30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gagah dengan Binter Merzy

Punya motor lawas semisal Binter Merzy memang asyik. Selain bisa nostalgia, juga enak diajak touring. Seperti yang dirasakanEdi Mulianto DTK yang akrab disapa Bro Edy.

Ketua Indipendent Tebing Mercy Club (TMC) ini sejak duduk di bangku sekolah dasar sudah menggilai Binter Merzy. Pasalnya, dia terinspirasi dari bapaknya yang seorang tentara. Waktu itu, setiap bapaknya pergi kerja menggunakan Binter Merzy.

“Kebetulan bapak saya dulu seorang tentara, jadi setiap kerja selalu pakai motor Binter. Saya melihat bapak saya sangat gagah di atas Binter itu. Nah, sejak saat itu saya mulai tergila-gila dengan motor ini,” beber Bro Edy, saat ditemui wartawan Sumut Pos di rumahnya, belum lama ini.

Sangkin tergila-gilanya dia dengan motor jenis ini, kini Edy memiliki lima motor Binter di rumahnya. Kelima motor tersebut yakni Binter GTO buatan 1980-an, Binter Merzy buatan 1981, Binter Merzy buatan 1982, Binter Merzy buatan 1983, dan Binter Merzy buatan 1984.

Kesemuanya disimpan di rumahnya dengan rawatan yang cukup itensif setiap bulannya. Bicara soal perawatan, Bro Edy setiap bulannya bisa menghabiskan biaya Rp500 ribu untuk oli motornya saja.
“Untuk bengkel motor Binter Merzy ini, kebetulan saya punya bengkel sendiri. Jadi, untuk para biker yang singgah di bengkel saya, tidak akan dipungut biaya mahal,” kata Bro Edy yang sehari-hari bekerja sebagai tukang gigi palsu ini.
Selain hobi mengoleksi motor Binter Merzy, ternyata Bro Edy juga dipercaya sebagai Ketua TMC. Nah, bersama club motor tersebut, Bro Edy telah menjelajahi sejumlah daerah dengan menggelar touring bersama rekan-rekannya.
Tak tanggung-tanggung, touring perdananya, Bro Edy memilih Titik Nol Kilometer, Sabang, Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) menjadi tujuan. Toring tersebut digelarnya sekira setahun lalu. Nah, saat berada di Titik Nol Sabang tersebutlah Bro Edy dikukuhkan sebagai Ketua Independen TMC Kota Tebing Tinggi.

“Perjalanan dari Tebing Tinggi ke Titik Nol Sabang memakan waktu satu hari satu malam. Saya memang sangat ingin sekali ke Titik Nol Sabang. Pasalnya, ada istilah di kalangan bikers, belum sah menjadi seorang bikers jika belum sampai ke Titik Nol Sabang dan menuliskan nama kita di batu besar yang ada di sana,” beber Bro Edy.

Setelah berhasil menaklukkan Titik Nol Sabang, Bro Edy bersama rekan-rekannya kembali menggelar touring ke Padang, Sumatera Barat. Touring ini digelar sekira setahun lalu. “Kalau saya menyebutkan, touring ini merupakan touring silaturahmi. Karena, perjalanan memakan waktu tujuh hari tujuh malam pulang pergi. Nah, dalam perjalanan, kami selalu singgah dan bersilaturahmi dengan anak-anak bikers yang ada di Sumatera Barat,” ungkap lelaki berusia 38 tahun ini.

Bahkan baru-baru ini, di awal Februari 2011 ini, mereka juga melakukan touring ke Kota Sibolga yang memakan waktu tiga hari tiga malam. Di bulan ini juga, mereka bersama anak-abak bikers se-Sumut menggelar touring wisata dengan rute Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Kabanjahe, Berastagi, Medan dan kembali ke Tebing Tinggi dengan memakan waktu dua hari dua malam.

Selama melakukan touring, Bro Edy mendapatkan beberapa penghargaan yakni berupa pin berbentuk wings yang diterimanya dari Bro Adi asal Kota Bandung pada 2008 lalu. Ada juga penghargaan dari Kemon Jakarta pada 2007, Wings Rencong dari Paguyuban Binter Merzy Club Banda Aceh pada 2010 lalu, Wings penghargaan anti Narkoba dari Padang tahun 2010 dan Wing Bikers Mitra Polri (BMP) Kota Tebing Tinggi dari Pembina sekaligus pendiri BMP Kota Tebing Tinggi dari Kompol Safwan Khayat MHum tahun 2011.

“Kegiatan sosial yang sudah saya lakoni sendiri adalah memberikan perobatan secara gratis bagi para bikers yang datang ke rumah tanpa dipungut biaya,’’ ungkap Bro Edy yang juga anggota Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini.
Dia berharap, ke depan para Bikers saling menghargai, tidak memandang motornya tapi memandang silatuhraminya. “Karena semangkin banyak sahabat, semangkin banyak peluang bagi kita sendiri,” kata Edy mengakhiri. (mag-3)

Punya motor lawas semisal Binter Merzy memang asyik. Selain bisa nostalgia, juga enak diajak touring. Seperti yang dirasakanEdi Mulianto DTK yang akrab disapa Bro Edy.

Ketua Indipendent Tebing Mercy Club (TMC) ini sejak duduk di bangku sekolah dasar sudah menggilai Binter Merzy. Pasalnya, dia terinspirasi dari bapaknya yang seorang tentara. Waktu itu, setiap bapaknya pergi kerja menggunakan Binter Merzy.

“Kebetulan bapak saya dulu seorang tentara, jadi setiap kerja selalu pakai motor Binter. Saya melihat bapak saya sangat gagah di atas Binter itu. Nah, sejak saat itu saya mulai tergila-gila dengan motor ini,” beber Bro Edy, saat ditemui wartawan Sumut Pos di rumahnya, belum lama ini.

Sangkin tergila-gilanya dia dengan motor jenis ini, kini Edy memiliki lima motor Binter di rumahnya. Kelima motor tersebut yakni Binter GTO buatan 1980-an, Binter Merzy buatan 1981, Binter Merzy buatan 1982, Binter Merzy buatan 1983, dan Binter Merzy buatan 1984.

Kesemuanya disimpan di rumahnya dengan rawatan yang cukup itensif setiap bulannya. Bicara soal perawatan, Bro Edy setiap bulannya bisa menghabiskan biaya Rp500 ribu untuk oli motornya saja.
“Untuk bengkel motor Binter Merzy ini, kebetulan saya punya bengkel sendiri. Jadi, untuk para biker yang singgah di bengkel saya, tidak akan dipungut biaya mahal,” kata Bro Edy yang sehari-hari bekerja sebagai tukang gigi palsu ini.
Selain hobi mengoleksi motor Binter Merzy, ternyata Bro Edy juga dipercaya sebagai Ketua TMC. Nah, bersama club motor tersebut, Bro Edy telah menjelajahi sejumlah daerah dengan menggelar touring bersama rekan-rekannya.
Tak tanggung-tanggung, touring perdananya, Bro Edy memilih Titik Nol Kilometer, Sabang, Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) menjadi tujuan. Toring tersebut digelarnya sekira setahun lalu. Nah, saat berada di Titik Nol Sabang tersebutlah Bro Edy dikukuhkan sebagai Ketua Independen TMC Kota Tebing Tinggi.

“Perjalanan dari Tebing Tinggi ke Titik Nol Sabang memakan waktu satu hari satu malam. Saya memang sangat ingin sekali ke Titik Nol Sabang. Pasalnya, ada istilah di kalangan bikers, belum sah menjadi seorang bikers jika belum sampai ke Titik Nol Sabang dan menuliskan nama kita di batu besar yang ada di sana,” beber Bro Edy.

Setelah berhasil menaklukkan Titik Nol Sabang, Bro Edy bersama rekan-rekannya kembali menggelar touring ke Padang, Sumatera Barat. Touring ini digelar sekira setahun lalu. “Kalau saya menyebutkan, touring ini merupakan touring silaturahmi. Karena, perjalanan memakan waktu tujuh hari tujuh malam pulang pergi. Nah, dalam perjalanan, kami selalu singgah dan bersilaturahmi dengan anak-anak bikers yang ada di Sumatera Barat,” ungkap lelaki berusia 38 tahun ini.

Bahkan baru-baru ini, di awal Februari 2011 ini, mereka juga melakukan touring ke Kota Sibolga yang memakan waktu tiga hari tiga malam. Di bulan ini juga, mereka bersama anak-abak bikers se-Sumut menggelar touring wisata dengan rute Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Kabanjahe, Berastagi, Medan dan kembali ke Tebing Tinggi dengan memakan waktu dua hari dua malam.

Selama melakukan touring, Bro Edy mendapatkan beberapa penghargaan yakni berupa pin berbentuk wings yang diterimanya dari Bro Adi asal Kota Bandung pada 2008 lalu. Ada juga penghargaan dari Kemon Jakarta pada 2007, Wings Rencong dari Paguyuban Binter Merzy Club Banda Aceh pada 2010 lalu, Wings penghargaan anti Narkoba dari Padang tahun 2010 dan Wing Bikers Mitra Polri (BMP) Kota Tebing Tinggi dari Pembina sekaligus pendiri BMP Kota Tebing Tinggi dari Kompol Safwan Khayat MHum tahun 2011.

“Kegiatan sosial yang sudah saya lakoni sendiri adalah memberikan perobatan secara gratis bagi para bikers yang datang ke rumah tanpa dipungut biaya,’’ ungkap Bro Edy yang juga anggota Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini.
Dia berharap, ke depan para Bikers saling menghargai, tidak memandang motornya tapi memandang silatuhraminya. “Karena semangkin banyak sahabat, semangkin banyak peluang bagi kita sendiri,” kata Edy mengakhiri. (mag-3)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/