dr Tengku Kemala Intan MPd Berkarya Untuk Keluarga dan Masyarakat
Kecerdasan anak bangsa sebenarnya bukan dilihat dari latar pendidikan semata, melainkan dari didikan seeorang ibu kepada anak-anaknya. Sekarang ini, sangat dibutuhkan pendidikan kecerdasan bagi kaum ibu agar seluruh anak-anak bangsa bisa cerdas.
DEMIKIAN disampaikan penggiat sosial di bidang pendidikan dan kebudayaan Indonesia, dr Tengku Kemala Intan MPd dalam menyambut hari ibu 22 Desember 2011.
Menurut dia, kegagalan dan keberhasilan seorang anak ditentukan oleh kecerdasan seorang ibu dalam mengelola rumah tangganya. Tapi, untuk pengelolaan rumah tangga itu sangat ditentukan kolaborasi seorang suami dan istri.
“Istri itu harus cerdas, karena seorang istri itu adalah manajer rumah tangga. Dalam Islam itu sendiri diajarkan, seorang wanita harus cakap berpikir, cantik berkelakuan dan mampu mendidik bagi keluarganya,” ucap wanita kelahiran Medan Medan, 24 April 1962 yang merupakan Ketua Mie Gakuen Languange, Social and Culture Centre Medan (lembaga kerjasama Indonesia-Jepang dalam bidang bahasa, kebudayaan dan sosial kemasyarakatan).
Selama ini, Dosen Fakultas Kedokteran USU memaparkan bagi wanita berkarir, sebenarnya bukan malahan melemahkan mental anak, melainkan bisa menambah percaya diri anak, hanya saja anak-anak harus tetap dididik untuk mencari corak dan bekal kehidupannya di masa depan. Seperti seorang ibu bukan memberikan fasilitas kemewahan, melainkan memberikan fasilitas sesuai manfaat yang dibutuhkan seorang anak.
“Semua kehidupan memang punya resiko, tapi komunikasi aktif antara istri dan suami adalah penentu visi dan misi keluarga serta masa depan anak-anak,” sebut istri dari Prof DR HM Arif Nasution MA.
Dia mengatakan seorang ibu harus mengajak anak-anak membuat program, dan agenda rutinitasnya dalam menggapai kehidupannya ke depan. Anak-anak jangan dibiarkan untuk mengambil keputusan semaunya, melainkan orang tua harus mengontrol keputusan anak tersebut.
“Artinya seorang ibu harus memberikan pemahaman tentang kebijakan yang akan diambil anaknya, keinginan anak-anaknya sesuai atau tidak bagi keluarganya, jadi jangan membangun keluarga tanpa nilai-nilai di satu bidang ,” ujar Putri kedua dari pasangan Alm Tengku Badrulzaman SH dan Prof DR Mariam Darus SH.
Selanjutnya, untuk orangtua yang masih memiliki pendidikan di bawah wajib belajar 9 tahun. Dia menyampaikan, hal ini memang menjadi masalah di Indonesia. Seharusnya, visi dan misi pemerintah menggapai kepada tingkat keluarga. Karena yang menjaga kekuatan Negara itu adalah keluarga, seperti diatur dalam Negara Pancasila.
“Kalau lima sila itu diamalkan di tengah keluarga dan setiap keluarga mampu memahaminya, justrumembawa pencapaian masa depan anak yang lebih baik,” sebut Pengelola Sumber Daya Manusia (SDM) dengan Yayasan Pendidikan Matshusita Gobel Jakarta.
Ibu dari tiga anak ini menyarankan untuk membawa ke jenjang kesejahteraan bagi orangtua golongan ekonomi menengah ke bawah, sebaiknya pemerintah lebih mengaktifkan kader PKK secara khusus untuk mencerdaskan ibu-ibu dari golongan tersebut. Selanjutnya mengkombinasikannya dengan cara merangkul golongan ibu-ibu dari kalangan menengah ke atas agar bisa saling bertukar pengalaman. “Sinergi inilah yang mengangkat kaum ibu menjadi manajer rumah tangga yang baik,” kata Pengelola Yayasan Pendidikan Graha Kirana dan Yayasan Pendidikan Islam Salsabila, Medan. (*)