MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana PKS, PAN, dan Partai Demokrat (PD) Kota Medan mengusung satu pasangan calon dengan membentuk satu poros di Pilkada Medan 2020, langsung mendapat respon dari pengurus tingkat provinsi. DPW PAN dan DPW PKS Sumut menyambut positif rencana tersebut. Namun DPD Partai Demokrat Sumut, menolak tegas rencana koalisi tersebut.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Herri Zukarnain Hutajulu menilai, pembentukan poros baru ini malah akan menghambat para kader partai dan tokoh masyarakat yang ingin berkontribusi membangun Kota Medan lebih baik ke depan.
“Kita tidak menginginkan ada poros baru untuk Pilkada Medan. Kenapa? Seakan-akan kita tidak membuka seluas-luasnya untuk para calon kepala daerah yang ingin memajukan Kota Medan dan mensejahterakan rakyat Medan,” kata Herri kepada Sumut Pos, Kamis (16/1).
Menurutnya komunikasi dengan partai politik lain memang harus senantiasa terjalin. Namun bukan berarti seolah memberi ‘gap’ terhadap calon kepala daerah yang siap berkontestasi dan diusung nanti. “Inikan masih dalam proses (penjaringan bakal calon, Red), kenapa mesti harus dibuat poros baru? Yang kita baca memang ada PAN, PKS, dan ada Demokrat (dalam pertemuan kemarin). Ini seperti mengunci,” sambung Herri.
Ketika disinggung, apakah penolakan ini memberi signal bahwa Demokrat juga akan mendukung Bobby Nasution? Herri langsung membantahnya. “Bukan berarti kita juga mendukung Bobby. Artinya begini, kita hanya ingin membuka seluas-luasnya calon kepala daerah yang ingin maju, mengingat masih ada waktu.
Karena politik ini setiap waktu berubah terus. Tapi kenapa seolah-olah dibuat poros, yang membuat partai lain atau kader-kader lain tak mau (ikut bertarung). Jadi ini terlalu dini. Demokrat di Sumut tidak ada membuat poros-poros baru, terutama di 23 kabupaten/kota yang menyelenggarakan Pilkada serentak 2020,” bebernya.
Di sisi lain, mantan anggota DPRD Medan dua periode ini juga menegaskan, semua keputusan atau rekomendasi calon yang akan diusung ada di DPP. “Pada prinsipnya kami menolak wacana poros baru itu. Silaturahmi dengan seluruh parpol memang harus kita jalin, tapi bukan pula menyimpulkan membuat poros baru sebab semua keputusan ada di pusat,” tegasnya.
Berbeda dengan Herri, Ketua DPW PAN Sumut, Yahdi Khoir justru menyambut positif rencana pembentukan poros baru oleh PAN, PKS dan Partai Demokrat. Apalagi, ada wacana menyiapkan ‘jagoan’ dari kader partai sebagai lawan Bobby Nasution di Pilkada Medan. “Sejauh ini kami memandang positif. Memang untuk membangun koalisi yang kuat dibutuhkan komunikasi yang baik. Termasuk membicarakan siapa orang-orang terbaik yang akan dimajukan untuk membangun Kota Medan,” katanya.
Apalagi, imbuh dia, Kota Medan butuh figur kuat. Sebab, permasalahan yang ada begitu kompleks. Belum lagi kondisi masyarakatnya yang beragam, tentu perlu sosok yang benar-benar memahami hal dimaksud. “Pada prinsipnya kami dari DPW PAN akan siap menampung aspirasi daerah terhadap kebutuhan sosok yang benar-benar diinginkan masyarakat di daerah itu. Aspirasi tersebut akan kami teruskan ke DPP yang sebelumnya akan diputuskan melalui forum rapat pleno di DPW, yang disampaikan tim Pilkada DPW PAN Sumut. Dan kami akan berupaya meyakinkan DPP atas aspirasi dari DPD-DPD,” katanya.
PKS Sumut sendiri justru lebih dulu mendukung terbentuknya poros baru di Pilkada Medan 2020. Bahkan menurut Ketua DPW PKS Sumut, Hariyanto, wacana tersebut perlu terus digelorakan, sehingga demokrasi di Kota Medan berlangsung sehat dan disambut antusias rakyat Medan. “Tentu kalau wacana ini terus disuarakan, sangat cocok sekali. Kalau memang kami bisa berkoalisi nanti bersama PAN juga Demokrat (di Pilkada Medan), ya bagus sekali. Apalagi DPD PKS Medan dan PAN Medan, kan juga sudah ketemu,” ujarnya.
Menurut dia, baik PKS dan PAN dalam pertemuan tersebut sama-sama punya itikad kuat untuk memajukan kader masing-masing. Hariyanto juga optimis pihaknya tidak kehabisan tokoh yang siap bertarung, populer ditengah masyarakat dan juga siap membangun Kota Medan lebih baik lagi. “Kalau (suku Jawa) ada Pak Jumadi. Tokoh minang dan melayu ada Pak Salman. Mandailing ada Ustadz Rajuddin Sagala. Mereka-mereka itu merupakan tokoh yang memang sudah mengerti, baik masalah anggaran dan kebijakan pembangunan Kota Medan,” kata anggota DPRD Sumut itu.
“Yang jelas partai juga akan melihat perkembangan ke depan seperti apa. Pada prinsipnya kader PKS semuanya siap untuk dicalonkan,” pungkasnya.
Sebelumnya, Partai Demokrat , PKS, dan PAN Kota Medan melakukan pertemuan di Opal Cofee, Jalan T Amir Hamzah Medan, Rabu (15/1). Hadir dalam petemuan itu, Ketua DPC Partai Demokrat Medan Burhanuddin Sitepu bersama sekretarisnya Parlindungan Sipahutar dan bendahara, Ishaq Abrar M Tarigan.
Ketua DPD PAN Medan HT Bahrumsyah hadir bersama sekretarisnya Agam Ginting dan Abdul Rahman, sedangkan Ketua DPD PKS Medan Salman Alfarisi juga didampingi sekretarisnya Rudianto Simangunsong dan Rajuddin Sagala yang saat ini duduk sebagai Wakil ketua DPRD Medan. Dalam pertemuan itu disepakati, mereka akan mengusung satu pasangan calon untuk melawan Bobby Nasution sebagai bakal calon Wali Kota Medan yang paling diperhitungkan.
Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Warjio menilai, langkah yang diambil ketiga parpol untuk bersatu ‘melawan’ Bobby Nasution di Pilkada Medan sudah tepat. “Tentu, secara rekam jejak mereka sudah berpengalaman. Sedangkan untuk Bobby sendiri, masyarakat belum bisa mengukur kemampuannya sebab belum ada rekam jejaknya di dunia politik,” kata Warjio.
Dijelaskannya, kelebihan itulah yang harus ditonjolkan oleh para paslon yang akan menjadi lawan menantu Presiden RI Joko Widodo yang sudah tentu mempunyai jaringan yang kuat untuk melakukan lobi politik dengan para elit di tingkat pusat. “Kalau mau melawan Bobby, maka pengalaman itulah yang harus dijadikan selling point (nilai jual) bagi mereka. Salman dan Bahrum adalah sosok yang potensial, tinggal bagaimana mereka bisa memenuhi beberapa kriteria untuk layak mendapatkan perhatian,” ujarnya.
Disebutkannya, setidaknya ada 4 kriteria yang harus dimiliki para kompetitor Bobby di Pilkada Medan nanti. Sebab, menjadi lawan dari Bobby tak bisa sekadar punya pengalaman. “Kalau cuma punya pengalaman, ya banyak yang punya pengalaman yang mumpuni, tapi itu saja tidak cukup,” sebutnya.
Adapun keempat kriteria itu, yakni pertama harus menjadi calon yang futuristik. Artinya, calon tersebut harus punya rencana yang jelas dalam membangun Kota Medan, bukan sekadar teori tapi sudah punya strategi matang dalam menuntaskan persoalan yang menghambat kemajuan di Kota Medan. “Ini sangat penting untuk dimiliki setiap calon. Harusnya dengan berbagai pengalaman itu, bukan hal yang sulit bagi mereka untuk menjadi calon yang futuristik,” tuturnya.
Kedua, kata Warjio, calon yang maju haruslah memiliki keberanian terhadap partai politik yang mendukungnya. Sebab katanya, para calon seringkali memiliki potensi untuk membangun dan bekerja maksimal tetapi kalah dengan intervensi partai pendukungnya sebab ketidakberaniannya dalam bertindak tegas untuk menolak intervensi tersebut. “Ketiga, bersih dari berbagai persoalan, baik itu masalah etika maupun menyangkut masalah hukum. Ini sangat penting, suka tidak suka masalah citra di masyarakat juga tidak bisa dihindari. Kalau citranya sudah tidak baik di masyarakat tentu akan sangat sulit untuk mendapatkan respon positif untuk calon itu,” katanya.
Terakhir lanjut Warjio, adalah kemampuan para partai ditingkat daerah untuk dapat melakukan komunikasi politik, melobi para pengurus di DPP untuk dapat merestui rencana pengurus di daerah. “Tapi ketiga partai harus bisa meyakinkan DPP. Intinya disini, sebab bagaimana pun keputusan ada ditangan DPP. Bila mereka tak mampu melobi pengurus ditingkat pusat, maka majunya calon alternatif ini hanya akan menjadi wacana dan tidak akan pernah terwujud,” tandasnya. (prn/map)