33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Inflasi Mulai Jinak

 

JAKARTA – Inflasi yang dalam beberapa bulan terakhir menjadi momok bagi makro perekonomian Indonesia, kini mulai jinak.

 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, harga barang dan jasa kini cenderung turun seiring memudarnya imbas kenaikan harga BBM Juni lalu serta efek musim Lebaran. ‘Ini yang menyebabkan deflasi 0,35 persen periode September 2013,’ ujarnya kemarin (1/10).

 

BPS mencatat, dari 66 kota di Indonesia, 53 kota mengalami deflasi, sedangkan 13 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sorong 4,28 persen dan terendah di Surabaya 0,02 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang 1,70 persen dan terendah di Sukabumi serta Singkawang 0,04 persen.

 

Menurut Suryamin, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran. Misalnya, kelompok bahan makanan yang turun 2,88 persen, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,79 persen

 

Sementara itu, beberapa kelompok pengeluaran masih menunjukkan kenaikan harga. Misalnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang naik 0,78 persen, kelompok sandang 2,99 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,61 persen.

 

Suryamin menyebut, dampak kenaikan harga BBM pada Juni lalu sebenarnya diperkirakan berlangsung sampai 3 bulan atau hingga September. Namun, karena lonjakan harga sudah terjadi pada Juli dan Agustus yang berbarengan dengan momen Puasa dan Lebaran, harga pada September pun mulai turun. ‘Deflasi pada September ini yang pertama kali sejak 2011,’ sebutnya.

 

Realisasi deflasi hingga 0,35 persen ini memang di luar perkiraan. Direktur Eksekutif Direktorat Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, BI memproyeksi September ini akan terjadi deflasi, tapi hanya 0,28 persen. ‘Beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabe yang selama ini menjadi sumber inflasi, saat ini mulai turun harga,’ ujarnya.

 

Dengan deflasi pada September ini, maka laju inflasi tahun kalender (Januari – September) 2013 mencapai 7,57 persen, sedangkan tingkat inflasi year on year (September 2013 terhadap September 2012) sebesar 8,40 persen.

 

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, meredanya lonjakan inflasi ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. ‘Ini menunjukkan bahwa upaya penanganan inflasi membuahkan hasil,’ ucapnya. (owi)

 

JAKARTA – Inflasi yang dalam beberapa bulan terakhir menjadi momok bagi makro perekonomian Indonesia, kini mulai jinak.

 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, harga barang dan jasa kini cenderung turun seiring memudarnya imbas kenaikan harga BBM Juni lalu serta efek musim Lebaran. ‘Ini yang menyebabkan deflasi 0,35 persen periode September 2013,’ ujarnya kemarin (1/10).

 

BPS mencatat, dari 66 kota di Indonesia, 53 kota mengalami deflasi, sedangkan 13 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Sorong 4,28 persen dan terendah di Surabaya 0,02 persen. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang 1,70 persen dan terendah di Sukabumi serta Singkawang 0,04 persen.

 

Menurut Suryamin, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga pada beberapa kelompok pengeluaran. Misalnya, kelompok bahan makanan yang turun 2,88 persen, serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,79 persen

 

Sementara itu, beberapa kelompok pengeluaran masih menunjukkan kenaikan harga. Misalnya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang naik 0,78 persen, kelompok sandang 2,99 persen, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,61 persen.

 

Suryamin menyebut, dampak kenaikan harga BBM pada Juni lalu sebenarnya diperkirakan berlangsung sampai 3 bulan atau hingga September. Namun, karena lonjakan harga sudah terjadi pada Juli dan Agustus yang berbarengan dengan momen Puasa dan Lebaran, harga pada September pun mulai turun. ‘Deflasi pada September ini yang pertama kali sejak 2011,’ sebutnya.

 

Realisasi deflasi hingga 0,35 persen ini memang di luar perkiraan. Direktur Eksekutif Direktorat Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, BI memproyeksi September ini akan terjadi deflasi, tapi hanya 0,28 persen. ‘Beberapa komoditas seperti bawang merah dan cabe yang selama ini menjadi sumber inflasi, saat ini mulai turun harga,’ ujarnya.

 

Dengan deflasi pada September ini, maka laju inflasi tahun kalender (Januari – September) 2013 mencapai 7,57 persen, sedangkan tingkat inflasi year on year (September 2013 terhadap September 2012) sebesar 8,40 persen.

 

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, meredanya lonjakan inflasi ini menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia. ‘Ini menunjukkan bahwa upaya penanganan inflasi membuahkan hasil,’ ucapnya. (owi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/