Pembelajaran yang disajikan di dalam kegiatan belajar mengajar belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoretis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan.
Materi yang disajikan dalam setiap mata pelajaran khususnya pembelajaran berdiskusi belum mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif.Dari gambaran yang sudah tersaji jika kita telaah lebih lanjut maka akan timbul sebuah pertanyaan yaitu. Mengapa pembelajaran diskusi yang dilasanakan di kelas belum efektif untuk membangun kemampuan siswa dalam berkomunikasi khususnya berbicara?
Jawaban dari pertanyaan yang demikian terjadi di akibatkan oleh penggunaan metode diskusi kelompok belum mampu melibatkan setiap siswa ke dalam kegiatan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hanya siswa tertentu yang terlibat dalam proses diskusi secara dialogis dan interaktif. Akibatnya, mata pelajaran yang diampu oleh guru belum mampu menjadi mata pelajaran yang disenangi dan dirindukan oleh siswa. Imbas lebih jauh dari kondisi pembelajaran semacam itu adalah kegagalan siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, serta sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran yang melaksanakan diskusi.Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis mengusulkan sebuah inovasi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok model peserta bernomor khusus.
Saat ini metode pembelajaran yang sudah ada dan banyak dilaksanakan di sekolah salah satu adalah diskusi kelompok. Dengan menggunakan metode ini, para siswa diharapkan dapat saling belajar bekerja sama dan saling berkomunikasi secara lisan sehingga mampu memecahkan masalah yang didiskusikan.
Berdasarkan pengalaman empirik di lapangan, penggunaan metode diskusi kelompok memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan metode ceramah, misalnya, yang selama ini mendominasi kegiatan pembelajaran. Melalui metode ini, kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Siswalah yang lebih aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya memosisikan diri sebagai fasilitator pembelajaran.
Sejalan dengan keunggulan metode diskusi Zaini, dkk. (2004) menyatakan bahwa keunggulan lain yang dimiliki metode diskusi kelompok, di antaranya: (1) membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir; (2) membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain.
(3) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip; (4) membantu siswa menyadari akan suatu problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah; (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya; dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik
Masalah yang Ditemukan
Meskipun demikian, metode diskusi kelompok yang digunakan selama ini masih mengandung dua kelemahan yang cukup mendasar, yaitu: (1) belum semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok; dan (2) siswa masih mengalami kesulitan mengemukakan pendapat dan memberikan tanggapan terhadap pendapat teman sekelasnya.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, diperlukan inovasi metode diskusi kelompok yang benar-benar dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Landasan filosofis penggunaan metode diskusi kelompok model peserta bernomor khusus dalam kegiatan pembelajaran adalah metode konstruktivistik. Asumsi sentral metode ini adalah bahwa belajar itu menemukan. Meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi yang diterima sehingga informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Konstruktivistik dimulai dari masalah untuk selanjutnya berdasarkan bantuan guru, siswa dapat menyelesaikan dan menemukan langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Sejalan dengan itu Depdiknas (2005) Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif, strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar). Pembelajaran yang bernaung dalam metode konstruktivistik adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Metode Pembelajaran
Sesuai dengan inovasi pembelajaran yang diusulkan, disajikan metode diskusi kelompok model peserta bernomor khusus. Metode ini termasuk ke dalam jenis metode diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif yang lebih menekankan pengajaran individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif (Team-Assisted Individualization).
Dalam praktiknya, metode diskusi kelompok model peserta bernomor khusus didukung oleh penggunaan alat bantu berupa nomor peserta yang terbuat dari kertas HVS berukuran 5 cm x 5 cm.jumlah kartu bernomor disesuaikan dengan jumlah siswa. Dan kartu ditulis dua angka yang dipisahkan dengan tanda titik. Angka depan merupakan nomor kelompok sedangkan angka belakang merupakan nomor khusus peserta. Penggunaan kertas HVS ini dimaksudkan agar mudah digulung sehingga siswa tidak dapat melihat nomor khusus yang akan dipilih.
Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa lebih ditekankan pada kompetensi individual meskipun dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok. Penggunaan kartu bernomor khusus dimaksudkan sebagai upaya untuk membangkitkan motivasi siswa secara individual dalam mengemukakan pendapat atau tanggapan secara lisan. Dengan menggunakan metode ini, siswa tidak bisa lagi bergantung kepada sesama anggota. Setiap anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap permasalahan yang dibahas dalam forum diskusi. Dengan cara demikian, setiap anggota akan selalu siap jika sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru untuk memberikan pendapat berdasarkan nomor khusus yang dimilikinya. Dengan cara demikian kompetensi siswa dalam hal berbicara dapat ditingkatkan.
Oleh, Nikson Tampubolon, S.Pd
Guru SMA Negeri 2 Lubuk Pakam