wisatawan. Tentunya hal ini juga akan menambah pendapatan bagi para petani aren lainnya di Desa Rumah Sumbul”, jelas Oding.

Masih menurut Oding, bahwa Tim Pelaksana Program Desa Binaan LPPM USU juga akan mendampingi pengolahan gula aren lebih lanjut seperti pembuatan gula semut, pengemasan dan pemasaran produk olahan gula, perolehan perizinan berusaha, dan pembentukan legalitas badan usaha pelaku usaha gula aren. (adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/