30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Ini Digital Skills yang Perlu Dimiliki di Masa Pandemi

ASAHAN, SUMUTPOS.CO—Digital skill atau kecakapan digital penting dimiliki masyarakat di masa pandemi Covid-19 saat ini. Selain bermanfaat bagi masyarakat di segala lini, juga memungkinkan seseorang merasakan keuntungan finansial karenanya.

WEBINAR: Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada 30 Juli 2021. (IST)

“Digital skills yang perlu dimiliki di masa pandemi Covid-19, antara lain kecakapan menggunakan aplikasi pembelajaran, kecakapan menggunakan aplikasi digital marketing, kecakapan menggunakan aplikasi membuat kreatif, dan kecakapan menggunakan aplikasi bidang keuangan dan perbankan,” kata Anthony Leong, saat menjadi pemateri dalam Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada 30 Juli 2021.

CEO Menara Digital ini menjelaskan, keterampilan digital akan menjadi modal utama bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita sebagai negara maju pada 2045 mendatang. Lewat kelihaian para generasi muda dalam mengelola teknologi digital diharapkan nantinya lahir inovasi dan terobosan yang mampu menguatkan ekonomi bangsa.

“Kecakapan menggunakan aplikasi pembelajaran, misalnya, dibutuhkan dalam rangka memudahkan proses pembelajaran. Digital marketing merupakan alat sebagai perantara komunikasi pemasaran yang saat ini banyak digunakan media sosial dalam memperkenalkan produk atau jasa di dunia modern. Konten yang apik dan kreatif akan lebih menarik perhatian pengguna internet dan sosial media,” paparnya dengan materi bertajuk “Pentingnya Memiliki Digital Skill di Masa Pandemi Covid-19”.

Bahkan kini, lanjut dia, setiap harinya masyarakat kerap mencari konten untuk memuaskan perasaan mereka. Menggunakan aplikasi digital untuk mendukung transaksi dalam bidang keuangan dan perbankan. “Agar memudahkan kebutuhan bagi setiap orang dari masalah keuangan,” pungkas pemateri di sesi Kecakapan Digital tersebut.

Mizwar selaku Budayawan Sumut, menguatkan pernyataan Anthony di sesi Budaya Digital dengan memilih tema “Wawasan Kebudayaan Dalam Proses Transformasi Digital”.

Disampaikannya, budaya Indonesia adalah budaya yang terkenal dengan kesantunan, berakhlak mulia, serta ramah tamah. Adat istiadat serta kearifan lokal dari masing-masing masyarakatnya yang berubah adalah cara penyajian yang lebih praktis dan efisien berkat dorongan kemajuan teknologi.

“Dampak positif kebudayaan di era digital antara lain, efektif dan efesiensi dalam penyajian, ruang lingkup yang mendunia, serta dapat diserap dengan mudah oleh masyarakat luas. Dampak negatif kebudayaan di era digital meliputi, daya kompetitif masyarakat yang masih cenderung lemah, dapat memengaruhi karakter, mental, dan emosional masyarakat, serta pengaruh negatif pada budaya asing yang menumpang pada arus kemajuan teknologi,” terangnya.

Langkah strategis dalam pelestarian budaya di era digitalisasi, sebut dia antara lain, perkuat kapasitas pemahaman dan wawasan terhadap budaya, dokumentasikan setiap hal-hal unik secara menarik untuk disajikan pada ruang publik, menyajikan konten-konten kreatif kesenian, kebudayaan, adat istiadat atau kearifan lokal lainnya, serta memaksimalkan medsos untuk mentransformasikan kebudayaan agar dapat dikonsumsi secara luas oleh masyarakat dunia digital.

Di sesi Etika Digital, Jumadi selaku Kacabdis Rantauprapat, menimpali paparan kedua narasumber sebelumnya melalui tema “Bebas Namun Terbatas: Berekspresi di Media Sosial”. Menurutnya, medsos memang merupakan sarana untuk mewujudkan kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi. Namun perlu ditegaskan bahwa kebebasan berpendapat atau kebebasan berekspresi melalui media mana pun tidak pernah sebebas-bebasnya tanpa batas dan etika.

“Kebebasan berpendapat dibatasi oleh hak-hak orang lain untuk diperlakukan secara layak dan adil, hak-hak setiap orang untuk mendapati ruang publik yang beradab dan menyejukkan,” katanya.

Ruang publik, hemat dia, ada milik semua orang. Oleh karena itu, siapa pun yang berbicara di ruang publik harus memiliki kedewasaan, sikap bertanggung-jawab dan mampu berempati kepada orang lain.

“Sangat penting untuk mengingatkan kepada semua pihak, khususnya unsur-unsur politik untuk tidak menggunakan medsos maupun media massa sebagai sarana untuk menebarkan sikap permusuhan, kebencian, sikap acuh-tak-acuh yang berdimensi politik agama, etnis maupun golongan,” pungkasnya.

Sementara Dani Susetiawan, di sesi Keamanan Digital, memaparkan materi bertema “Cara Aman Berinvestasi Online”.
Direktur PT. Royal Berkah Jacatra, Vice Chairman Sobat Cyber Indonesia, dan Founder Digest Club Indonesia itu menjelaskan, investasi online adalah proses penanaman modal yang akan digunakan untuk mendanai sebuah perusahaan di mana penanaman modal tersebut bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dilakukan secara online, sehingga pengawasan pun bisa dilakukan secara online.

“Jenis-jenis investasi ini antara lain emas, properti, reksadana, valuta asing, dan saham. Adapun cara aman investasi online, antara lain memilih aplikasi yang terpercaya, mencari tau kinerja manajer investasi, menentukan besaran modal yang akan diinvestasikan, menghitung keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan, melihat peluang dari fitur aplikasi online,” katanya.

Kemudian lakukan riset, melihat perkembangan harga saham, buat rencana, ketahui pilihan anda, dan jangan melakukan transaksi di luar aplikasi online.

“Waktu yang tepat untuk berinvestasi ialah semakin dini untuk melakukan investasi, peluang untuk mendapatkan keuntungannya pun akan semakin besar dan untuk waktu yang lebih akurat, bisa dengan cara menggunakan aplikasi, dan melihat fitur perkembangan Investasi,” tutupnya.

Webinar diakhiri Felicia, seorang Modeling dan Influencer berfollowers 36 ribu, yang menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat masing-masing narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orang tua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

ASAHAN, SUMUTPOS.CO—Digital skill atau kecakapan digital penting dimiliki masyarakat di masa pandemi Covid-19 saat ini. Selain bermanfaat bagi masyarakat di segala lini, juga memungkinkan seseorang merasakan keuntungan finansial karenanya.

WEBINAR: Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada 30 Juli 2021. (IST)

“Digital skills yang perlu dimiliki di masa pandemi Covid-19, antara lain kecakapan menggunakan aplikasi pembelajaran, kecakapan menggunakan aplikasi digital marketing, kecakapan menggunakan aplikasi membuat kreatif, dan kecakapan menggunakan aplikasi bidang keuangan dan perbankan,” kata Anthony Leong, saat menjadi pemateri dalam Webinar Literasi Digital yang diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI di Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara pada 30 Juli 2021.

CEO Menara Digital ini menjelaskan, keterampilan digital akan menjadi modal utama bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita sebagai negara maju pada 2045 mendatang. Lewat kelihaian para generasi muda dalam mengelola teknologi digital diharapkan nantinya lahir inovasi dan terobosan yang mampu menguatkan ekonomi bangsa.

“Kecakapan menggunakan aplikasi pembelajaran, misalnya, dibutuhkan dalam rangka memudahkan proses pembelajaran. Digital marketing merupakan alat sebagai perantara komunikasi pemasaran yang saat ini banyak digunakan media sosial dalam memperkenalkan produk atau jasa di dunia modern. Konten yang apik dan kreatif akan lebih menarik perhatian pengguna internet dan sosial media,” paparnya dengan materi bertajuk “Pentingnya Memiliki Digital Skill di Masa Pandemi Covid-19”.

Bahkan kini, lanjut dia, setiap harinya masyarakat kerap mencari konten untuk memuaskan perasaan mereka. Menggunakan aplikasi digital untuk mendukung transaksi dalam bidang keuangan dan perbankan. “Agar memudahkan kebutuhan bagi setiap orang dari masalah keuangan,” pungkas pemateri di sesi Kecakapan Digital tersebut.

Mizwar selaku Budayawan Sumut, menguatkan pernyataan Anthony di sesi Budaya Digital dengan memilih tema “Wawasan Kebudayaan Dalam Proses Transformasi Digital”.

Disampaikannya, budaya Indonesia adalah budaya yang terkenal dengan kesantunan, berakhlak mulia, serta ramah tamah. Adat istiadat serta kearifan lokal dari masing-masing masyarakatnya yang berubah adalah cara penyajian yang lebih praktis dan efisien berkat dorongan kemajuan teknologi.

“Dampak positif kebudayaan di era digital antara lain, efektif dan efesiensi dalam penyajian, ruang lingkup yang mendunia, serta dapat diserap dengan mudah oleh masyarakat luas. Dampak negatif kebudayaan di era digital meliputi, daya kompetitif masyarakat yang masih cenderung lemah, dapat memengaruhi karakter, mental, dan emosional masyarakat, serta pengaruh negatif pada budaya asing yang menumpang pada arus kemajuan teknologi,” terangnya.

Langkah strategis dalam pelestarian budaya di era digitalisasi, sebut dia antara lain, perkuat kapasitas pemahaman dan wawasan terhadap budaya, dokumentasikan setiap hal-hal unik secara menarik untuk disajikan pada ruang publik, menyajikan konten-konten kreatif kesenian, kebudayaan, adat istiadat atau kearifan lokal lainnya, serta memaksimalkan medsos untuk mentransformasikan kebudayaan agar dapat dikonsumsi secara luas oleh masyarakat dunia digital.

Di sesi Etika Digital, Jumadi selaku Kacabdis Rantauprapat, menimpali paparan kedua narasumber sebelumnya melalui tema “Bebas Namun Terbatas: Berekspresi di Media Sosial”. Menurutnya, medsos memang merupakan sarana untuk mewujudkan kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi. Namun perlu ditegaskan bahwa kebebasan berpendapat atau kebebasan berekspresi melalui media mana pun tidak pernah sebebas-bebasnya tanpa batas dan etika.

“Kebebasan berpendapat dibatasi oleh hak-hak orang lain untuk diperlakukan secara layak dan adil, hak-hak setiap orang untuk mendapati ruang publik yang beradab dan menyejukkan,” katanya.

Ruang publik, hemat dia, ada milik semua orang. Oleh karena itu, siapa pun yang berbicara di ruang publik harus memiliki kedewasaan, sikap bertanggung-jawab dan mampu berempati kepada orang lain.

“Sangat penting untuk mengingatkan kepada semua pihak, khususnya unsur-unsur politik untuk tidak menggunakan medsos maupun media massa sebagai sarana untuk menebarkan sikap permusuhan, kebencian, sikap acuh-tak-acuh yang berdimensi politik agama, etnis maupun golongan,” pungkasnya.

Sementara Dani Susetiawan, di sesi Keamanan Digital, memaparkan materi bertema “Cara Aman Berinvestasi Online”.
Direktur PT. Royal Berkah Jacatra, Vice Chairman Sobat Cyber Indonesia, dan Founder Digest Club Indonesia itu menjelaskan, investasi online adalah proses penanaman modal yang akan digunakan untuk mendanai sebuah perusahaan di mana penanaman modal tersebut bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan dilakukan secara online, sehingga pengawasan pun bisa dilakukan secara online.

“Jenis-jenis investasi ini antara lain emas, properti, reksadana, valuta asing, dan saham. Adapun cara aman investasi online, antara lain memilih aplikasi yang terpercaya, mencari tau kinerja manajer investasi, menentukan besaran modal yang akan diinvestasikan, menghitung keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan, melihat peluang dari fitur aplikasi online,” katanya.

Kemudian lakukan riset, melihat perkembangan harga saham, buat rencana, ketahui pilihan anda, dan jangan melakukan transaksi di luar aplikasi online.

“Waktu yang tepat untuk berinvestasi ialah semakin dini untuk melakukan investasi, peluang untuk mendapatkan keuntungannya pun akan semakin besar dan untuk waktu yang lebih akurat, bisa dengan cara menggunakan aplikasi, dan melihat fitur perkembangan Investasi,” tutupnya.

Webinar diakhiri Felicia, seorang Modeling dan Influencer berfollowers 36 ribu, yang menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat masing-masing narasumber.

Sebagai keynote speaker, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi sebelumnya memberikan sambutan tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital, bermanfaat dalam membangun daerahnya masing-masing oleh putra putri daerah melalui digital platform.

Diketahui, program ini bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang paham akan literasi digital lebih dalam dan menyikapi secara bijaksana dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten area Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang di setiap kegiatan yang ditujukan kepada PNS, TNI/Polri, orang tua, pelajar, penggiat usaha, pendakwah dan sebagainya.

Empat kerangka digital yang diberikan dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture di mana masing-masing kerangka mempunyai beragam tema. (rel/dek)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/