Tidak seperti pria, perempuan lebih sulit mencapai Th e Big O. Kadang stimulasi di organ- organ seksual saja tidak cukup. Dibutuhkan kekuatan pikiran untuk mencapai puncak kenikmatan tersebut.
Bagi perempuan, orgasme alias The Big O itu lebih mirip jackpot. Bisa dapat sekali dari sepuluh kali sesi mesra bersama pasangan pun sudah untung. Begitu banyak survei yang menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen perempuan tidak rutin mencapai klimaks ketika bercinta. Bahkan, di antara jumlah tersebut, lebih dari 50 persen belum pernah mengalami puncak kenikmatan itu.
Seperti halnya bercinta, The Big O bagi kaum hawa memang melibatkan banyak faktor. Bukan melulu stimulasi pada organorganseksual saja. Koordinasi mulai pikiran, gerakan, rangsangan yang diberikan pasangan, hingga faktor-faktor pendukung lain sangat menentukan. ”Pasti banyak dokter yang menyebut bahwa organ seks paling powerful itu otak. Hal tersebut sangat benar. Mungkin klise, tapi ini bukan mitos,” ungkap Kayt Sukel, psikolog. Sukel menunjukkan beberapa bukti. Anak lelaki biasanya mengalami mimpi basah sebagai salah satu tanda pubertas. Padahal, tidak ada stimulasi apa pun di organ vitalnya. Orang dewasa pun tidak jarang mendapat mimpi erotis yang nikmatnya terasa sangat riil meski sedang tidur seorang diri. Dalam mimpi indah itu pun, orang bisa mencapai The Big O. ”Ciri-cirinya, terengah-engah saat bangun dan berkeringat. Persis seperti klimaks di alam nyata,” papar Sukel.
Lalu, bagaimana menerapkan teori itu di tengah-tengah sesi panas bareng pasangan? Ada berbagai cara. Yang pertama, semacam curi start. Istri harus memikirkan hal-hal indah yang nyaman dan nikmat sebelum benar benar berhubungan. Pikirkan bagaimana rasanya ketika jemari suami dengan hangat membelai leher, pundak, dan punggung. Bayangkan pula lidahnya menelusuri area-area sensitif di bagian dada dan perut. ”Dirty mind (berpikiran kotor/piktor) itu sekali-sekali penting,” ucap Sukel, lantas tertawa.
Dengan curi start, jaringan saraf akan mengirim pesan ke otak untuk meningkatkan aliran darah. Hasilnya, Miss V akan semakin lembap dan terbuka sehingga makin sensitive dengan sentuhan serta penetrasi. Ketika menerima stimulasi, saraf kembali meminta otak untuk mempercepat aliran darah, dan terjadilah The Big O.
Yang kedua adalah cara yang lebih konvensional. Yakni, melakukan pemanasan yang cukup lama. Minta pasangan memberikan menu lengkap. Mulai ciuman mesra, diikuti sentuhan-sentuhan romantis. Selama aksi panas itu, saraf kembali mengirim pesan kenikmatan melalui jaringan-jaringannya yang menyebar hingga area pelvis dan otak.
”Proses ini sangat efektif untuk membuat otak fokus pada momen bercinta. Sebab, kadang saat pemanasan, perempuan tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal lain. Kapan ya terakhir kali aku waxing. Aduh, besok pagi siap meeting tidak ya? Itu sungguh mengganggu,” papar Ian Kerner PhD, seksolog. ”Nah, makin lama foreplay, perempuan mendapat lebih banyak waktu untuk memfokuskan pikiran,” lanjutnya. (na/c10/any/jpnn)