Site icon SumutPos

Oww… Aceh Dominasi Penyelundupan Narkoba ke Sumut

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS_
Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional BNN Irjen Pol Arman Depari, memperlihatkan barang bukti saat melakukan gelar kasus langsung di kostan tersangka Jalan Merpati Medan, Senin (20/2) lalu. Satuan tugas BNN bersama Dirjen Bea Cukai kembali gagalkan penyelundupan Narkotikayang dikirim dari Negeri Jiran, melalui jalur laut ke Aceh dengan tujuan Medan, Minggu (19/2).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Peredaran narkoba di Sumatera Utara (Sumut) tampaknya semakin memprihatinkan. Sepanjang 2016 hingga 2017, Badan Nasional Narkotika (BNN) sudah berulang kali mengungkap sindikat narkoba kelas kakap. Teranyar, Senin (6/3) Mabes Polri juga ikut menangkap jaringan narkoba sindikat internasional, Malaysia-Aceh-Medan dan menyebar ke Sumatera.

Tingginya permintaan pasar terhadap narkoba dan untung yang berlipat-lipat di Aceh dan Sumut, menjadikan banyak orang tergiur untuk terlibat dalam bisnis haram tersebut. Tak jarang, para bandar narkoba memiliki rumah, dan mobil mewah serta gaya hidup mewah.

Demi mendapatkan hidup mewah dan kerja yang tak terlalu berat itulah para pebisnis kecil ikut andil dalam bisnis haram tersebut. Bahkan, kondisi ini tak melihat latar belakang keluarga, pendidikan dan suku serta agama.

Berdasarkan catatan Sumut Pos, sepanjang tahun 2016, penyelundupan narkoba ke Sumut mayoritas masuk dari Aceh. Rata-rata dari pengungkapan itu, petugas mengamankan puluhan kilogram sabu dan ratusan butir pil ekstasi. Untuk sabu-sabu, umumnya dipasok dari Malaysia.

Hingga Maret 2017, ada sebanyak 16 orang warga asal Aceh terlibat dalam peredaran narkoba seberat 100 Kg sabu-sabu serta puluhan Kg ganja di Sumut.  Bahkan, datangnya narkoba ke Sumut juga lebih banyak dari Aceh.

Melihat fenomena ini, kriminolog Sumut berpendapat telah terjadi pemusatan pelaku kejahatan narkoba di Aceh-Tanah Rencong. Opini tersebut terbentuk bukan karena faktor ekonomi semata, melainkan penegakan hukum yang sebelumnya tak begitu tegak di Aceh.

“Pertama analisis saya dalam suatu kejahatan, motif bisa beragam dipicu dari ekonomi, daerah atau secara ilmu kejahatan karena lemahnya pengawasan atau sanksi hukum yang telah diberikan kepada pelaku yang sebelumnya sudah dihukum. Soal frekuensi warga asal Aceh yang bertubi-tubi (menjadi sindikat narkoba,red), ini suatu bentuk nyata pusat kejahatan itu sentral, dan sudah menunjukkan eksistensinya dimulai dari Aceh,” ungkap Kriminolog Sumut, Redianto Sidi, kepada Sumut Pos Selasa (7/3).

Meski sudah banyak warga asal Aceh yang ditangkap dalam sindikat jaringan narkoba, semakin menjadi pertanyaan masih ada orang dari Aceh yang melakukan perbuatan serupa. “Pertanyaan berikutnya kemana aparat hukum dalam mengkerdilkan geliat ini. Cuma mereka yang bisa menjawab hal pertanyaan kenapa bisa sampai sebegitunya animo warga di Aceh untuk terlibat jaringan narkoba,” terangnya.

Untuk menghempang opini ini berkembang, Sidi menyarankan aparat penegak hukum selayaknya memberikan tindakan tegas kepada pelaku kejahatan narkoba terkhusus bandarnya. “Polis harus menunjukkan terhadap para pelaku proses hukumnya tegas, jaksa harus menampung persoalan itu jangan sampai dihukum ringan, hakim juga harus menyahutinya dengan menegakkan keadilan dengan memberikan hukum seberat-beratnya sesuai peraturan hukum yang berlaku. Kalau ini semuanya tersistem sesuai koridor, tentunya para pelaku peredaran narkoba bakal berpikir ulang,” sebutnya.

Direktur Tindak Pidana Narkotika Mabes Polri, Brigjen Pol Eko Daniyanto dalam konfrensi pers di kantornya, Jakarta Timur, Selasa (7/3) mengakui, narkoba asal Tingkok masuk ke Malaysia dan diseludupkan ke Aceh. Caranya, narkoba dibungkus pakai jaring, di tenggelamkan, dan diseret pakai kapal ke pelabuhan tikus (kecil, Red).

Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting mengaku, saat ini banyak sekali narkoba masuk dari Aceh ke Sumut. Hal ini karena adanya keteledoran petugas di wilayah perbatasan Sumut.

Rina menyampaikan, jalur distribusi narkoba dari Aceh ke Sumut memiliki banyak jalur, bahkan para penyelundup narkoba dari Aceh ini tidak kalah belajarnya dari polisi. “Dari luar negeri saja bia masuk ke Aceh melalui jalur laut yang pintunya banyak dan panjang, apalagi masuk ke Sumut yang bisa melalui darat,” katanya.

Dia menambahkan, guna mencegah peredaran narkoba dari Aceh ke Sumut dan sebaliknya, Polda Sumut dan Polda Aceh sudah melakukan kerjasama penanganan peredaran gelap narkoba dari laut, udara dan darat.

Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel mengakui adanya pergeseran pintu masuk narkoba ke Sumut. Menurutnya, penyelundupan narkoba dari Aceh Timur lebih aman daripada dari Tanjungbalai.

“Kalau masuk dari Tanjungbalai tidak aman bos, banyak penjahatnya. Mulai dari penjahat di laut (perompak, Red) dan lainnya. Mungkin itu yang membuat mereka mulai masuk dari Aceh Timur. Begitupun, masih ada juga terkadang mereka berusaha masuk dari Tanjungbalai,” kata Rycko kepada Sumut Pos di Mapolda Sumut, Kamis (2/3).

Yang menarik, kata Rycko, dari beberapa kali pengungkapan penyelundupan sabu jaringan internasional bungkusannya serupa, dipaking dalam bungkusan teh beraksara Tiongkok. “Kalau kita mengikuti beberapa pengungkapan penyelundupan narkoba, coba dilihat bungkusannya semuanya sama, dibungkus dalam bubuk teh dengan bertulisakan aksara Tiongkok. Ini yang belum bisa kami simpulkan apa maksudnya. Kalau bener dari Tiongkok, kalau ternyata orang kita yang buat terus dibungkus dengan tulisan begitu? Ini yang belum berhasil kami pecahkan maksudnya,” ungkapnya.

Begitupun dia mengatakan, memang sepanjang Pantai Timur menjadi pintu masuk penyelundupan narkoba jaringan internasional. “Jadi sebenarnya bukan cuma dari Aceh, sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera itu pintu masuk juga,” ungkap Rycko.

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumut, mengatakan banyaknya warga Aceh yang tertangkap dalam sindikat narkoba jaringan internasional karena memang kawasan tersebut menjadi pintu masuk.

Dengan begitu dia mengaku tidak mengetahui secara pasti peran-peran warga Aceh yang ditangkap oleh BNN pusat dan Mabes Polri itu. “Karena kan mereka yang menangkap kebetulan lokasi di sini. Nah, untuk menjawab pertanyaan kenapa banyak warga Aceh yang jadi pelakunya karena memang di sana pintu masuknya,” tutur Kepala BNNP Sumut, Brigjen Andi Loedianto, menjawab Sumut Pos, kemarin.

Menurutnya, BNNP Sumut sendiri minim informasi soal peran tersangka sindikat narkoba jaringan internasional baik yang ditangkap BNN Pusat, apalagi Mabes Polri. “Apakah mereka cuma pesuruh saja atau berhubungan langsung dengan bandar besarnya dari Tiongkok, saya tidak mengetahuinya,” sebut Andi.

Banyak informasi pengungkapan jaringan narkoba internasional yang terungkap sepanjang 2017 ini disebut-sebut informasi dari Polisi Diraja Malaysia dan sabunya berasal dari Malaysia. Ditanya kepada Andi kenapa tidak ditangkap di Malaysia saja sebelum ke Indonesia.

“Mereka (sindikat narkoba,red) kan lewat Selat Malaka. Jadi sesuai aturan internasionalnya negara yang mendapat informasi memberikan informasi itu ke negara yang akan dimasuki. Jadi pengedar narkoba sindikat internasional itu tidak berada di wilayah Malaysia,” tuturnya.  (mag-1/ril)

Exit mobile version