29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Temu Ramah PT Inalum dan Insan Pers Sumut Perawatan Oke, Produksi Oke

PELABUHAN: Pimpinan dan karyawan PT Inalum bersama wartawan  di Pelabuhan Kuala Tanjung.
PELABUHAN: Pimpinan dan karyawan PT Inalum bersama wartawan di Pelabuhan Kuala Tanjung.

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengajak sejumlah pimpinan redaksi dan pimpinan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumut untuk melihat-lihat proses produksi pabrik peleburan aluminium di Tanjung Gading, Kamis-Jumat (16-17/5) lalu. Insan pers jugak diajak melihat proses kerja di PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga di Parapat dan Paritohan.

Dalam tour tersebut, pihak PT Inalum menunjukkan bahwa fasilitas produksi senantiasa dirawat maksimal sehingga menunjang proses produksi yang bahkan sanggup  melebihi disain awal.
Lima bulan jelang taking over (pengambilalihan) Inalum per 1 November 2013 oleh Pemerintah Indonesia, pabrik peleburan aluminium serta PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga bahkan diprediksi masih laik operasi selama 25-30 tahun lagi.
“Kuncinya adalah perawatan. Seluruh bangunan, mesin-mesin, dan peralatan lainnya dipelihara secara periodik. Bangunan dicat secara berkala agar tidak keropos, mesin-mesin semi bongkar setiap lima tahun dan full bongkar setiap 10 tahun. Sparepart diganti secara berkala, rusak atau tidak rusak. Peningkatan teknologi dilakukan pada fasilitas dan peralatan. Hasilnya seluruh mesin dan bangunan masih kuat, dan diprediksi masih laik operasi 25-30 tahun lagi dengan sistem pemeliharaan yang kontinyu,” kata Direktur Umum dan SDM, PT Inalum, Ir H Nasril Kamaruddin MBA, saat menerima insan pers di pabrik peleburan Aluminium, Kuala Tanjung dan PLTA Paritohan.
Dalam kunjungan pers tersebut, Nasril didampingi Direktur Bisnis Drs SS Sijabat, Direktur Produksi H Harmon Yunaz, dan jajaran manajemen lainnya.
Kondisi fasilitas dan peralatan yang baik, lanjut Nasril, dibuktikan dengan kemampuan Inalum meningkatkan kapasitas produksi aluminium, dari disain awal hanya 225 ribu ton per tahun menjadi 250 ribu ton per tahun.
“Selain menaikkan kapasistas produksi, perusahaan peleburan alunimum satu-satunya di Indonesia ini juga komit untuk selalu ramah lingkungan, safety, terbukti dengan keberhasilan mempertahankan predikat biru dan penilaian PROPER sejak tahun 2003-2011. Kami juga melakukan penghematan air baku, efisiensi pemakaian air di PLTA dan energi listrik, dan meraih berbagai sertifikasi di bidang lingkungan,” lanjutnya.
Salahsatu contoh ramah lingkungannya, yakni pemanfaatan limbah-limbah padat dari pabrik peleburan aluminium yang selama ini ditumpuk dalam bangunan khusus, menjadi salahsatu bahan bakar untuk Pabrik Indosemen di Citeureup, Bogor. Juga penghijauan di areal pabrik.
Dalam kunjungan tersebut, pers diajak meninjau gedung-gedung dan mesin-mesin di pabrik peleburan aluminium Tanjung Gading di atas lahan seluas 200-an hektare. Semua terlihat terawat baik.
Pabrik peleburan aluminium menghasilkan 225 ribu ton aluminium batangan per tahun. Produksinya dijual dalam dan luar negeri, seperti untuk Medan, Jakarta, Surabaya, Jepang, dan sejumlah negara lainnya. Batangan aluminium yang diasilkan disebut Ingot, berkapasitas 22,7 kg per batang.
Untuk mendukung kinerjanya, PT Inalum juga membangun dermaga laut di Kualatanjung, yang rencananya akan dikembangkan menjadi pelabuhan laut yang lebih besar untuk mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara, yang dipusatkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke. Saat ini, pelabuhan tersebut hanya digunakan untuk transportasi kapal pengiriman aluminium dan limbah padat ke luar, serta menerima kedatangan kapal pengangkut bahan baku dan solar untuk Inalum.
Perawatan yang baik juga terlihat di PLTA Sigura-gura yang dikunjungi akhir pekan kemarin. Insan pers dibawa turun naik lift kurang lebih 240 meter ke perut bumi, untuk melihat turbin-turbin yang berputar dengan tekanan air dari bendungan Sigura-gura. Air dialirkan dari bendungan lewat terowongan berdiameter 6 meter, dan diterjunkan lewat pipa pesat setinggi 230 meter untuk memutar 4 turbin. Satu turbin memutar satu generator. Setiap turbin berputar sebanyak 333 putaran per detik selama 24 jam sehari, menggerakkan 1 generator yang menghasilkan 11 ribu Volt listrik. Tidak perlu lagi bahan bakar dan tidak ada limbah. Inilah pembangkit listrik yang biaya operasionalnya termurah saat ini.
Dari generator, listrik dialurkan ke  PLN Porsea dan PLN Kualatanjung. Sebagian besar dimanfaatkan untuk pabrik peleburan aluminium. Inalum menyuplai energi listrik ke jaringan listrik Sumatera Utara selama beban puncak sebanyak 45 MW sejak April 2013 sampai sekarang. Sebelum nya pernah menyuplai sampai 90 MW.
Menurut para ahli listrik yang bekerja di PLTA Sigura-gura, saat gempa Tarutung tahun 1980-an dan gempa Nias tahun 2004 lalu, getarannya terasa cukup kuat di areal PLTA. “Tetapi Alhamdulillah, seluruh peralatan PLTA safety. Padahal, kami yang sedang tidur di mess karyawan saja sampai terjatuh dari tempat tidur saking kuatnya getaran gempa. Dengan kuatnya bangunan ini, kami perkirakan seluruh bangunan dan peralatan kita masih laik 20-30 tahun lagi,” kata si staf ahli yang memimpin pers meninjau lokasi.
Dari untuk lokasi turbin dan generator di bawah tanah, pers naik dibawa bus menelusuri terowongan sepanjang 970 meter menuju bendungan Sigura-gura di Paritohan, Tobasa. Nah, di bendungan inilah air Danau Toba yang mengalir ke Sungai Asahan ditampung, dan  dialirkan lagi ke terowongan untuk menggerakkan turbin. Setelah menggerakkan turbin, air dialirkan lagi ke Sungai Asahan dan dibendung di PLTA Tangga untuk kembali menggerakkan turbin di sana.
“Jika debit air berlebih, pintu air bendungan dibuka. Air inilah yang akan mengaliri Sampuran Siharimau. Jika pintu air ditutup, Sampuran Siharimau akan mengering. Tetapi jalur sungai yang kering beberapa kilometer ini tidak ada penduduk, sehingga tidak mengganggu kebutuhan air warga,” jelas manajemen Inalum.
Perusahaan yang berdiri pada 6 Januari 1976 dan mulai produksi tahun 1982 ini, saham-sahamnya dimiliki pemerintah Indonesia 41,12 persen, dan Nippon Asahan Aluminium 58,88 persen, dengan investasi 411 miliar Yen. Saat ini, karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut sebanyak 1.916 karyawan. (*)

PELABUHAN: Pimpinan dan karyawan PT Inalum bersama wartawan  di Pelabuhan Kuala Tanjung.
PELABUHAN: Pimpinan dan karyawan PT Inalum bersama wartawan di Pelabuhan Kuala Tanjung.

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengajak sejumlah pimpinan redaksi dan pimpinan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumut untuk melihat-lihat proses produksi pabrik peleburan aluminium di Tanjung Gading, Kamis-Jumat (16-17/5) lalu. Insan pers jugak diajak melihat proses kerja di PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga di Parapat dan Paritohan.

Dalam tour tersebut, pihak PT Inalum menunjukkan bahwa fasilitas produksi senantiasa dirawat maksimal sehingga menunjang proses produksi yang bahkan sanggup  melebihi disain awal.
Lima bulan jelang taking over (pengambilalihan) Inalum per 1 November 2013 oleh Pemerintah Indonesia, pabrik peleburan aluminium serta PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga bahkan diprediksi masih laik operasi selama 25-30 tahun lagi.
“Kuncinya adalah perawatan. Seluruh bangunan, mesin-mesin, dan peralatan lainnya dipelihara secara periodik. Bangunan dicat secara berkala agar tidak keropos, mesin-mesin semi bongkar setiap lima tahun dan full bongkar setiap 10 tahun. Sparepart diganti secara berkala, rusak atau tidak rusak. Peningkatan teknologi dilakukan pada fasilitas dan peralatan. Hasilnya seluruh mesin dan bangunan masih kuat, dan diprediksi masih laik operasi 25-30 tahun lagi dengan sistem pemeliharaan yang kontinyu,” kata Direktur Umum dan SDM, PT Inalum, Ir H Nasril Kamaruddin MBA, saat menerima insan pers di pabrik peleburan Aluminium, Kuala Tanjung dan PLTA Paritohan.
Dalam kunjungan pers tersebut, Nasril didampingi Direktur Bisnis Drs SS Sijabat, Direktur Produksi H Harmon Yunaz, dan jajaran manajemen lainnya.
Kondisi fasilitas dan peralatan yang baik, lanjut Nasril, dibuktikan dengan kemampuan Inalum meningkatkan kapasitas produksi aluminium, dari disain awal hanya 225 ribu ton per tahun menjadi 250 ribu ton per tahun.
“Selain menaikkan kapasistas produksi, perusahaan peleburan alunimum satu-satunya di Indonesia ini juga komit untuk selalu ramah lingkungan, safety, terbukti dengan keberhasilan mempertahankan predikat biru dan penilaian PROPER sejak tahun 2003-2011. Kami juga melakukan penghematan air baku, efisiensi pemakaian air di PLTA dan energi listrik, dan meraih berbagai sertifikasi di bidang lingkungan,” lanjutnya.
Salahsatu contoh ramah lingkungannya, yakni pemanfaatan limbah-limbah padat dari pabrik peleburan aluminium yang selama ini ditumpuk dalam bangunan khusus, menjadi salahsatu bahan bakar untuk Pabrik Indosemen di Citeureup, Bogor. Juga penghijauan di areal pabrik.
Dalam kunjungan tersebut, pers diajak meninjau gedung-gedung dan mesin-mesin di pabrik peleburan aluminium Tanjung Gading di atas lahan seluas 200-an hektare. Semua terlihat terawat baik.
Pabrik peleburan aluminium menghasilkan 225 ribu ton aluminium batangan per tahun. Produksinya dijual dalam dan luar negeri, seperti untuk Medan, Jakarta, Surabaya, Jepang, dan sejumlah negara lainnya. Batangan aluminium yang diasilkan disebut Ingot, berkapasitas 22,7 kg per batang.
Untuk mendukung kinerjanya, PT Inalum juga membangun dermaga laut di Kualatanjung, yang rencananya akan dikembangkan menjadi pelabuhan laut yang lebih besar untuk mendukung Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumatera Utara, yang dipusatkan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangke. Saat ini, pelabuhan tersebut hanya digunakan untuk transportasi kapal pengiriman aluminium dan limbah padat ke luar, serta menerima kedatangan kapal pengangkut bahan baku dan solar untuk Inalum.
Perawatan yang baik juga terlihat di PLTA Sigura-gura yang dikunjungi akhir pekan kemarin. Insan pers dibawa turun naik lift kurang lebih 240 meter ke perut bumi, untuk melihat turbin-turbin yang berputar dengan tekanan air dari bendungan Sigura-gura. Air dialirkan dari bendungan lewat terowongan berdiameter 6 meter, dan diterjunkan lewat pipa pesat setinggi 230 meter untuk memutar 4 turbin. Satu turbin memutar satu generator. Setiap turbin berputar sebanyak 333 putaran per detik selama 24 jam sehari, menggerakkan 1 generator yang menghasilkan 11 ribu Volt listrik. Tidak perlu lagi bahan bakar dan tidak ada limbah. Inilah pembangkit listrik yang biaya operasionalnya termurah saat ini.
Dari generator, listrik dialurkan ke  PLN Porsea dan PLN Kualatanjung. Sebagian besar dimanfaatkan untuk pabrik peleburan aluminium. Inalum menyuplai energi listrik ke jaringan listrik Sumatera Utara selama beban puncak sebanyak 45 MW sejak April 2013 sampai sekarang. Sebelum nya pernah menyuplai sampai 90 MW.
Menurut para ahli listrik yang bekerja di PLTA Sigura-gura, saat gempa Tarutung tahun 1980-an dan gempa Nias tahun 2004 lalu, getarannya terasa cukup kuat di areal PLTA. “Tetapi Alhamdulillah, seluruh peralatan PLTA safety. Padahal, kami yang sedang tidur di mess karyawan saja sampai terjatuh dari tempat tidur saking kuatnya getaran gempa. Dengan kuatnya bangunan ini, kami perkirakan seluruh bangunan dan peralatan kita masih laik 20-30 tahun lagi,” kata si staf ahli yang memimpin pers meninjau lokasi.
Dari untuk lokasi turbin dan generator di bawah tanah, pers naik dibawa bus menelusuri terowongan sepanjang 970 meter menuju bendungan Sigura-gura di Paritohan, Tobasa. Nah, di bendungan inilah air Danau Toba yang mengalir ke Sungai Asahan ditampung, dan  dialirkan lagi ke terowongan untuk menggerakkan turbin. Setelah menggerakkan turbin, air dialirkan lagi ke Sungai Asahan dan dibendung di PLTA Tangga untuk kembali menggerakkan turbin di sana.
“Jika debit air berlebih, pintu air bendungan dibuka. Air inilah yang akan mengaliri Sampuran Siharimau. Jika pintu air ditutup, Sampuran Siharimau akan mengering. Tetapi jalur sungai yang kering beberapa kilometer ini tidak ada penduduk, sehingga tidak mengganggu kebutuhan air warga,” jelas manajemen Inalum.
Perusahaan yang berdiri pada 6 Januari 1976 dan mulai produksi tahun 1982 ini, saham-sahamnya dimiliki pemerintah Indonesia 41,12 persen, dan Nippon Asahan Aluminium 58,88 persen, dengan investasi 411 miliar Yen. Saat ini, karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut sebanyak 1.916 karyawan. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/