26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gelar Pesta Napuran Tiar untuk Jaga Kelestarian Budaya Lokal

PESTA ADAT: Dirut BPODT Arie Prasetyo pada acara Pesta Adat Napuran Tiar di The Kaldera, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Rabu (9/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) bersama masyarakat menggelar Pesta Adat Penghormatan Napuran Tiar di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir, Sumut, Rabu (9/10). Acara yang dihadiri 500 orang masyarakat di sekitar lahan zona Otorita Danau Toba ini sebagai bentuk kepedulian BOPDT dalam menjaga kelestarian budaya dan kearifan lokal.

Direktur Utama (Dirut) BOPDT, Arie Prasetyo mengatakan, pesta ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada masyarakat atas sebuah pembangunan besar yang akan diselenggarakan di Kawasan Danau Toba. “Selain untuk menghormati tatanan budaya dan adat istiadat yang telah ada, kami juga ingin melestarikan acara-acara adat seperti ini. Budaya Batak sangat luar biasa dan memiliki filosofi yang sangat dalam,” kata Arie kepada wartawan di Medan, Kamis (10/10).

Menurut Arie, pembangunan dilakukan Pemerintah Indonesia untuk Danau Toba sejak 2015 lalu. “Mulai pembangunan infrastruktur aksesibilitas yang memang menjadi key success factor dari kebanyakan destinasi, hingga homestay desa wisata, pengembangan nomadic tourism, dan digital tourism,” ungkapnya.

Pembangunan kawasan Danau Toba ini dikawal BOPDT. Badan ini dibentuk melalui Perpres 49 Tahun 2016. Sejak itu, BOPDT telah mulai menjalankan program-program pengembangan Danau Toba menjadi destinasi pariwisata berkelas internasional.

Akses pun turut dikembangkan. Seperti pengembangan Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara, Jalan Tol Medan-Parapat, Jalan Lingkar Samosir, pelabuhan dan kapal penyeberangan. Selain itu, Arie mengungkapkan, pengembangan pasar-pasar, atraksi dan amenitas pariwisata lain seperti tourist information center juga terus menjadi perhatian pemerintah pusat.

“Bandara Silangit di tahun 2016 baru memiliki runway 2.200 meter dengan bangunan terminal seadanya, sekarang sudah berstatus internasional dengan panjang runway 2.650 x 45 meter dan sudah ada penerbangan international,” sebut Arie.

Selain pengembangan infrastruktur, pengembangan SDM juga terus menjadi perhatian pemerintah. Di tahun 2019 saja, BOPDT menyelenggarakan beberapa kegiatan pengembangan SDM. Seperti pelatihan active citizen di The Kaldera yang diselenggarakan oleh BOPDT bekerjasama dengan British Council.

Atau pelatihan kuliner Kementerian Pariwisata untuk pelaku kuliner di Pantai Bulbul, Balige. “Tahun 2018-2019 kami juga menyelenggarakan program pelatihan setara D1 selama 1 tahun ke Bandung dan Bali bagi siswa lulusan SMA di Kawasan Danau Toba,” jelas Arie.

Dalam menjalankan tugas otoritatif, BOPDT juga berkomitmen mengembangkan keterampilan masyarakat. Sebab hal itu sebagai salah satu kunci keberhasilan pengembangan. Caranya, melalui sosialisasi sadar wisata, pelatihan-pelatihan masyarakat. BOPDT juga melakukan pendekatan melalui tokoh adat, agama dan tokoh masyarakat. Tujuannya, untuk mendengarkan masukan-masukan guna kemajuan desa di sekitar kawasan.

“Kami ingin pengembangan pariwisata di Danau Toba menjadi milik masyarakat yang memang harus dilibatkan. BOPDT siap bersinergi demi kemajuan pengembangan destinasi super prioritas Danau Toba,” jelas Arie.

Ia mengatakan, Danau Toba kini menjadi salah satu UNESCO Global Geopark (UGG). Arie menjelaskan, Geopark Kaldera Toba tidak dapat dipungkiri merupakan potensi utama pengembangan atraksi di destinasi ini. “Untuk memperkuat positioning tersebut, Geopark Kaldera Toba telah disetujui untuk menjadi salah satu UNESCO Global Geopark (UGG). Akan diresmikan April tahun depan di Paris,” sebut Arie.

Saat ditetapkan jadi UGG nanti, akan semakin mantap jika didukung oleh kelestarian budaya dan kearifan lokal. Danau Toba yang memiliki keragaman 4 etnis suku batak (Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, dan Dairi Pakpak), tidak hanya menawarkan keindahan bentang alam, tetapi juga keragaman budaya. “Sebut saja tenun Ulos yang memiliki makna yang tinggi dan nilai kultur yang menjadikan Ulos sebagai identitas dari masyarakat suku batak,” kata Arie.

Ulos yang sehari-hari banyak digunakan masyarakat khususnya di kawasan sekitar Danau Toba, juga merupakan kain yang memiliki makna mendalam bagi acara-acara adat bagi masyarakat Batak. Mulai dari sejak mengandung, melahirkan, kebahagiaan, kesedihan, hingga meninggal dunia.

Selain itu ada Arsik, yang juga merupakan kuliner yang tidak asing lagi bagi penggemar kuliner nusantara. Dan masih banyak hal lain yang ada di kawasan Danau Toba. Seperti ayam napinadar, itak gurgur, naniura, natinombur, dali ni horbo dan banyak lagi. “Semua merupakan makanan yang kerap dijumpai menghiasi upacara-upacara adat khas batak,” tambah Arie.

BOPDT juga berkomitmen dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal yang telah ada dan dipelihara secara turun temurun. Terkait amenitas, juga disiapkan Toba Caldera Resort. Dalam mempersiapkan pembangunan di kawasan Toba Caldera Resort yang akan segera di launching, BOPDT terlebih dahulu bersosialisasi dengan masyarakat untuk mendengarkan masukan-masukan yang ada.

Hal ini yang akhirnya mendasari diselenggarakannya acara pesta adat Napuran Tiar (sekapur sirih) digelar oleh BOPDT tanggal 9 Oktober 2019 di The Kaldera, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Rabu (9/10) kemarin. Pesta ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada masyarakat atas sebuah pembangunan besar yang akan diselenggarakan di Kawasan Danau Toba.

“Selain untuk menghormati tatanan budaya dan adat istiadat yang telah ada, kami juga ingin melestarikan acara-acara adat seperti ini. Budaya Batak sangat luar biasa dan memiliki filosofi yang sangat dalam” tandas Arie.(gus)

PESTA ADAT: Dirut BPODT Arie Prasetyo pada acara Pesta Adat Napuran Tiar di The Kaldera, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Rabu (9/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) bersama masyarakat menggelar Pesta Adat Penghormatan Napuran Tiar di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Toba Samosir, Sumut, Rabu (9/10). Acara yang dihadiri 500 orang masyarakat di sekitar lahan zona Otorita Danau Toba ini sebagai bentuk kepedulian BOPDT dalam menjaga kelestarian budaya dan kearifan lokal.

Direktur Utama (Dirut) BOPDT, Arie Prasetyo mengatakan, pesta ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada masyarakat atas sebuah pembangunan besar yang akan diselenggarakan di Kawasan Danau Toba. “Selain untuk menghormati tatanan budaya dan adat istiadat yang telah ada, kami juga ingin melestarikan acara-acara adat seperti ini. Budaya Batak sangat luar biasa dan memiliki filosofi yang sangat dalam,” kata Arie kepada wartawan di Medan, Kamis (10/10).

Menurut Arie, pembangunan dilakukan Pemerintah Indonesia untuk Danau Toba sejak 2015 lalu. “Mulai pembangunan infrastruktur aksesibilitas yang memang menjadi key success factor dari kebanyakan destinasi, hingga homestay desa wisata, pengembangan nomadic tourism, dan digital tourism,” ungkapnya.

Pembangunan kawasan Danau Toba ini dikawal BOPDT. Badan ini dibentuk melalui Perpres 49 Tahun 2016. Sejak itu, BOPDT telah mulai menjalankan program-program pengembangan Danau Toba menjadi destinasi pariwisata berkelas internasional.

Akses pun turut dikembangkan. Seperti pengembangan Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara, Jalan Tol Medan-Parapat, Jalan Lingkar Samosir, pelabuhan dan kapal penyeberangan. Selain itu, Arie mengungkapkan, pengembangan pasar-pasar, atraksi dan amenitas pariwisata lain seperti tourist information center juga terus menjadi perhatian pemerintah pusat.

“Bandara Silangit di tahun 2016 baru memiliki runway 2.200 meter dengan bangunan terminal seadanya, sekarang sudah berstatus internasional dengan panjang runway 2.650 x 45 meter dan sudah ada penerbangan international,” sebut Arie.

Selain pengembangan infrastruktur, pengembangan SDM juga terus menjadi perhatian pemerintah. Di tahun 2019 saja, BOPDT menyelenggarakan beberapa kegiatan pengembangan SDM. Seperti pelatihan active citizen di The Kaldera yang diselenggarakan oleh BOPDT bekerjasama dengan British Council.

Atau pelatihan kuliner Kementerian Pariwisata untuk pelaku kuliner di Pantai Bulbul, Balige. “Tahun 2018-2019 kami juga menyelenggarakan program pelatihan setara D1 selama 1 tahun ke Bandung dan Bali bagi siswa lulusan SMA di Kawasan Danau Toba,” jelas Arie.

Dalam menjalankan tugas otoritatif, BOPDT juga berkomitmen mengembangkan keterampilan masyarakat. Sebab hal itu sebagai salah satu kunci keberhasilan pengembangan. Caranya, melalui sosialisasi sadar wisata, pelatihan-pelatihan masyarakat. BOPDT juga melakukan pendekatan melalui tokoh adat, agama dan tokoh masyarakat. Tujuannya, untuk mendengarkan masukan-masukan guna kemajuan desa di sekitar kawasan.

“Kami ingin pengembangan pariwisata di Danau Toba menjadi milik masyarakat yang memang harus dilibatkan. BOPDT siap bersinergi demi kemajuan pengembangan destinasi super prioritas Danau Toba,” jelas Arie.

Ia mengatakan, Danau Toba kini menjadi salah satu UNESCO Global Geopark (UGG). Arie menjelaskan, Geopark Kaldera Toba tidak dapat dipungkiri merupakan potensi utama pengembangan atraksi di destinasi ini. “Untuk memperkuat positioning tersebut, Geopark Kaldera Toba telah disetujui untuk menjadi salah satu UNESCO Global Geopark (UGG). Akan diresmikan April tahun depan di Paris,” sebut Arie.

Saat ditetapkan jadi UGG nanti, akan semakin mantap jika didukung oleh kelestarian budaya dan kearifan lokal. Danau Toba yang memiliki keragaman 4 etnis suku batak (Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, dan Dairi Pakpak), tidak hanya menawarkan keindahan bentang alam, tetapi juga keragaman budaya. “Sebut saja tenun Ulos yang memiliki makna yang tinggi dan nilai kultur yang menjadikan Ulos sebagai identitas dari masyarakat suku batak,” kata Arie.

Ulos yang sehari-hari banyak digunakan masyarakat khususnya di kawasan sekitar Danau Toba, juga merupakan kain yang memiliki makna mendalam bagi acara-acara adat bagi masyarakat Batak. Mulai dari sejak mengandung, melahirkan, kebahagiaan, kesedihan, hingga meninggal dunia.

Selain itu ada Arsik, yang juga merupakan kuliner yang tidak asing lagi bagi penggemar kuliner nusantara. Dan masih banyak hal lain yang ada di kawasan Danau Toba. Seperti ayam napinadar, itak gurgur, naniura, natinombur, dali ni horbo dan banyak lagi. “Semua merupakan makanan yang kerap dijumpai menghiasi upacara-upacara adat khas batak,” tambah Arie.

BOPDT juga berkomitmen dalam melestarikan budaya dan kearifan lokal yang telah ada dan dipelihara secara turun temurun. Terkait amenitas, juga disiapkan Toba Caldera Resort. Dalam mempersiapkan pembangunan di kawasan Toba Caldera Resort yang akan segera di launching, BOPDT terlebih dahulu bersosialisasi dengan masyarakat untuk mendengarkan masukan-masukan yang ada.

Hal ini yang akhirnya mendasari diselenggarakannya acara pesta adat Napuran Tiar (sekapur sirih) digelar oleh BOPDT tanggal 9 Oktober 2019 di The Kaldera, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Rabu (9/10) kemarin. Pesta ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada masyarakat atas sebuah pembangunan besar yang akan diselenggarakan di Kawasan Danau Toba.

“Selain untuk menghormati tatanan budaya dan adat istiadat yang telah ada, kami juga ingin melestarikan acara-acara adat seperti ini. Budaya Batak sangat luar biasa dan memiliki filosofi yang sangat dalam” tandas Arie.(gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/