DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Meningkatkan produksi pengrajin gerabah bisa dilakukan dengan menerapkan teknologi tepat guna. Hal ini telah dibuktikan oleh dosen Politeknik Negeri Medan (Polmed) yang melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat baru-baru ini.
Pengabdian penerapan teknologi tepat guna tersebut dilakukan terhadap salah satu pengrajin gerabah di Desa Bangun Sari Baru, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Adapun dosen Polmed yang melakukan kegiatan pengabdian, Sarjianto ST MT, Rihat Sebayang ST MT, Eli Safrida SE MSi, dan Marlya Fatira AK SE MS.
Ketua tim pengabdian, Sarjianto menjelaskan selama ini usaha seni gerabah milik Joko Mulyo itu masih dilakukan secara manual dan tradisional dalam pembuatan gerabah. Padahal, pesanan dari pelanggan sangat bervariasi mulai dari kendi, guci hiasan, dan berbagai pot bunga.
“Salah satu pot bunga yang banyak dipesan adalah pot anggrek, tetapi pengrajin tersebut tidak dapat memenuhi pesanan. Sebab pot bunga anggrek memiliki bentuk khusus dimana terdapat lubang-lubang pada potnya.
Seharusnya dalam pembuatan pot bunga anggrek ini dilakukan dengan ukuran yang jelas dan baku, khususnya pada lubang-lubang pot tersebut. Karena itu, pelaku UKM ini berharap bisa diberikan teknologi untuk membuat pot anggrek sehingga produk yang dihasilkan memiliki ukuran yang sama dan terstandarisasi serta terjamin,” terang Sarjianto.
Menurutnya, karena proses produksi pot anggrek yang dilakukan khususnya pada pembuatan lubang-lubang masih manual maka memakan waktu yang lama dan jumlah pot yang diproduksi terbatas. Karena itu, tidak dapat memenuhi permintaan pot anggrek.
“Solusi yang ditawarkan adalah dengan teknologi pembuatan pot anggrek menggunakan mesin otomatis. Tim pengabdian merancang peralatan berupa mesin pembuat pot anggrek yang dapat melubangi secara otomatis. Selanjutnya, memberikan pelatihan kepada pengrajin tersebut cara menggunakan mesin tersebut,” ungkap Sarjianto.
Adanya mesin pres cetak pot bunga ini, pembuatan pot anggrek menjadi lebih mudah. Teknologi itu menghasilkan pot dengan ukuran yang sama, presisi, terstandarisasi, dan lebih berkualitas.
“Sebelum memiliki mesin pencetak pot anggrek itu, pengrajin tersebut tidak mampu memenuhi permintaan konsumen khususnya untuk pot anggrek. Namun, lantaran sudah memiliki teknologi tepat guna tersebut kini sudah mampu memenuhi permintaan konsumen khusus gerabah pot anggrek,” sambung dia.
Teknologi mesin pencetak pot itu mampu memproduksi 90 pot anggrek per 1 jam. Karenanya, selama 4 jam bisa menghasilkan 360 pot perharinya. “Pengrajin gerabah tersebut selanjutnya dapat melakukan rutinitas biasanya, yaitu membuat gerabah dengan cara tradisional untuk jenis gerabah yang lainnya,” tambah Sarjianto.
Sementara itu, anggota tim pengabdian, Eli Safrida menuturkan tidak hanya meningkatkan produksi, tim pengabdian juga memberi pelatihan pembukuan sederhana berbasis aplikasi akuntansi UKM terhadap pelaku usaha ini.
“Selain itu, tim pengabdian turut memberikan pelatihan penentuan harga pokok produk. Sebab selama proses bisnisnya, belum memperhitungkan seluruh biaya dalam perhitungan harga pokok
Untuk itu, pelaku usaha ini dilatih agar dapat menghitung harga pokok penjualan sesuai dengan biaya- biaya yang dikeluarkan. Dengan begitu, harga pokok penjualan produk sudah mencakup keseluruhan biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead,” tandasnya. (rel)