Site icon SumutPos

Taiwan International Balloon Festival: Menikmati Alam dengan Balon Udara

Foto: Pran Hasibuan
CERIA: Rombongan Familiarization Tour for Indonesian & KOL tampak ceria usai menjajal sensasi balon udara dalam Taiwan International Balloon Festival, Taitung, Taiwan, belum lama ini.

MUSIM panas menjadi waktu yang paling ditunggu oleh masyarakat yang tinggal di negara yang memiliki empat musim. Menghabiskan waktu di alam akan menjadi agenda wajib bagi siapapun. Ada berbagai event yang dilangsungkan selama musim panas, mulai perkemahan bersama, konser musik, dan lainnya. Nah, bila ingin menikmati musim panas dengan cara berbeda, yuk ikutan Taiwan International Balloon Festival di Kabupaten Taitung, Taiwan.
Festival yang biasa diselenggarakan di Luye Highland atau Bukit Luye pada liburan musim panas ini, digelar selama 45 hari mulai dari 29 Juni hingga 12 Agustus 2019. Ada berbagai kegiatan yang dapat dinikmati dari pagelaran ini, pertunjukan balon udara terbang, menambatkan dan meniupkan balon udara, naik ke dalam balon, konser musik cahaya malam, perayaan pernikahan balon udara, dan kemah musim panas. Selain itu, keistimewaan juga ada pada balon udara yang dipamerkan.
“Tahun ini paling banyak balon udara yang bentuknya aneh-aneh, jumlahnya mencapai 40 buah. Bentuk-bentuk balon udara yang tak biasa itu antara lain lebah, tokoh kartun Spongebob, burung, dan masih banyak lagi,” ungkap Katrina Chien selaku perwakilan pihak penyelenggara.
Katrina mengungkapkan, Taiwan International Balloon Festival ini menjadi agenda tahunan pemerintahan Taiwan untuk menarik wisatawan, terutama wisatawan asing. Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011 yang lalu, pengunjung dan pesertanya terus bertambah.
“Tahun lalu, yang hadir sebanyak 900 ribu orang. Tahun ini kita targetkan 1 juta orang. Pada 2019 ini, festival balon udara di Taitung, Taiwan diikuti 17 negara seperti Amerika, Jerman, dan Jepang. Sebagian besar perwakilan dari negara-negara tersebut tampak berkreasi memamerkan balon udara dengan bentuk tidak biasa,” jelasnya.
Para pengunjung yang datang ke festival dapat dipastikan terpesona dengan bentuk balon udara. Selain melihat keindahan balon udara yang dipamerkan, pengunjung juga bisa mencoba untuk masuk ke balon udara yang dinaikkan hingga ke ketinggian tertentu. Bahkan pengunjung bisa ikut terbang selama satu jam dengan balon udara. Biaya untuk naik ke ketinggian tertentu adalah 500-700 NTD atau setara dengan Rp250ribu-Rp350 ribu untuk satu orang. Sedangkan untuk terbang biayanya cukup mahal yaitu 9000 NTD atau setara dengan Rp4,5 juta per orang.
“Kami buka dua sesi bila pengunjung ingin naik balon udara. Sesi pertama di pagi hari, mulai pukul 05.30 sampai 07.00. Lalu sesi kedua di sore hari, pukul 5 sore sampai 7 malam,” imbuh Katrina. Melalui banyak atraksi yang ada harapannya pengunjung yang datang semakin banyak. “Tahun lalu yang datang jumlahnya kurang lebih mencapai 900 ribu orang. Tahun ini targetnya 1 juta pengunjung,” ujarnya.
Sebagai informasi, Taiwan International Balloon Festival juga dimaksudkan untuk mempromosikan Kabupaten Taitung. Sebab wilayah tersebut lokasinya cukup jauh dari ibu kota Taiwan. Jika ditempuh via darat, bisa memakan waktu dari 7-8 jam. Selain itu bisa juga ditempuh via udara yang hanya cuma satu jam perjalanan, dari penerbangan domestik di Taipe menuju Bandara Taitung. Namun keletihan menuju wilayah itu, akan terbayar lunas dengan pemandangan alam yang eksotis. Terlebih di lokasi digelarnya festival balon udara yang dikelilingi pegunungan.
Rombongan Taiwan Familiaritazion Tour for Indonesian KOL & Media berkesempatan untuk merasakan sensasi naik balon udara di ketinggian tertentu. Dalam satu balon udara, jumlah orang yang bisa naik didalamnya berbeda-beda, bisa 2-4 orang ditambah 1 orang pemandu.
Walaupun balon udara naiknya tidak terlalu tinggi, pengunjung harus berhati-hati dan memerhatikan beberapa hal. Pertama, api di bagian atas kepala yang panasnya cukup terasa di wajah. Kedua, pengunjung disarankan untuk berpegangan demi keamanan. Sebab angin kencang bisa kapan saja menerpa sehingga membuat balon udara bergoyang cukup kuat. Tapi tidak perlu khawatir karena masih dalam batas aman. Sebab jika tidak aman, balon udara tidak diizinkan naik. Ada dua kondisi yang membuat balon udara tidak bisa naik. Pertama karena angin yang terlalu kencang. Kedua lantaran cuaca buruk alias hujan. Meskipun pengunjung sudah datang dan membayar, apabila kondisi tidak memungkinkan balon udara tidak akan naik.
“Balon udara yang dinaiki pun perlahan meninggi, kita pun sempat saling bertukar tempat untuk melihat pemandangan alam dari atas balon udara. Walau hanya sekitar 7 menit mengudara di atas langit Bukit Luye, namun sensasinya begitu luar biasa. Langit semakin tampak lebih dekat sementara di bawah terlihat balon-balon udara lainnya mulai naik secara perlahan dengan pemandangan alam,” tutur SM Said, salah satu peserta tour.

SELFIE: Peserta KOL yang terdiri dari dua youtuber dan satu blogger berselfie ria di Pulau Sanxiantai dengan latar belakang jembatan delapan lengkungan untuk menyeberang ke pulau dengan keliling sekitar 2,12 kilometer.

Pulau Sanxiantai
Masih di Taitung, terdapat sejumlah spot wisata menarik yang sayang untuk dilewatkan. Salah satunya Pulau Sanxiantai, yang terletak di utara Kotapraja Chenggong, Taitung. Papan informasi di sana menyebutkan pulau karang kecil di Samudera Pasifik itu terbentuk karena erosi ombak. Mulanya Sanxiantai adalah tanjung alias daratan yang menjorok ke laut dan terhubung dengan Pulau Taiwan. Karena diterjang ombak, tanjung itu lambat laun terpisah dari pulau besar.

Pemerintah Taiwan kemudian membangun jembatan dengan delapan lengkungan untuk menyeberang ke pulau dengan keliling sekitar 2,12 kilometer tersebut. Bentuknya dirancang memiiki delapan gelombang, seperti jumlah dewa yang menyeberangi lautan. Juga dibuat jalan setapak untuk mengelilingi pulau kecil tersebut yang bisa dihabiskan dalam waktu sekitar 1,5 jam.

Destinasi wisata tersebut sangat erat dengan kepercayaan masyarakat di sana tentang para dewa yang melakukan perjalanan melewati lautan. Pemandu Wisata Taiwan, Adi Carlo menceritakan pada suatu masa, ada delapan dewa yang mengarungi lautan dengan menggunakan kesaktian mereka. Ketika sampai di satu titik, tiga dari delapan dewa tadi memutuskan berhenti. Ketiga dewa yang bernama Lyu-Dongbin, Li-Tieguai, dan He-Xiangu, itu kemudian beristirahat sejenak di atas tiga buah batu di tepi pantai. Sementara lima dewa lainnya melanjutkan perjalanan. Kini wisatawan masih bisa melihat tiga batu karang besar seperti bukit menonjol di seberang pulau. Di sanalah tiga dewa tadi beristirahat. “Karena itu, pulau ini diberi nama Sanxiantai yang artinya tempat tiga dewa-dewi,” kata Adi Carlo

Tiga batu karang besar di seberang pulau itu dipercaya sebagai bekas tapak kaki tiga dewa yang beristirahat tadi. “Suku Aborigin meyakini tiga batu tersebut adalah tempat berdiamnya dewa pelindung mereka,” ujarnya. Sedangkan peserta KOL dari Medan, yang juga seorang youtuber muda, Chintya Gabriella, mengaku antusias selama berada di tempat itu. Dia memberi rekomendasi supaya para wisatawan datang ke sana, bila berkesempatan berwisata ke Taiwan. (prn)

Exit mobile version