Oleh: Dahlan Iskan
Menteri BUMN
KETIKA bangun tidur Senin pagi ini, saya sudah bukan lagi menteri. Saya juga tidak harus buru-buru berangkat berolahraga ke Monas. Tempat olahraga saya setiap hari itu ditutup. Untuk persiapan pesta rakyat menyambut presiden baru kita, Pak Jokowi, siang nanti.
Senin pagi ini, untuk kali pertama selama tiga tahun terakhir, saya mandi pagi di rumah. Istri saya pasti tersenyum-senyum. Biasanya, habis subuh, saya sudah berpakaian olahraga: pakai kaus salah satu BUMN secara bergantian. Atau pakai seragam wajib. Pukul 06.30 olahraga selesai. Langsung ke kantor yang letaknya di sebelah Monas: mandi.
Saya berterima kasih kepada kelompok olahraga Imei ini: gabungan antara senam, dansa, dan hiburan. Sesekali ada lagu dan dansa baru. Mengikuti tren di internet. Dansa terbaru kami adalah Xiao Ping Guo yang lagi top di Tiongkok. Sudah kami upload ke YouTube: http://youtube/l6PfckOoZLA.
Tapi, juga ada satu gerakan senam yang tidak akan dimainkan lagi: Dahlan Style. Sebab, syair lagunya tidak cocok lagi. Ada kalimat “Dahlan Iskan seorang menteri” di dalam lagu Sunda Cirebonan yang dinyanyikan Diana Sastra itu.
Ada yang ngotot minta tetap saja mainkan lagu itu sampai ada anggota yang mau walk out segala. Tapi, saya tidak setuju: bisa menimbulkan post power syndrome. Grup Imei itu (sesuai nama pendirinya 34 tahun lalu) memiliki koleksi sekitar 150 lagu lengkap dengan gerakannya: Ada dangdut, Mandarin, rock, Latino, Caribbean, pop, dan India. Saya baru bisa kira-kira 40 gerakan. Bahkan, enam bulan pertama saya harus menahan malu: salah melulu.
Senin pagi ini, dalam status saya yang “horeeeee merdeka!!!”, saya bertemu para direksi dan komisaris BUMN: perpisahan. Lokasinya di lantai bawah masjid baru yang cantik di halaman belakang gedung Kementerian BUMN. Sebuah masjid yang belum bisa diresmikan karena beberapa pekerjaan kecil perlu diselesaikan dalam tiga minggu ke depan. Dan karena itu juga belum diberi nama.
Acara itu hanya akan berlangsung sampai pukul 08.30. Semua direksi akan berjalan kaki ke trotoar Jalan M.H. Thamrin dekat bundaran Patung Arjuna Wiwaha: untuk melepas Pak SBY menjadi orang bebas setelah sepuluh tahun menjabat presiden RI.
Beliau meninggalkan istana pada pukul 09.00, dan untuk menuju tempat pelantikan presiden baru di gedung MPR Senayan akan melewati Jalan M.H. Thamrin. Kami sudah menyiapkan spanduk panjang yang akan kami pegang ramai-ramai. Semoga Pak SBY melihatnya. Begitu Pak SBY lewat, teman-teman kembali ke kantor masing-masing. Dan saya bersama istri langsung pulang ke rumah: kali pertama pulang pada pukul 09.30 pagi. (*)