29 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

Membaca Peta Pilpres 2024 di Sumatera Utara, Begini Prediksinya

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah nama Calon Presiden (Capres) sudah diumumkan masing-masing partai untuk adu kuat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sejauh ini, hampir pasti akan maju di Pilpres 2024, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Rasyid Baswedan. Lantas, bagaimana peta kekuatan ketiganya di Sumatera Utara (Sumut)?

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor menilai, Anis Rasyid Baswedan sudah mendapat dukungan di Sumut lebih dini dibanding dua Capres lain, Prabowo dan Ganjar. Menurutnya, relawan Anies yang sudah terbentuk di Sumut, sama sekali tak mencerminkan kekuatan parpol yang ada saat ini. “Kebanyakan, mereka berasal dari komunitas pendung Prabowo-Sandi, ditambah dengan sedikit pendukung Jokowi-Ma’aruf pada Pilpres tahun 2019 lalu,” kata Shohibul Anshor dalam siaran persnya yang diterima Sumut Pos, Sabtu (29/4/2023).

Menurutnya, pendukung independen (non-partai) Anies ini merupakan cerminan yang jauh lebih besar dan lebih ideal dari peta oposisi kepartaian Indonesia saat ini. “Artinya, jika oposisi Indonesia menurut peta kepartaian adalah gabungan PKS dan Partai Demokrat, maka pendukung ARB jauh melampaui persentase jumlah itu,” jelas dosen Sosiologi FISIP UMSU ini.

Diakuinya, setelah pengumuman pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI Perjuangan belum lama ini, di Sumatera Utara terlihat geliat dukungan yang lebih bergairah. Namun menurutnya, hal itu belum menunjukkan peluang melampaui komunitas pendukung Jokowi-Ma’aruf pada Pilpres 2019.

Sebelumnya, kata Shohibul, cukup banyak even di Sumatera Utara yang diselenggarakan untuk mendorong pencapresan Ganjar sambil secara politik terasa ingin memberi pesan khusus untuk “menekan” Megawati agar segera menetapkan pencapresan Ganjar. Namun dia menilai, spanduk dan baliho Ganjar jauh lebih meriah dibanding kehadiran audiens yang ditargetkan, meski akhirnya banyak beca bermotor yang kemudian dipasangi gambar Ganjar.

“Puan Maharani juga menyelenggarakan even-even yang sama sebelum ini, tetapi tampilan umumnya sangat berbeda dengan karakteristik pendukung Anies. Sebagaimana Ganjar, Puan disambut oleh komunitas yang identik dengan karakteristik yang kentara sebagai warga PDIP,” sebut Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS) ini.

Shohibul juga meyakini, gerakan unifikasi dua kubu utama PDI Perjuangan (pro Ganjar dan pro Puan), diperkirakan dalam waktu dekat akan menyelenggarakan deklarasi dan publikasi dukungan untuk Ganjar Pranowo dengan lebih bergeliat.

Lantas bagaimana dengan Prabowo Subianto? Menurut Sohibul, di luar konstituen Partai Gerindra, Prabowo masih memiliki pendukung tipe die hard di Sumut. “Sepanjang tahun mereka terus berkonsolidasi tanpa terhubung ke Gerindra dan berusaha merasionalisasi tindakan bergabung ke kabinet Joko Widodo sebagai bentuk kenegarawanan untuk persatuan nasional yang dapat bermakna sebagai bentuk kekestariaan yang harus dicatat dari Prabowo,” ungkapnya.

Sebagaimana halnya pendukung Ganjar, lanjut Shohibul, pendukung Prabowo di Sumatera Utara akan terus bertambah hingga berakhir atau jenuh ketika partai-partai menyatakan dukungan kepada salah satu dari ketiga figur Capres ini. “Permainan simbol akan mewadahi persaingan kelak. Bagi pendukung Ganjar sosok Soekarno, Mega dan Joko Widodo, seperti biasanya, akan serta-merta dijadikan maskot untuk soliditas dukungan, yang untuk pendukung Prabowo dan Anies, khususnya sosok Joko Widodo dan Mega, justru dipandang sebaliknya,” bebernya.

Dikatakannya, nilai terbesar sosok Soekarno akan secara bersama ditautkan dengan rujukan sebagai negarawan pendiri bangsa. Tetapi sosok yang sama juga akan membelah secara psikologis dan intelektual ketika mengevaluasi nasib bangsa yang terpuruk hari ini.

Menurutnya, Doktrin Tri-Sakti Soekarno misalnya (berdaulat politik, berdikari ekonomi, berkepribadian dalam budaya) akan begitu penting bagi pendukung Ganjar untuk memastikan perjalanan tepat arah Indonesia ke depan. Isu yang sama akan menjadi materi yang sangat bermanfaat bagi pendukung ARB dan PS untuk mengevaluasi kodisi Indonesia yang terpuruk.

“Tidak diragukan lagi, bahwa bagi pendukung Ganjar dan Prabowo akan ada nilai yang diperebutkan secara khusus, yakni meneruskan pembangunan yang dihasilkan oleh Joko Widodo dalam dua periode kepemimpinannya,” ujarnya.

Sedangkan bagi pendukung Anies, lanjut Shohibul, oligarki dipandang bertanggung jawab atas keterpurukan negeri ini yang hanya dimungkinkan oleh ketertundukan Mega dan Joko Widodo kepada mereka, sedangkan Prabowo ada dalam sistim yang tak mungkin tak ikut bertanggung jawab.

“Korupsi, utang, keadilan sosial, penegakan hukum, proyek mangkrak dan isu krusial lainnya adalah masalah-masalah yang akan mengemuka pada pewarnaan publik. Tentu saja tetap ada kecenderungan tertentu mempersoalkan masalah-masalah sensitif dalam bidang ideologi,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Shohibul, pada komunitas pendukung Anies dan Prabowo, isu kecurangan Pemilu pasti akan dibicarakan lebih serius untuk dikapitalisasi memicu perkuatan soliditas. “Mereka hanya ingin menang dan mengalahkan calon lain dengan prasyarat integritas pemilu,” pungkasnya. (adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah nama Calon Presiden (Capres) sudah diumumkan masing-masing partai untuk adu kuat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Sejauh ini, hampir pasti akan maju di Pilpres 2024, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Rasyid Baswedan. Lantas, bagaimana peta kekuatan ketiganya di Sumatera Utara (Sumut)?

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Shohibul Anshor menilai, Anis Rasyid Baswedan sudah mendapat dukungan di Sumut lebih dini dibanding dua Capres lain, Prabowo dan Ganjar. Menurutnya, relawan Anies yang sudah terbentuk di Sumut, sama sekali tak mencerminkan kekuatan parpol yang ada saat ini. “Kebanyakan, mereka berasal dari komunitas pendung Prabowo-Sandi, ditambah dengan sedikit pendukung Jokowi-Ma’aruf pada Pilpres tahun 2019 lalu,” kata Shohibul Anshor dalam siaran persnya yang diterima Sumut Pos, Sabtu (29/4/2023).

Menurutnya, pendukung independen (non-partai) Anies ini merupakan cerminan yang jauh lebih besar dan lebih ideal dari peta oposisi kepartaian Indonesia saat ini. “Artinya, jika oposisi Indonesia menurut peta kepartaian adalah gabungan PKS dan Partai Demokrat, maka pendukung ARB jauh melampaui persentase jumlah itu,” jelas dosen Sosiologi FISIP UMSU ini.

Diakuinya, setelah pengumuman pencapresan Ganjar Pranowo oleh PDI Perjuangan belum lama ini, di Sumatera Utara terlihat geliat dukungan yang lebih bergairah. Namun menurutnya, hal itu belum menunjukkan peluang melampaui komunitas pendukung Jokowi-Ma’aruf pada Pilpres 2019.

Sebelumnya, kata Shohibul, cukup banyak even di Sumatera Utara yang diselenggarakan untuk mendorong pencapresan Ganjar sambil secara politik terasa ingin memberi pesan khusus untuk “menekan” Megawati agar segera menetapkan pencapresan Ganjar. Namun dia menilai, spanduk dan baliho Ganjar jauh lebih meriah dibanding kehadiran audiens yang ditargetkan, meski akhirnya banyak beca bermotor yang kemudian dipasangi gambar Ganjar.

“Puan Maharani juga menyelenggarakan even-even yang sama sebelum ini, tetapi tampilan umumnya sangat berbeda dengan karakteristik pendukung Anies. Sebagaimana Ganjar, Puan disambut oleh komunitas yang identik dengan karakteristik yang kentara sebagai warga PDIP,” sebut Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS) ini.

Shohibul juga meyakini, gerakan unifikasi dua kubu utama PDI Perjuangan (pro Ganjar dan pro Puan), diperkirakan dalam waktu dekat akan menyelenggarakan deklarasi dan publikasi dukungan untuk Ganjar Pranowo dengan lebih bergeliat.

Lantas bagaimana dengan Prabowo Subianto? Menurut Sohibul, di luar konstituen Partai Gerindra, Prabowo masih memiliki pendukung tipe die hard di Sumut. “Sepanjang tahun mereka terus berkonsolidasi tanpa terhubung ke Gerindra dan berusaha merasionalisasi tindakan bergabung ke kabinet Joko Widodo sebagai bentuk kenegarawanan untuk persatuan nasional yang dapat bermakna sebagai bentuk kekestariaan yang harus dicatat dari Prabowo,” ungkapnya.

Sebagaimana halnya pendukung Ganjar, lanjut Shohibul, pendukung Prabowo di Sumatera Utara akan terus bertambah hingga berakhir atau jenuh ketika partai-partai menyatakan dukungan kepada salah satu dari ketiga figur Capres ini. “Permainan simbol akan mewadahi persaingan kelak. Bagi pendukung Ganjar sosok Soekarno, Mega dan Joko Widodo, seperti biasanya, akan serta-merta dijadikan maskot untuk soliditas dukungan, yang untuk pendukung Prabowo dan Anies, khususnya sosok Joko Widodo dan Mega, justru dipandang sebaliknya,” bebernya.

Dikatakannya, nilai terbesar sosok Soekarno akan secara bersama ditautkan dengan rujukan sebagai negarawan pendiri bangsa. Tetapi sosok yang sama juga akan membelah secara psikologis dan intelektual ketika mengevaluasi nasib bangsa yang terpuruk hari ini.

Menurutnya, Doktrin Tri-Sakti Soekarno misalnya (berdaulat politik, berdikari ekonomi, berkepribadian dalam budaya) akan begitu penting bagi pendukung Ganjar untuk memastikan perjalanan tepat arah Indonesia ke depan. Isu yang sama akan menjadi materi yang sangat bermanfaat bagi pendukung ARB dan PS untuk mengevaluasi kodisi Indonesia yang terpuruk.

“Tidak diragukan lagi, bahwa bagi pendukung Ganjar dan Prabowo akan ada nilai yang diperebutkan secara khusus, yakni meneruskan pembangunan yang dihasilkan oleh Joko Widodo dalam dua periode kepemimpinannya,” ujarnya.

Sedangkan bagi pendukung Anies, lanjut Shohibul, oligarki dipandang bertanggung jawab atas keterpurukan negeri ini yang hanya dimungkinkan oleh ketertundukan Mega dan Joko Widodo kepada mereka, sedangkan Prabowo ada dalam sistim yang tak mungkin tak ikut bertanggung jawab.

“Korupsi, utang, keadilan sosial, penegakan hukum, proyek mangkrak dan isu krusial lainnya adalah masalah-masalah yang akan mengemuka pada pewarnaan publik. Tentu saja tetap ada kecenderungan tertentu mempersoalkan masalah-masalah sensitif dalam bidang ideologi,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Shohibul, pada komunitas pendukung Anies dan Prabowo, isu kecurangan Pemilu pasti akan dibicarakan lebih serius untuk dikapitalisasi memicu perkuatan soliditas. “Mereka hanya ingin menang dan mengalahkan calon lain dengan prasyarat integritas pemilu,” pungkasnya. (adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/