JAKARTA- Hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei hingga Kamis (10/4) malam mulai mengerucut pada kemunculan tiga poros koalisi Pilpres yang digelar pada Juli mendatang. Diprediksi ada tiga poros koalisi yang segera mencuat ke permukaan, yakni ‘Poros Jokowi’, ‘Poros 08 atau Prabowo’ dan ‘Poros Aburizal Bakrie (ARB)’. Prediksi tiga poros ini dilontarkan oleh pengamat politik yang juga Direkturn
Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari.
Sementara, pemenang Pemilu 2009, Partai Demokrat juga mengajukan tiga alternatif koalisi untuk memenangkan Pilpres 2014. Salah satunya mengajak Gerindra dalam satu perahu koalisi dengan menggandengkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai pasangan capres/cawapres.
Berbicara di depan wartawan, kemarin, Qodari mendasarkan pembentukan tiga poros ini atas beberapa hal berdasarkan hasil hitung cepat perolehan suara parpol, yakni tak ada tokoh partai Islam yang menonjol, tak ada peserta konvensi capres Partai Demokrat yang sangat populer sehinggal layak capres dan Hanura yang mengusung pasangan capres/cawapres WIN-HT jauh dari ambang batas pencapresan.
Dengan fakta quick count tersebut, maka Qodari meyakini hanya akan ada tiga capres yang maju di pilpres, yaitu Jokowi, Prabowo dan Ical. Dia mengatakan ketiga capres itu akan membentuk poros masing-masing.
Ketiga poros itu adalah ‘Poros Jokowi’ yang merupakan gabungan PDIP, PAN, NasDem, dan PKB. ‘Poros Prabowo’ yang berisi Gerindra, PPP, Demokrat, dan Hanura, serta ‘Poros ARB’, yang berisi Golkar, PKS dan PKB. Analisis Qodari yang mendasari terbentuknya tiga poros itu berdasarkan quick count dari Cyrus Network dan CSIS.
Di lain pihak, dengan perolehan suara berada di peringkat keempat berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga, Partai Demokrat menyiapkan tiga skenario dalam menghadapi pemilihan presiden mendatang. Skenario yang tengah dipertimbangkan partai itu adalah dengan bersikeras mengajukan calon presiden atau bersikap realistis dengan hanya mengusung calon wakil presiden.
Juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, mengatakan, partainya mungkin saja membangun koalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Dengan koalisi hanya tiga partai, Ruhut mengatakan partainya tetap cukup untuk memajukan capres.
“Pasangan yang kemungkinan diusung bisa Pramono Edhie-Cak Imin (Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Red),” kata Ruhut saat dihubungi, Kamis (10/4).
Namun, Demokrat juga bersiap-siap menjajaki koalisi dengan dua partai, yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra. Jika berkoalisi dengan PDI-P, Ruhut menyatakan, maka partainya akan mengajukan duet Jokowi-Pramono Edhie Wibowo.
Akan tetapi, jika berkoalisi dengan Partai Gerindra, maka Demokrat akan mengajukan duet Dahlan Iskan untuk mendampingi Prabowo. Pilihan mengajukan Dahlan Iskan mengacu pada hasil survei konvensi capres Demokrat yang menempatkan mantan wartawan itu dalam peringkat tertinggi. Pasangan Prabowo-Dahlan juga diperkirakan ‘layak jual’ karena perpaduan mantan militer dan pengusaha.
Ruhut mengatakan, Demokrat kemungkinan besar tidak akan bergabung dengan Golkar karena elektabilitas Aburizal Bakrie yang masih kalah dibandingkan Jokowi dan Prabowo.
“Tapi kalau secara chemistry, Pak SBY lebih punya keterikatan dengan Pak Prabowo, dibandingkan Bu Mega (Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Red). Kami melihat Prabowo pun bisa menyodok Jokowi selama wakilnya tepat,” kata Ruhut.
Kendati demikian, Ruhut mengatakan, kewenangan untuk menentukan koalisi akan tetap berada di tangan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Dia pun berkeyakinan Partai Demokrat akan menjadi sentral dalam penentuan koalisi ke depan.
“Kami serahkan sepenuhnya ke Pak SBY yang merupakan pakar koalisi. Kami yakin beliau akan menjadi king maker,” kata anggota Komisi III DPR itu.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui kekalahan partainya dan mengucapkan selamat kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, dan Partai Gerindra, yang mendapatkan suara di atas Demokrat. SBY juga menerima perolehan suara partainya kali ini jauh di bawah perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2009.
SBY pun menyinggung soal koalisi. Dia menyatakan, Demokrat membuka koalisi dengan siapa pun, termasuk Gerindra. Saat ini Gerindra sudah memiliki bakal capres, yakni Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Ajakan SBY itu direspons petinggi partai berlambang burung Garuda ini dengan diplomatis. Gerindra siap berkoalisi dengan siapa saja asalkan sejalan dengan enam program aksi yang diusung dalam Pemilu 2014.
“Kami mencari partai koalisi yang sepakat untuk bisa menjalankan platform partai, yaitu enam program aksi Gerindra dan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden,” ujar Ketum DPP Partai Gerindra Suhardi saat dihubungi di Jakarta, Kamis (10/4).
Suhardi mengatakan, langkah koalisi sedang dibicarakan di internal partai untuk mencari peluang serta tengah melakukan penjajakan dengan beberapa partai.
Terkait calon wakil presiden pendamping Prabowo, Suhardi mengatakan bahwa masih belum ada kesepakatan apakah berasal dari kader partai atau dari luar partai.
“Kami sedang membicarakannya. Nanti tergantung kesepakatan akhir, apakah cawapresnya dari dalam atau dari luar partai,” ujar Suhardi.
Suhardi mengaku bersyukur, partai naungannya mendapat suara tiga kali lipat dibanding pemilu sebelumnya berdasarkan hasil hitung cepat sementara.
Ia menambahkan, Gerindra berharap dapat meloloskan Prabowo Subianto sebagai presiden Republik Indonesia periode 2014-2019 pada pemilihan presiden mendatang.
“Prabowo adalah capres yang paling laik, beliau rela mati mempertahankan negara, merangkul berbagai golongan, etnis, agama dan suku,” kata Suhardi.
Sementara, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Hajriyanto Tohari, mengatakan partainya solid mengusung Aburizal Bakrie (ARB) sebagai calon presiden. Dengan perolehan suara usai pemilu legislatif, berdasarkan hasil hitung cepat, partai berlambang pohon beringin ini sedang menyiapkan koalisi dan calon wakil presiden.
“Ada dua persyaratan yang akan menjadi mitra Golkar. Pertama, partai yang mempunyai perolehan suara lebih dari enam persen,” katanya di Cikini, Jakarta, Kamis (10/4).
Hajriyanto, menjelaskan perolehan suara Golkar saat ini berada diangka 14 persen. Untuk bisa mendorong ARB untuk menjadi calon presiden dibutuhkan suara 20 persen, sehingga Golkar membutuhkan mitra untuk memenuhi batas minimal itu.
Mengenai partai yang mempunyai suara enam persen dan akan digandeng Golkar, ia enggan menjelaskan.”Ya mereka yang berada di papan tengah. Kiri kanan ga masalah. Kita bisa kerjasama dengan siapa saja,” katanya.
Bagi partainya saat ini yang terpenting adalah mengejar legal formal pencapresan. Dimana 20 persen batas ambang parlemen harus dipenuhi. “Saat ini legal formal yang penting. Walau idealiseme partai menyala nyala, kami utamakan legal formal,” katanya.
Syarat kedua, mitra koalisi harus bisa menyiapkan calon wakil presiden yang cocok mendampingi ARB. “Kami membutuhkan komplementer dalam persiapan pasangan capres-cawapres Pemilu nanti,” kata Hajriyanto.
Sosok pendamping ARB sangat penting, karena harus mampu melengkapi kekurangan ARB dalam pencapresannya. Calon wapres dianggap harus mempunyai kemampuan lebih untuk mendorong kemenangan Golkar.
“Sosok ini nantinya akan dilihat dari sejauh mana elektabilitasnya. Sejauh mana bisa membantu dalam pekerjaan dan kemampuan dukungan di bawah. Ini penting,” kata Hajriyanto.
PDI-P & NasDem
Tak mau kalah dari parpol lain, PDI Perjuangan (PDI-P) pun bertindak cepat. Sehari pasca-Pemilu legislatif 9 April, Sekjen PDI-P Tjahjo Kumolo secara pro aktif mendekati Partai Nasional Demokrat (NasDem).
Kemarin (10/4), disertai Wasekjen Hasto Kristianto, Tjahjo menemui Ketua Umum NasDem, Surya Paloh, di kantor DPP NasDem, Jakarta. Begitu tiba, dua anak buah Megawati itu langsung disambut pelukan hangat Surya Paloh. Pertemuan ketiga politisi ini berlangsung tertutup.
Seusai pertemuan, Tjahjo mengatakan bahwa kedatangannya untuk melakukan komunikasi dengan partai lain. Hanya saja, Tjahjo belum memberikan kepastian soal kemungkinan koalisi. “Setiap partai kan punya program, visi, dan misi. Nah, kita lihat nanti ke depan seperti apa,” kata Tjahjo.
Keterangan lebih tajam disampaikan Wasekjen NasDem, Willy Aditya. Dikatakan, pertemuan tokoh kedua partai itu berlangsung hangat. Dijelaskan, pertemuan tersebut membicarakan bagaimana agar pemerintahan baru hasil pemilu 2014 bisa kuat, dengan memperkuat sistem presidensial. Juga bagaimana agar bisa sinergi dengan DPR.
Dalam pertemuan tersebut, kata Willy, Tjahjo mengatakan bahwa ada kesamaan ideologi antara PDIP dengan NasDem. Tjahjo, kata Willy, juga menyampaikan bahwa hubungan PDIP dan NasDem cukup dekat secara emosional. “Selayaknya hubungan antara kakak dan adik,” kata Willy.
Sekadar diketahui, Surya Paloh tergolong politisi senior yang dekat dengan PDI-P. Surya menganggap Megawati sebagai kawan. Surya juga berkawan dekat dengan Panda Nababan, salah seorang kepercayaan Megawati. Panda sudah berkawan dengan Surya sejak sama-sama menjadi bagian geng-geng Preman ala anak Medan di eranya dulu.
Kedekatan Panda dengan Surya, diungkapkan Panda Nababan di bukunya yang berjudul ‘Menembus Fakta, Otobiografi 30 Tahun Seorang Wartawan’. Putra Panda Nababan, yakni Putra Nababan, saat ini juga menjadi pemimpin redaksi Metro TV yang merupakan milik Surya Paloh. (bbs/sam/val)