26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Diobral Rp 1,2 Juta, ‘Kembaran’ Galaxy S4 Laris

Diobral Rp 1,2 Juta, 'Kembaran' Galaxy S4 Laris
Diobral Rp 1,2 Juta, ‘Kembaran’ Galaxy S4 Laris

Samsung Galaxy S4 merupakan salah satu ponsel premium yang populer di Indonesia. Namun memang harga juga ikut premium. Alhasil, kondisi ini membuka peluang bagi Galaxy S4 abal-abal untuk ditawarkan ke konsumen.

Ada yang terjebak, ada pula yang sadar bahwa ini cuma produk replika. Tetapi karena melihat gengsi, ya banyak juga yang membelinya. Terlebih, harganya jauh lebih murah dibandingkan Galaxy S4 yang asli.

Fenomena ini terjadi di Pekanbaru. Sulit membedakan mana Galaxy S4 yang asli dengan yang palsu. Semua bentuk dan fasilitas fiturnya terlihat sama.

Di Pekanbaru sendiri, penjualan Galaxy S4 ‘wanna be’ ini bisa ditemui di mal Suzuya. Dari jenis replika Galaxy S4 sampai Galaxy S3 bisa ditemukan. Harganya lumayan murah, rata-rata hanya dijual kisaran Rp 1,2 juta.

“Lumayanlah, daripada beli yang asli mahal lebih dari Rp 5 jutaan. Mending yang replika. Toh, orang lain juga tak tahu kita pakai asli apa replika,” kata Surya Aditya (24 tahun) seorang karyawan perusahaan swasta kepada detikINET.

Lantas apa sebenarnya kelemahan versi replika itu? Menurut salah seorang penjual ponsel Samsung asli, ada beberapa hal kelemahan yang paling mencolok.

Terutama pada ketahanan baterai. Baterai ponsel abal-abal biasanya hanya dalam hitungan 3 jam sudah minta untuk diisi ulang. Di samping kondisi replika mudah panas.

“Itu kondisi yang mudah dirasakan antara yang asli dengan yang replika,” ujar penjual ponsel yang enggan disebutkan indentitasnya tersebut.

Kelemahan lain, sebenarnya bila jeli melihatnya, kecepatan dalam membuka fitur yang ada dinilai lambat dibanding dengan yang asli. Begitu juga hasil jepretan fotonya tidak sejernih dengan aslinya.

“Biasanya kalau replika juga mudah rusak, misalkan, di bagian tempat pengisian baterainya. Kadang mudah eror dan banyak hal lainnya. Kalau sudah rusak, biasanya sulit untuk diperbaiki. Jadi ya siapa pakai replika memang begitu rusak biasanya tak bisa dipakai lagi. Kalau pun dipakai, biaya perbaikannya juga bisa lebih mahal ketimbang harga belinya,” jelas si penjual.

Bagaimana dengan pihak kepolisian atas peredaran replika ini? Menurut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Arief Fajar mengatakan, pihaknya memang sejauh ini belum pernah melakukan razia atas peredaran ponsel replika tersebut.

“Kita juga belum pernah terima laporan terkait hal itu. Soalnya ini kan soal merek, jadi memang agak sulit kita untuk masuk. Namun demikian, kita tetap akan pantau terkait peredaran tersebut,” tandas Arief.

Diobral Rp 1,2 Juta, 'Kembaran' Galaxy S4 Laris
Diobral Rp 1,2 Juta, ‘Kembaran’ Galaxy S4 Laris

Samsung Galaxy S4 merupakan salah satu ponsel premium yang populer di Indonesia. Namun memang harga juga ikut premium. Alhasil, kondisi ini membuka peluang bagi Galaxy S4 abal-abal untuk ditawarkan ke konsumen.

Ada yang terjebak, ada pula yang sadar bahwa ini cuma produk replika. Tetapi karena melihat gengsi, ya banyak juga yang membelinya. Terlebih, harganya jauh lebih murah dibandingkan Galaxy S4 yang asli.

Fenomena ini terjadi di Pekanbaru. Sulit membedakan mana Galaxy S4 yang asli dengan yang palsu. Semua bentuk dan fasilitas fiturnya terlihat sama.

Di Pekanbaru sendiri, penjualan Galaxy S4 ‘wanna be’ ini bisa ditemui di mal Suzuya. Dari jenis replika Galaxy S4 sampai Galaxy S3 bisa ditemukan. Harganya lumayan murah, rata-rata hanya dijual kisaran Rp 1,2 juta.

“Lumayanlah, daripada beli yang asli mahal lebih dari Rp 5 jutaan. Mending yang replika. Toh, orang lain juga tak tahu kita pakai asli apa replika,” kata Surya Aditya (24 tahun) seorang karyawan perusahaan swasta kepada detikINET.

Lantas apa sebenarnya kelemahan versi replika itu? Menurut salah seorang penjual ponsel Samsung asli, ada beberapa hal kelemahan yang paling mencolok.

Terutama pada ketahanan baterai. Baterai ponsel abal-abal biasanya hanya dalam hitungan 3 jam sudah minta untuk diisi ulang. Di samping kondisi replika mudah panas.

“Itu kondisi yang mudah dirasakan antara yang asli dengan yang replika,” ujar penjual ponsel yang enggan disebutkan indentitasnya tersebut.

Kelemahan lain, sebenarnya bila jeli melihatnya, kecepatan dalam membuka fitur yang ada dinilai lambat dibanding dengan yang asli. Begitu juga hasil jepretan fotonya tidak sejernih dengan aslinya.

“Biasanya kalau replika juga mudah rusak, misalkan, di bagian tempat pengisian baterainya. Kadang mudah eror dan banyak hal lainnya. Kalau sudah rusak, biasanya sulit untuk diperbaiki. Jadi ya siapa pakai replika memang begitu rusak biasanya tak bisa dipakai lagi. Kalau pun dipakai, biaya perbaikannya juga bisa lebih mahal ketimbang harga belinya,” jelas si penjual.

Bagaimana dengan pihak kepolisian atas peredaran replika ini? Menurut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Arief Fajar mengatakan, pihaknya memang sejauh ini belum pernah melakukan razia atas peredaran ponsel replika tersebut.

“Kita juga belum pernah terima laporan terkait hal itu. Soalnya ini kan soal merek, jadi memang agak sulit kita untuk masuk. Namun demikian, kita tetap akan pantau terkait peredaran tersebut,” tandas Arief.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/