Jika tidak ada pengertian dari ketiga belah pihak, yaitu mertua, anak, dan pasangan anak alias menantu, maka besar kemungkinan akan timbul konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, kali ini kita akan sama-sama belajar bagaimana agar kita (entah sebagai menantu ataukah sebagai mertua) dapat menjalin hubungan yang baik satu sama lain. Sebelumnya, kita akan menyelidiki penyebab mengapa bisa terjadi konflik antara menantu dan mertua.
Lalu, bagaimana solusi terbaik agar hubungan dengan pasangan baik, tapi dengan mertua juga baik?!
Sedapat mungkin jika sudah memutuskan untuk menikah, maka pasangan harus siap untuk mandiri, baik dari sisi tempat tinggal, maupun keuangan. Jika pasangan belum mampu untuk membeli rumah sendiri, maka kontrak rumah atau kos bisa jadi alternatif pilihan. Bukankah lebih baik tinggal berjauhan namun tetap rukun, daripada tinggal serumah namun terus berselisih?!
Pasangan yang telah menikah wajib menjalin hubungan yang baik dengan orang tua, sehingga orang tua tidak merasa diabaikan atau dilupakan. Hargailah jasa mereka yang telah membesarkan pasangan hingga seperti sekarang. Jika Anda memiliki dana lebih, sesekali ajaklah orang tua jalan-jalan bersama pasangan. Tak perlu harus pergi ke tempat yang mewah dan mahal. Hal ini untuk mencegah orang tua berpikir bahwa anaknya telah hilang karena ‘direbut’ oleh menantu. Jika timbul masalah, sekecil apapun itu, antara mertua dan pasangan, maka sebaiknya segera diselesaikan agar tidak berlarut-larut.
Psilokog Dra. Irna Minauly mengatakan kadang ada keditaknyamanan tinggal bersama mertua. Katakanlah Mertua interprensif, pasti lebih cenderung campur tangan pasca rumah tangga anaknya. “Disitulah yang bisa memicu perselisihan antara menantu dan ibu mertua, maka dari itu harus ada toleransi antara kedua belah pihak yakni antara menantu dan mertua harus betul-betul dijaga,” ujanya pada wartawan Sumut Pos saat dikonfirmasi.
Sambungnya lagi, apabila hubungan antara mertua dan menantu bisa berjalan manis maka ada kebaikan yang didapat. “Misalnya hubungan itu berjalan manis kan enak, karena bisa dibilang mertua mendapatkan anak baru perempuan nah sedangkan menantu bisa meminta bantuan dari ibu mertuanya kalau dia ada keperluan,”katanya.
Bagaimana sikap yang harus diambil ketika hubungan antara menantu dan mertua tidak berjalan baik? Kata Irna, masing-masing pihak baik mertua dan menantu harus bisa memposisikan diri. “Kalau ada mertua yang sedikit cerewetlah katakan, kita sebagai menantu harus paham kenapa mertua melakukan seperti itu,” terangnya. (mag-12/bbs)
Faktor Budaya
Yang dimaksud di sini adalah kebudayaan yang sudah mendarah daging dalam diri setiap orang tua. Walau anak sudah menikah, namun kebanyakan orang tua masih menganggap bahwa dirinya masih bertanggung jawab atas kehidupan sang anak, sehingga tanpa sadar orang tua sering ikut campur dalam hidup rumah tangga anaknya.
Selain itu, kesalahan bisa juga terjadi dari anak yang belum mandiri, sehingga masih saja mengandalkan keputusan dari orang tua dalam kehidupan rumah tangganya.
Pasangan Belum Mandiri
Yang dimaksud di sini adalah pasangan yang masih tinggal di PMI alias ‘Pondok Mertua Indah’, yang masih serumah dengan orang tua. Apalagi, jika dalam hal keuangan, mereka masih ditopang oleh orang tua, maka besar kemungkinan orang tua untuk selalu ikut campur dalam urusan rumah tangga anak.
Pasangan Belum Mampu Membangun Hubungan Baik
Jika pasangan belum tahu bagaimana harus menempatkan diri dalam hubungan dengan pasangan dan dengan mertua, maka hal ini juga bisa menimbulkan konflik dalam keluarga.
Berebut Kasih Sayang
Antara menantu dan mertua bisa terjadi persaingan dalam merebut perhatian dan kasih sayang dari sang anak, jika sang anak (entah berposisi sebagai suami atau istri) tidak bisa bersikap bijak.