Mengunjungi Petani Plasma Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur Asian Agri
Sebagai perusahaan yang berbasis di Indonesia, Asian Agri telah mampu mengelola sumber daya alam yang berlimpah dengan pengelolaan perusahaan kelapa sawit berkelas dunia. Salah satunya didukung komitmen Asian Agri untuk terus tumbuh dan berkembang bersama mitra usaha. Terutama dengan. petani plasma yang selama ini cukup memegang peranan penting dalam kegiatan bisnis Asian Agri. Bagaimana sinergi keduanya ?
Tak mudah untuk bisa sampai ke desa yang satu ini. Desa Buana Bhakti Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak Provinsi Riau. Ruas jalannya yang penuh ‘gelombang’, mananjak dan menurun harus dilalui dengan sangat hati –hati. Letaknya juga terpencil, diantara ribuan hektar kepala sawit nan hijau. Maklumlah areal ini mulanya memang hutan belantara yang kemudian dibuka untuk lahan kelapa sawit.
Meski jauh dari keramaian, kesejahteraan warga di areal Kebun Plasma Buatan PT Inti Indosawit Asian Agri ini cukup baik. Bisa dilihat dari rumah – rumah permanen yang tampak berderet di sepanjang jalan desa. Beberapa bahkan berdiri megah, lengkap dengan pagar minimalis, garasi dan mobil mewah. Keadaan ini tentunya sangat jauh berbeda dengan keadaan saat mereka baru tiba di desa ini tahun 1987 lalu. Saat dimana mereka memulai tantangan hidup, sebagai petani PIR Transmigran.
Adalah Asian Agri Grup (AAG) yang turut berperan membesarkan mereka. Lewat kepeduliannya, Asian Agri membantu pemerintah saat itu untuk menyiapkan petani memiliki lahan kelapa sawit. Melalui program PIR Transmigran, Asian Agri membuka dan menyiapkan kebun bagi petani. Tidak itu saja, Asian Agri juga berperan sebagai pembina teknis yang terus menerus membimbing petani mengembangkan kebun sawit masing – masing.
Sebagai salah satu pelopor program kemitraan nasional, selain membantu pemerintah mengembangkan program PIR-Trans tahun 1987, Asian Agri juga mengembangkan pola Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) yang diterapkan sejak 1999.
AAG yang beroperasi di tiga propinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Riau dan Jambi) ini saat ini mengelola lahan perkebunannya seluas 100.000 hektar, dan bermitra dengan 29.000 kepala keluarga petani plasma (inti rakyat) dan petani KKPA yang mengerjakan lahan perkebunan seluas 60.000 hektar. Untuk di Riau saja, AAG memiliki 5.400 hektar kebun inti kepala sawit dan 10.000 hektar kebun plasma yang dikelola 500 kepala keluarga.
Pada (28/7) lalu, wartawan koran ini bersama 40 rombongan peserta workshop Petani Sawit yang digelar Riau Pos kerjasama dengan GAPKI Riau dan Asian Agri berkesempatan mengunjungi petani plasma Asian Agri di Kebun Plasma Buatan PT Inti Indosawit Asian Agri. Tepatnya di Desa Buana Bhakti Kecamatan Kerinci Kanan Kabupaten Siak, Riau. Di kebun ini, rombongan yang dipimpin oleh Pemimpin Umum Riau Pos Zulmansyah Sekedang diterima oleh unsur pimpinan Asian Agri. Antara lain, GM Kebun Buatan Asian Agri Ikom Widyasa, Head OPRS (Oil Palm Research Station- Topaz) Asian Agri, Ang Boon Beng, Head Plasma Asian Agri Pengarapen Gurusinga, Manager SLL (Sosial Security and Lisences) Asian Agri RO 2 Pekan Baru Zulbahri, Manager Plasma Riswan Sinaga, Manager Training Centre Victor Brahmana, Asisten Koord CSR Benyamin Hutagalung dan Humas Asian Agri Lidya Veronica.
Pada kunjungan ini, rombongan yang terdiri dari petani sawit swadaya/mandiri ini diperkenalkan lebih dekat dengan program Sistem Integritas Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) yang dikembangkan Asian Agri untuk membantu memenuhi kebutuhan daging dan pemberdayaaan masyarakat terutama petani plasma perusahaan tersebut. Melalui program ini, Asian Agri memberikan bantuan ternak sapi untuk dikembangkan dilahan perkebunan sawit petani plasma. Dimana kotoran sapi yang dipelihara dijadikan pupuk kompos bagi tanaman sawit. Sementara limbah sawit seperti bungkil, pelepah dan solid dijadikan pakan ternak sapi. ‘’ Intinya kita ingin meningkatkan kesejahteraan petani, bagaimana agar mereka tidak sekedar mengandalkan sawit tetapi bisa dari penghasilan lain yakni dari sapi,”ujar Head Plasma Asian Agri Pengarapen Gurusinga.
Sejak digulirkan tahun 2009, petani plasma sudah memiliki 390 ekor sapi yang dikelola oleh 10 kelompok tani yang tersebar di sembilan satuan pemukiman. Lewat program ini petani plasma memetik keuntungan yakni menekan biaya pemupukun, karena kotoran dan air kencing sapi yang dipeliharanya dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.
‘’Keuntungannya besar sekali. Paling tidak petani hemat membeli pupuk,” ujar Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Bhirawa Bakti Sunarto. Selain itu, ujarnya, sapi – sapi ini bisa terus dikembangkan dan pastinya akan menambah penghasilan. Sementara pakan sapi, bisa diolah dari limbah kepala sawit. Produktivitas sapi – sapi yang diberi pakan dari limbah sawit ini juga cukup baik. ‘’Pertumbuhan sapi sangat bagus. Sementara pohon sawit petani juga semakin baik setelah mendapat pupuk dari urine dan vases sapi,”terang Wayan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor yang selama ini menjadi konsultan Asian Agri dalam mengembangkan program SISKA ini. Tidak itu saja, program integrasi sawit-sapi ini lebih efisien lagi, sebab kotoran sapi selain untuk pupuk juga diolah menjadi sumber energi alternative biogas yang dimanfaatkan penduduk setempat. ‘’Selain itu, sapinya juga bisa dimanfaatkan untuk mengangkut buah kelapa sawit di areal pekebunan,” ujar Wayan. (sih)