Letjen TNI (Purn) H. Azmyn Yusri Nasution bertindak sebagai khatib pada salat Idul Adha di Masjid Raya Al-Mashun, Medan pada tanggal 26 Oktober 2012 (10 Dzulhijjah 1433 H). Adapun judul khutbahnya adalah : Siti Hajar, Nabi Ibrahim AS dan nabi Ismail AS sebagai tauladan umat.
A.Y. Nasution yang bisa dipanggil BANG “AY” ini menyampaikan bahwa ketiga hamba Allah, Siti Hajar dan Ibrahim AS telah mendapat ujian dan cobaan yang begitu berat dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya dan Ismail AS sendiri harus siap mengorbankna jiwa dan raganya untuk disembelih ayahnya, namun karena keimanan, ketulusan, keikhlasan, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT, penyembelihan itu tak perlu terjadi, dan Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba. Sejak saat itulah setiap hari raya Idul Adha bagi seluruh ummat islam dianjurkan menyembelih kurban, bagi yang mampu. Peristiwa ini juga merupakan anjuran kesetiakawanan sosial,serta mendidik dan melatih kita mengorbankan harta yang kita miliki. Pengertian kurban bukanlah sekedar menyembelih hewan kurban dan kemudian dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin, akan tetapi secara filosofis makna kurban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam kehidupan sehari-hari contoh yang bisa dilihat adalah pengorbanan seorang isteri yang mengabdi dengan setia kepada suami dan membesarkan anak nya, pengorbanan suami sebagai kepala keluarga menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Demikian pula pengorbanan seorang pemimpin yang mengorbankan waktu, fikiran dan tenaga serta mengabdikan kehidupannya untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian makna pengorbanan berdimensi sangat luas. Pengorbanan adalah sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangkan demi sebuah kebenaran.Tegakkan kebenaran dan kejujuran walaupun pada akhirnya memerlukan pengorbanan. Jangan pernah ragu untuk menjadi orang jujur, jangan pernah pula menghitung-hitung apa yang sudah kita perbuat dan korbankan untuk orang lain.
Jangan tanya apa yg akan diberikan orang lain kepada kita atas kebaikan yg pernah kita perbuat kepadanya akan tetapi marilah kita bertanya apa yang dapat kita berikan kepada orang lain. Jangan tanya apa yang akan diberikan negara kepada kita akan tetapi mari kita bertanya kepada diri masing-masing apa yg dapat kita berikan kepada bangsa dan negara ini, demikian paparnya. Di akhir khutbahnya mantan Panglima Kostrad ini mengingatkan dirinya sendiri dan semua jama’ah dengan mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Munafikun ayat 9 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah SWT, barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Media AY Center)
Letjen TNI (Purn) H. Azmyn Yusri Nasution bertindak sebagai khatib pada salat Idul Adha di Masjid Raya Al-Mashun, Medan pada tanggal 26 Oktober 2012 (10 Dzulhijjah 1433 H). Adapun judul khutbahnya adalah : Siti Hajar, Nabi Ibrahim AS dan nabi Ismail AS sebagai tauladan umat.
A.Y. Nasution yang bisa dipanggil BANG “AY” ini menyampaikan bahwa ketiga hamba Allah, Siti Hajar dan Ibrahim AS telah mendapat ujian dan cobaan yang begitu berat dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya dan Ismail AS sendiri harus siap mengorbankna jiwa dan raganya untuk disembelih ayahnya, namun karena keimanan, ketulusan, keikhlasan, ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT, penyembelihan itu tak perlu terjadi, dan Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba. Sejak saat itulah setiap hari raya Idul Adha bagi seluruh ummat islam dianjurkan menyembelih kurban, bagi yang mampu. Peristiwa ini juga merupakan anjuran kesetiakawanan sosial,serta mendidik dan melatih kita mengorbankan harta yang kita miliki. Pengertian kurban bukanlah sekedar menyembelih hewan kurban dan kemudian dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin, akan tetapi secara filosofis makna kurban meliputi aspek yang lebih luas.
Dalam kehidupan sehari-hari contoh yang bisa dilihat adalah pengorbanan seorang isteri yang mengabdi dengan setia kepada suami dan membesarkan anak nya, pengorbanan suami sebagai kepala keluarga menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Demikian pula pengorbanan seorang pemimpin yang mengorbankan waktu, fikiran dan tenaga serta mengabdikan kehidupannya untuk kepentingan kemajuan dan kesejahteraan rakyatnya. Dengan demikian makna pengorbanan berdimensi sangat luas. Pengorbanan adalah sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangkan demi sebuah kebenaran.Tegakkan kebenaran dan kejujuran walaupun pada akhirnya memerlukan pengorbanan. Jangan pernah ragu untuk menjadi orang jujur, jangan pernah pula menghitung-hitung apa yang sudah kita perbuat dan korbankan untuk orang lain.
Jangan tanya apa yg akan diberikan orang lain kepada kita atas kebaikan yg pernah kita perbuat kepadanya akan tetapi marilah kita bertanya apa yang dapat kita berikan kepada orang lain. Jangan tanya apa yang akan diberikan negara kepada kita akan tetapi mari kita bertanya kepada diri masing-masing apa yg dapat kita berikan kepada bangsa dan negara ini, demikian paparnya. Di akhir khutbahnya mantan Panglima Kostrad ini mengingatkan dirinya sendiri dan semua jama’ah dengan mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Munafikun ayat 9 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah SWT, barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (Media AY Center)