Oleh : Rika Elvriede Hutahaean, S.Kep., Ns dan Dr. Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS
Mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan USU
(rikahutahaean1@gmail.com, evikarota18@gmail.com)
Stroke merupakan suatu gejala klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara global yang dapat menyebabkan kematian atau kelainan menetap lebih dari 24 jam, yang menyebabkan berkurangnya daya gerak seseorang karena kekuatan otot yang menurun, (WHO, 2022). Stroke dibagi dua macam yaitu stroke hemoragic dan stroke iskemik, berupa hemiparise (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan) yang dikarenakan oleh gangguan motorik neuron dengan karateristik kehilangan kontrol gerakan volunter (gerakan sadar), gangguan gerakan, keterbatasan tonus otot dan keterbatasan reflek.
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh stroke adalah berupa hemiparise (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan). Hal ini disebabkan oleh gangguan motorik neuron dengan karateristik kehilangan kontrol gerakan volunter (gerakan sadar), gangguan gerakan, keterbatasan tonus otot dan keterbatasan reflek.
Dalam perawatan pasien post stroke dirumah diperlukan adanya caregiver atau seorang pengasuh yang dapat membantu pasien saar membutuhkan bantuan serta melatih pasine secara bertahap untuk mencapai kemandirian. Penanganan yang dibutuhkan termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Keluarga sangat berperan aktif dalam fase pemulihan dimana saat perencanaan pulang keluarga selalu dilibatkan termasuk dibekali edukasi oleh tenaga kesehatan. Dukungan keluarga merupakan satu faktir yang sangat mempengaruhi efikasi diri penderita post stroke.
- Adapun upaya penanganan yang dapat dilakukan pada pasien post stroke dirumah yaitu: Membantu pasien dalam latihan mobilisasi dimana jika kondisi pasien mengalami gejala kelemahan anggota gerak dan belum mampu bergerak sendiri untuk menghindari resiko jatuh.
- Ajak pasien untuk latihan gerak dengan membantu memotivasi serta memfasilitasi pasien untuk menggerak-gerakkan sendi-sendi ditubuhnya setiap hari untuk mencegah kekakuan dan melatih otot saraf yang lemah.
- Bantu makan pasien, biasanya pasien post stroke mengalami gangguan menelan sehingga tak jarang pasien menggunakan selang NGT di rumah. Jika pasien mampu makan tanpa selang maka berikan posisi duduk lebih tegak ketika sedang makan untuk menghindari tersedak yang mampu membahayakan nyawa.
- Ajak bicara, pasien stroke iskemik sering mengalami gangguan bicara maka seringlah mengajak berbicara untuk menyemangati pasien dalam berusaha untuk berbicara dan mengucapkan kata-kata misalnya mulai dari menulis dikertas.
- Ciptakan lingkungan yang aman dengan mengatur tempat tidur agar posisi tidak terlalu tinggi, memastikan lantai tidak licin.
- Membantu mengingatkan minum obat dengan teratur
- Mengingatkan jadwal kontrol ke klinik ataupun Rs untuk rehabilitasi medik.
Selain upaya ini, keluarga juga harus memperhatikan asupan nutrisi penderita stroke dengan mengurangi asupan makanan tinggi garam, mengurangi asupan tinggi lemak serta mengindari minuman yang beralkohol untuk membantu efektifitas pemulihan dan pengobatan stroke dirumah.
Masyarakat diharapkan mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang terkena stroke di rumah dengan memberikan dukungan yang penuh serta membantu memfasilitasi penderita terhadap kebutuhan yang dibutuhkan. Dukungan keluarga dan masyarakat mampu meningkatkan efikasi diri penderita untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.(*/rel)