MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perguruan Harapan Mandiri memperingati Maulid Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam di Masjid Baitul Iman Jalan Karya Jaya Medan, 30 November 2019 lalu.
Maulid ini, mengangkat tema ‘Menjadikan Akhlak Nabi Muhammad sebagai Suri Teladan untuk Menjadi Pribadi yang Semakin Baik’. Penceramah dalam Maulid ini, disampaikan Ustad Susanto SThI.
Pada 19 Desember lalu, dilaksanakan Perayaan Natal di Lapangan Perguruan Harapan Mandiri. Kotbah Natal disampaikan Pendeta Rajin Purba. Adapun tema Perayaan Natal, yakni ‘Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memelihara dalam Hatimu’ (Kolose 3:15). Subtema ‘Dengan Damai Sejahtera Kristus, Mari Kita Tingkatkan Citra Diri, Kinerja, dan Prestasi yang Baik’.
Penyalaan lilin Natal dilakukan Febrianto Wijaya BCom (Ketua Yayasan Harapan Mandiri), Pendeta Rajin Purba, Okta Berdi Ginting (Ketua Panitia), Pesta Natalia Sihombing (perwakilan orangtua siswa), Lim Kim Kiok (perwakilan kepala sekolah), dan Hotben Panjaitan SKom (perwakilan guru).
Kepala SMA Harapan Mandiri, Kwok Hin ST MPd mengatakan, Perguruan Harapan Mandiri setiap tahunnya melaksanakan kegiatan keagamaan sebagai wujud dari pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan faktor penting dari kualitas sumber daya manusia (SDM). Karakter yang berkualitas, menurutnya, akan menentukan kemajuan suatu bangsa.
Untuk itu, lanjut Kwok Hin, pendidikan karakter perlu ditanamkan sedini mungkin.
‘’Dengan karakter yang baik, maka kita dapat melakukan hal-hal yang patut, baik, dan benar, sehingga bisa berkiprah menuju kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama, dan berada dalam koridor perilaku yang baik,’’ tutur Kwok Hin.
Sebaliknya, apabila melanggarnya, maka akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman. Dari hal yang ringan saja, seperti tidak disenangi dan tidak dihormati orang lain. Sampai yang berat, seperti melakukan pelanggaran hukum.
Kwok Hin juga menegaskan, membangun karakter siswa atau peserta didik, tidaklah semudah membangun rumah, jembatan, atau gedung bertingkat. Sebab membangun karakter adalah bentuk hakikat jiwa seseorang, yang terus berkelanjutan agar terus menjadi lebih baik dan mulia.
Untuk itu, sambungnya, pendidikan karakter harus mengarah kepada pembiasaan dan pengkondisian siswa kepada nilai-nilai agama.
Secara umum, kegiatan keagamaan tersebut menyangkut segala kegiatan yang mengandung nilai-nilai religiusitas. Juga bertujuan mempertebal keyakinan dan keimanan seseorang kepada Tuhan, meningkatkan ibadah, dan menanamkan nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui keteladanan, pembiasaan, dan pengkondisian, Kwok Hin berharap, kegiatan keagamaan di sekolah dapat menjadi solusi dalam menginternalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia pada diri siswa.
‘’Sehingga terwujud dalam prilaku siswa sehari-hari, baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan masyarakat,’’ pungkas Kwok Hin. (*)