MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tokoh muda sekaligus pengusaha Abdul Manan Nasution sengaja memilih Hari Guru Nasional pada Senin (25/11), untuk mengembalikan formulir pendaftaran bakal calon wali kota Medan ke Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Medan. Bagi anggota DPRD Sumut 2014-2019 ini, Golkar adalah guru politik di Indonesia.
“Saya sengaja memilih Hari Guru Nasional, karena Partai Golkar merupakan gurunya politik di tanah air. Jadi ada alasan saya kenapa memilih momen Hari Guru,” kata Abdul Manan dihadapan Ketua DPD Golkar Medan HM Syaf Lubis dan pengurus lainnya.
Dia menyampaikan, kalau HM Syaf Lubis merupakan senior dan guru baginya dibidang politik.
“Ini merupakan hari baik bulan baik, dan ini hari terakhir pendaftaran di Partai Golkar, maka bisa saja lari dukungan Partai Golkar ke saya, inikan namanya harapan dan doa,” ujarnya yang dibalas tepuk tangan dari kader Golkar.
Dirinya mengaku juga sengaja tidak membawa tim saat mendaftar ke Partai Golkar. Karena ia merasa kader Golkar yang ada di sekretariat Golkar adalah tim pemenangannya. “Saya mengusung tagar #MajuMedan, artinya Makmur, Adil, Jujur, untuk Medan. Maju Kotanya, Aman dan Nyaman warganya,” katanya.
Tanda pagar atau tagar MajuMedan, lanjutnya, berarti maju pendidikannya, maju ekonominya, maju kotanya. Ia sendiri sudah merancang beragam kegiatan dalam waktu dekat khususnya untuk para kaum milenial Kota Medan.
Sementara itu, Ketua DPD Golkar Medan HM Syaf Lubis mengatakan, semua nama tokoh yang mendaftar ke Partai Golkar akan dikirim ke DPP. “Semua yang men daftar kawan kita, maka kita serahkan semua kepada DPP Partai Golkar,” katanya.
Dia berpesan meskipun Abdul Manan nantinya sudah dapat partai pengusung dari partai lain, tetapi Partai Golkar tidak boleh ditinggalkan. “Kami harus berkoalisi, karena kami memiliki 4 kursi. Walaupun kami partai tua (1964), tapi kami mesinnya muda,” katanya.
Dia menambahkan untuk mengubah kondisi Kota Medan menjadi lebih baik, maka orang-orang baiklah yang harus merebut kekuasaan ini, sehingga penguasa yang lahir di masa yang akan datang adalah penguasa yang baik. Dengan kekuasaan, lanjutnya, maka orang baik tadi melalui kebijakan-kebijakan bisa membantu masyarakat. (prn/azw)