Perhatikan Setiap Perubahan Perilaku
Stres bisa dialami siapa saja tak terkecuali remaja. Masa remaja identik dengan fase pencarian jati diri dan biasanya mereka dalam kondisi yang labil. Keadaan ini akan sangat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Bahkan stres yang berkepanjangan dan tidak diatasi bisa mengakibatkan depresi.
“Stres dimana keadaan seseorang dalam kesehariannya. Siapa saja bisa mengalami stress tak terkecuali remaja yang dalam kondisi labil. Misalnya saja ada penolakan dari teman-temannya. Tidak lulus ujian ataupun tidak memiliki pacar. Terlebih lagi mereka merasa tertekan dalam lingkungan keluarga dan sosialnya. Jika stress ini tidak diatasi dan berkepanjangan bisa menjadi depresi,” kata Psikiater RSUP H Adam Malik Medan Dr.Elmeida Effendy, SpKJ.
Menurutnya, stres tak memandang usia dan banyak penyebabnya. Pada remaja sendiri, stres bisa dialami karena terjadinya perubahan dari masa anak-anak ke dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional. “Perubahan yang dialami remaja pada dirinya membuat mereka kebingungan. Karena saat itu mereka mengalami masa transisi,” jelasnya.
Namun, katanya, sebagian besar orangtua tidak mengerti dengan perubahan yang dialami anak mereka. “Sehingga terkadang terjadi problem antara orangtua dan anak. Tentunya kita harus memperhatikan perkembangan mereka seperti perubahan perilaku kebiasaannya. Dari yang awalnya periang menjadi tidak banyak bicara. Ini harus diperhatikan,” urainya.
Untuk itu, orangtua perlu melakukan bimbingan terhadap anak mereka. “Jika anak mengalami masalah dan terlihat perubahan dari yang tidak biasanya, sebaiknya ajak mereka bicara. Dengan komunikasi yang intens anak akan lebih terbuka, tentunya orangtua dan remaja akan bisa saling memahami,” bebernya. (mag-11)
Mengapa Anak Bisa Membenci Orangtuanya
Dalam hubungan orang tua dan anak, terkadang ada beberapa perlakukan anak yang menyiktkan bagi orangtua. Seperti ketika kejenuhan anak remaja yang berujung pada meneriaki kata-kata kebencian pada orang tuanya dalam beberapa kesempatan. Sebagai orang tua, perkataan seperti ini tentunya begitu memilukan hati.
Tapi apakah ia benar-benar benci?
Ya. Seperti dilansir dari SheKnows, mereka memang membenci Anda karena telah menerapkan aturan-aturan yang membuatnya merasa terikat. Tetapi bagaimana pun juga sebagai orang tua akan sedih jika terus menerus diteriaki kebencian oleh anaknya. Tapi yang harus dipahami, bahwa hubungan Anda dengannya adalah hubungan orang tua dan anak, ada ikatan yang kuat antara Anda dengannya. Maka, kuatkanlah pondasi diri Anda. Karena meskipun dia “membenci” Anda, tetapi dia sangat membutuhkan diri Anda.
Tetaplah tegar
Hanya karena si remaja melemparkan sesuatu yang menyakitkan pada Anda, bukan berarti Anda jadi langsung terpukul. Anda sudah jauh lebih dewasa daripadanya, maka jangan gubris kata-katanya. Konsisten dan tegaslah padanya.
Tetap mencintainya
Ada sebuah kata yang tepat dalam kasus ini. “Kita tidak perlu harus seperti mereka, yang kita perlukan hanya untuk terus mencintai dan merawat mereka”. Mereka mungkin marah pada Anda, dan mungkin Anda pun turut jengkel pada mereka, tapi ingatlah bahwa usaha Anda untuk menjaga dan menerapkan disiplin itu berasal dari cinta Anda untuknya.
Tetap berkomunikasi dengannya.
Sekalipun dalam kondisi yang sulitpun, kita sebagai orang tua perlu bicara kepada mereka. Kesempatan ini menunjukan bentuk cinta Anda padanya. Selalu lah jaga komunikas dalam hal setiap situasi, baik dalam hal kecil maupun penting. (net)